Suara.com - Jabhat Al Nushra, afiliasi jaringan Al Qaida di Suriah menyerukan serangan ke Rusia. Selain Rusia, organisasi militan ini juga mendesak faksinya melakukan teror di daerah Alawite, yang dikenal sebagai kantung pendukung Presiden Bashar al Assad dan pemimpin Hizbullah Hasan Nasrallah.
Ancaman ini disampaikan pemimpin Jabhat Al Nushra, Abu Mohammed al Jolani lewat rekaman video menyusul intervensi Rusia dalam konflik di Suriah.
"Tak ada pilihan selain meningkatkan serangan dengan target kota Alawite dan daerah Latakia," katanya.
"Saya menyeru seluruh faksi menyerang daerah tersebut secara intensif dengan ratusan peluru kendali seperti yang mereka lakukan saat menyerang kota-kota Sunni," lanjutnya.
Jolani mengklaim pihaknya memiliki persenjataan lengkap, salah satunya yakni rudal anti-tank. Lebih lanjut Jolani mengatakan, pihaknya siap menghadapi serangan Rusia setelah mendapatkan suplai persenjataan dari Saudi Arabia dan negara Teluk-yang difasilitasi AS.
"Pengirimannya (persenjataan) lebih cepat. Kami juga meminta rudal anti-pesawat, namun belum diberikan sampai sekarang," ujar Brigadir Ayad, pemimpin unit tempur Suqor al Ghab.
"Kami akan membuktikan kepada Rusia, rezim Suriah bahkan kepada sahabat kami sendiri, kami masih memiliki keuatan di darat. Kami dihujani bom, namun masih bisa bertahan," katanya.
Sebelumnya diberitakan Rusia mengklaim telah melakukan 20 serangan udara di Suriah dan menggempur 10 target ISIS dalam 24 jam terakhir, demikian disampaikan kementerian pertahanan negara tersebut, hari Minggu (4/10/2015).
Rusia mengatakan akan meningkatkan serangan udaranya di Suriah untuk melemahkan kekuatan militan ISIS.
"Sebagai hasil serangan udara terhadap target-target ISIS, kami telah berhasil memutus kendali sistem mereka, jalur suplai organisasi teroris, dan juga menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur yang mereka pakai untuk merencanakan teror," sebut kementerian pertahanan.
Kementerian Pertahanan mengatakan, serangan udara dilakukan oleh pesawat Sukhoi SU-34, SU-24M, dan SU-25. Pesawat-pesawat tempur itu menghantam target di Provinsi Idlib dan Raqqa, termasuk diantaranya kamp pelatihan dan pabrik pembuatan rompi bom bunuh diri. (The Guardian)
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Sports Station, Mulai Rp100 Ribuan
- Petugas Haji Dibayar Berapa? Ini Kisaran Gaji dan Jadwal Rekrutmen 2026
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Shio Paling Beruntung Besok 25 November 2025, Cuan Mengalir Deras
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
Terkini
-
Anggota DPRD Bekasi Diduga Keroyok Warga di Restoran, Korban Dipukul Botol hingga Dihajar Kursi!
-
Gus Tajul Tegaskan Surat Pemberhentian Gus Yahya Sah, Meski Tanpa Stempel Resmi PBNU
-
Pemerintah Usul Hapus Pidana Minimum Kasus Narkotika, Lapas Bisa 'Tumpah' Lagi?
-
Heboh SE Pencopotan Gus Yahya, Komando PBNU Diambil Alih KH Miftachul Akhyar
-
Rano Karno: Lewat LPDP Jakarta, Pemprov DKI Kejar Tambahan Tenaga Dokter Spesialis
-
Katib PBNU Tajul Mafakhir ke Gus Yahya: Tak Terima Dicopot? Bawa ke Majelis Tahkim
-
BPJS Kesehatan Ungkap Data Mengejutkan: 454 Puskesmas Belum Memiliki Dokter Umum
-
Penyisiran Ulang Sungai di Bogor, Polisi Temukan Rahang Bawah Diduga Milik Alvaro
-
Pakar Hukum UGM Ingatkan KPK Soal Kasus ASDP: Pastikan Murni Fraud, Bukan Keputusan Bisnis
-
Polisi Jadi 'Beking' Korporasi Perusak Lingkungan, Masyarakat Sipil Desak Reformasi Mendesak