Wakil Ketua Komisi IV Viva Yoga Mauladi mengatakan, pansus kebakaran hutan dan lahan oleh DPR dinilai sangat mendesak untuk dibentuk. Hal tersebut dilakukan agar kejadian tersebut tidak terulang kembali.
Viva, juga menjelaskan beberapa tujuan yang akan dilakukan oleh pansus kebakaran hutan dan lahan apabila sudah terbentuk.
"Jadi pertama, menyangkut soal law enforcement atau penegakkan hukumnya. Terus soal investigasi dari izin-izin yang sudah dikeluarkan harus divalidasi dan dievaluasi," ujar Viva saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (27/10/2015).
Kedua, lanjut Viva, para perusahaan yang memiliki lahan yang terbakar akan dimintai keterangan, terkait apa saja yang sudah dilakukan oleh perusahaan tersebut dalam menanggulangi kebakaran lahan.
"Karena bagi pemerintah kan tidak cukup hanya memberikan sanksi, pencabutan izin usaha, juga harus sampai ke persoalan hukum. Kan itu tanggungjawab perusahaan kalau ada kebakaran di lahannya, kan belum ada," ungkapnya.
Selain itu, Viva menambahkan, dirinya meminta kepada pemerintah agar tidak terkesan melindungi perusahaan yang lahannya terbakar atau sengaja dibakar untuk kepentingan ekonomi.
"Kan lahan kalau dibakar, itu punya harga tinggi. Terus, nantinya pansus itu juga menyelidiki kenapa kebakaran bisa terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Mulai dari gejala, apakah ada unsur ekspansi perluasan perkebunan oleh aktor-aktor yang punya kepentingan atau apa," kata Viva.
Ketika ditanya soal berapa anggaran yang akan digelontorkan untuk pembentukan dan berjalannya pansus tersebut, Viva masih enggan menjelaskan lebih detail.
"Belum ada. Paling anggarannya untuk makan minum saja. Jangan disempitkan soal anggaran, ini kan bicara soal tragedi kemanusiaan," tegasnya.
Berita Terkait
-
Saat 'Luka Bakar' Gambut Sumatra Selatan Coba Disembuhkan Lewat Solusi Alam
-
Cara Efektif Mencegah Kebakaran Saat Kemarau Panjang
-
NHM Gelar Simulasi Tanggap Darurat Karhutla, Perkuat Kesiapsiagaan di Tambang Indonesia Timur
-
Kebakaran Hutan Dunia Meningkat Tajam, Dampak Ekonomi dan Risiko Kemanusiaan Kian Parah
-
Badai Api Mengguncang Bumi: Tantangan Baru Ilmuwan di Era Pemanasan Global
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Nasib 8 ABK di Ujung Tanduk, Kapal Terbakar di Lampung, Tim SAR Sisir Lautan
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
-
Mubes NU Tegaskan Konflik Internal Tanpa Campur Pemerintah, Isu Daftarkan SK ke Kemenkum Mencuat
-
Jabotabek Mulai Ditinggalkan, Setengah Juta Kendaraan 'Eksodus' H-5 Natal
-
Mubes Warga NU Keluarkan 9 Rekomendasi: Percepat Muktamar Hingga Kembalikan Tambang ke Negara
-
BNI Bersama BUMN Peduli Hadir Cepat Salurkan Bantuan Nyata bagi Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh
-
Pakar Tolak Keras Gagasan 'Maut' Bahlil: Koalisi Permanen Lumpuhkan Demokrasi!
-
Gus Yahya Ngaku Sejak Awal Inginkan Islah Sebagai Jalan Keluar Atas Dinamika Organisasi PBNU