-
- Frekuensi dan intensitas kebakaran hutan naik signifikan dalam 44 tahun terakhir akibat perubahan iklim dan tata kelola lahan yang buruk.
- Hampir separuh kebakaran paling merusak terjadi dalam satu dekade terakhir karena cuaca ekstrem dan musim kebakaran yang lebih panjang.
- Para ahli menilai mitigasi masih lemah dan mendesak strategi pencegahan seperti pembakaran terkendali, sistem evakuasi, dan bangunan tahan api.
Suara.com - Kebakaran hutan di berbagai belahan dunia kini semakin sering terjadi dan menimbulkan kerugian ekonomi yang jauh lebih besar dibanding sebelumnya. Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Science mengungkap bahwa dalam kurun waktu 44 tahun terakhir, intensitas serta frekuensi kebakaran hutan meningkat signifikan akibat perubahan iklim dan tata kelola lahan yang tidak berkelanjutan.
Para peneliti menjelaskan bahwa kebakaran sebenarnya merupakan proses alami yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Namun adanya pemanasan global, ekspansi lahan ke wilayah rawan terbakar, dan pengelolaan lingkungan yang buruk justru membuat kebakaran semakin sulit dikendalikan. Akibatnya, peristiwa ini kini jauh lebih mematikan sekaligus mahal untuk ditangani.
Penelitian ini memanfaatkan basis data bencana global dari tahun 1980 hingga 2023. Dari situ, peneliti menelusuri berbagai peristiwa kebakaran besar yakni kebakaran yang menimbulkan sedikitnya sepuluh korban jiwa atau termasuk dalam 200 peristiwa dengan kerugian ekonomi tertinggi dibandingkan produk domestik bruto (PDB) masing-masing negara.
Hasil analisis menunjukkan bahwa hampir setengah dari kebakaran paling merusak di dunia terjadi hanya dalam satu dekade terakhir.
Lonjakan ini dikaitkan dengan meningkatnya kondisi cuaca ekstrem yang mendorong “musim kebakaran” lebih panjang di kawasan-kawasan padat penduduk.
Penulis studi menekankan pentingnya langkah adaptif dan proaktif dalam menghadapi ancaman kebakaran yang makin sering terjadi, termasuk di kawasan urban yang sebelumnya jarang terdampak.
Uni Eropa sendiri telah berkomitmen memperkuat kapasitas pemadam kebakaran dan menempatkan tim di wilayah-wilayah rawan.
Namun, kalangan ilmuwan dan aktivis lingkungan menilai upaya tersebut belum cukup.
Mereka menyoroti lemahnya fokus pemerintah dalam aspek pencegahan padahal mitigasi justru menjadi kunci utama untuk menekan risiko di masa depan.
Baca Juga: Gubernur BI : Ekonomi Syariah Indonesia Sejajar dengan Arab Saudi dan Malaysia
Para ahli merekomendasikan strategi manajemen bahan bakar hutan melalui pembakaran terkendali, serta memperluas program bantuan bagi masyarakat terdampak.
Mereka juga menekankan pentingnya meningkatkan sistem evakuasi, terutama bagi kelompok masyarakat rentan, serta merancang struktur bangunan tahan api dan ruang perlindungan yang aman bagi warga.
“Mitigasi juga harus mencakup strategi untuk mengurangi angka kematian dengan meningkatkan efektivitas evakuasi, terutama bagi populasi yang rentan secara sosial yang paling mungkin terbunuh dalam kebakaran hutan, serta merancang struktur kebakaran dan ruang pertahanan di mana orang dapat 'berlindung di tempat',” ujar para penulis.
Berita Terkait
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
Terkini
-
Soal Larangan Rangkap Jabatan, Publik Minta Aturan Serupa Berlaku untuk TNI hingga KPK
-
FPI Gelar Reuni 212 di Monas, Habib Rizieq Shihab Dijadwalkan Hadir
-
Studi INDEF: Netizen Dukung Putusan MK soal Larangan Rangkap Jabatan, Sinyal Publik Sudah Jenuh?
-
FPI Siap Gelar Reuni 212, Sebut Bakal Undang Presiden Prabowo hingga Anies Baswedan
-
Sekjen PDIP Hasto Lari Pagi di Pekanbaru, Tekankan Pentingnya Kesehatan dan Semangati Anak Muda
-
Menag Klaim Kesejahteraan Guru Melesat, Peserta PPG Naik 700 Persen di 2025
-
Menteri PPPA: Cegah Bullying Bukan Tugas Sekolah Saja, Keluarga Harus Turut Bergerak
-
Menteri Dikdasmen Targetkan Permen Antibullying Rampung Akhir 2025, Berlaku di Sekolah Mulai 2026
-
Polisi Tangkap Dua Pengedar Sabu di Bekasi, Simpan Paket 1 Kg dalam Bungkus Teh
-
Mendikdasmen Abdul Muti: Banyak Teman Bikin Anak Lebih Aman di Sekolah