Direktur Saiful Mujani Search and Consulting, Djayadi Hanan [suara.com/Nikolaus Tolen]
Baca 10 detik
Direktur Saiful Mujani Search and Consulting, Djayadi Hanan, menilai keberadaan ISIS tidak terlalu membuat warga di pedesaan di Indonesia. ISIS, katanya, hanya menciptakan rasa tidak aman bagi masyarakat yang menetap di perkotaan.
"Kalau dari segi domisili dan pendapatan, orang yang berdomisili di kota akan semakin tidak aman dengan keberadaan ISIS, sementara yang di pedesaan, rasa tidak amannya rendah. Kalau dari segi pendapatan, yang berpendapatan tinggi, rasa semakin tidak amannya semakin tinggi daripada yang pendapatannya rendah," kata Djayadi Hanan di Jalan Cisadane Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (22/1/2016).
Menurut Djayadi Hanan anggota kelompok radikal lebih mudah diterima masyarakat pedesaan.
"Terorisme akan lebih mudah diterima di daerah pedesaan karena selama ini kalau teroris mau ditangkap, pasti sembunyi dan larinya ke pedesaan," kata Djayadi.
Selain masyarakat pedesaan, lapisan masyarakat yang tingkat rasa tidak amannya rendah akan keberadaan ISIS adalah mereka yang masuk golongan pendidikan rendah dan berjenis kelamin lelaki.
Djayadi menjelaskan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula tingkat rasa ketidaknyamanannya akan keberadaan ISIS.
"Kenapa perempuan lebih takut dan merasa tidak aman, karena perempuan sering dijadikan target oleh ISIS," kata Djayadi.
Sedangkan berdasarkan tingkat usia, kata Djayadi, kebanyakan masyarakat yang umurnya masih muda merasa tidak aman dengan adanya ISIS ketimbang yang berusia tua.
"Ya kalau kita lihat faktanya, bahwa memang yang sering menjadi pelaku teror adalah orang-orang muda, Afif (pelaku teror di Jalan M. H. Thamrin) masih muda, lebih muda dari saya," kata Djayadi.
"Kalau dari segi domisili dan pendapatan, orang yang berdomisili di kota akan semakin tidak aman dengan keberadaan ISIS, sementara yang di pedesaan, rasa tidak amannya rendah. Kalau dari segi pendapatan, yang berpendapatan tinggi, rasa semakin tidak amannya semakin tinggi daripada yang pendapatannya rendah," kata Djayadi Hanan di Jalan Cisadane Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (22/1/2016).
Menurut Djayadi Hanan anggota kelompok radikal lebih mudah diterima masyarakat pedesaan.
"Terorisme akan lebih mudah diterima di daerah pedesaan karena selama ini kalau teroris mau ditangkap, pasti sembunyi dan larinya ke pedesaan," kata Djayadi.
Selain masyarakat pedesaan, lapisan masyarakat yang tingkat rasa tidak amannya rendah akan keberadaan ISIS adalah mereka yang masuk golongan pendidikan rendah dan berjenis kelamin lelaki.
Djayadi menjelaskan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula tingkat rasa ketidaknyamanannya akan keberadaan ISIS.
"Kenapa perempuan lebih takut dan merasa tidak aman, karena perempuan sering dijadikan target oleh ISIS," kata Djayadi.
Sedangkan berdasarkan tingkat usia, kata Djayadi, kebanyakan masyarakat yang umurnya masih muda merasa tidak aman dengan adanya ISIS ketimbang yang berusia tua.
"Ya kalau kita lihat faktanya, bahwa memang yang sering menjadi pelaku teror adalah orang-orang muda, Afif (pelaku teror di Jalan M. H. Thamrin) masih muda, lebih muda dari saya," kata Djayadi.
Tag
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO