Ketua Bidang Hukum Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo dan peneliti ICW Donal Fariz di gedung Dewan Pers. [suara.com/Erick Tanjung]
Peneliti Indonesia Corruption Watch(ICW), Donald Fariz mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa memastikan berapa besaran mahar politik yang diminta oleh partai politik kepada seorang calon kepala daerah. Menurut Donald, sulitnya memastikan angka tersebut karena adanya proses transaksi yang tidak transparan saat calon kepala daerah dengan parpol terjadi.
"Kita tidak pernah ada angka pasti terkait mahar ini, karena ini proses transaksional gelap, dalam proses transaksi teraebut juga ada sistem mutualisme antara partao politik dengan sang calon," kata Donald dalam diskusi bertajuk Mahar Politik dan Deparpolisasi di Gedung PP Muhammadiyah Menteng, Jakarta Pusat, Kamis(31/3/2016).
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa faktor lain yang membuat sulitnya mendapatkan besaran angka mahar politik dalam pemilihan umum juga disebabkan oleh tidak terbukanya kandidat dengan Parpol. Dia bahkan sampai menghadirkan seorang konsultan politik untuk menanykan berapa besaran biaya yang harus diberikan kepada partai ketika seseorang ingin maju menjadi kepala daerah.
"Ada konsultan yang mengatakan ada satu calon di Wilayah Aceh yang memberikam uang 15 M kepada Partai politik agar menjadi calon kepala daerah. Karena klau kita tanya kandidat dan parpol, pasti nggak ngaku, parpol bahkan bilang kita yang membiayai kandidat," kata Donald.
Karena adanya mahar politik yang harus diberikan, Donald mengatakan bahwa hal tersebut pulalah yang menjadikan biaya politik semakin mahal.
" Persoalan mahar dalam kandidasi, ini adalah salah satu problem yang membuat biaya politik tinggi. Tak heran kalau setelah pemilihan, banyak kepala daerah yang berurusan dengan aparat penegak hukum," kata Donald.
Komentar
Berita Terkait
-
Empat Gubernur Riau Tersandung Korupsi, KPK Desak Pemprov Berbenah
-
Alamak! Abdul Wahid jadi Gubernur ke-4 Terseret Kasus Korupsi, Ini Sentilan KPK ke Pemprov Riau
-
OTT KPK di Riau! Gubernur dan Kepala Dinas Ditangkap, Siapa Saja Tersangkanya?
-
KPK Sebut OTT di Riau Terkait dengan Korupsi Anggaran Dinas PUPR
-
Judi Online Lebih Ganas dari Korupsi? Menteri Yusril Beberkan Fakta Mengejutkan
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
-
HUT ke 68 Bank Sumsel Babel, Jajan Cuma Rp68 Pakai QRIS BSB Mobile
-
6 Rekomendasi HP Snapdragon Paling Murah untuk Kebutuhan Sehari-hari, Mulai dari Rp 1 Jutaan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
Terkini
-
Dendam Dipolisikan Kasus Narkoba, Carlos dkk Terancam Hukuman Mati Kasus Penembakan Husein
-
Sidang MKD: Adies Kadir Dinyatakan Tidak Melanggar Kode Etik, Diaktifkan Kembali sebagai Anggota DPR
-
Kronologi Guru di Trenggalek Dihajar Keluarga Murid di Rumahnya, Berawal dari Sita HP Siswi di Kelas
-
Mendadak Putra Mahkota Raja Solo Nyatakan Naik Tahta Jadi PB XIV di Hadapan Jasad Sang Ayah
-
IKJ Minta Dukungan Dana Abadi Kebudayaan, Pramono Anung Siap Tindaklanjuti
-
PLN Perkuat Transformasi SDM di Forum HAPUA WG5 ke-13 untuk Dukung Transisi Energi Berkelanjutan
-
Hadapi Musim Hujan, Kapolda Metro Petakan Wilayah Rawan hingga Siagakan Ratusan Alat SAR!
-
Tunggakan 23 Juta Peserta BPJS Kesehatan Bakal Dihapus Pemerintah, Tapi Wajib Lakukan Ini
-
Guntur Romli Skakmat Budi Arie, Jejak Digital Projo Terbongkar: Dulu Jilat, Kini Muntahin Jokowi
-
PSI Puji Prabowo yang Siap Tanggung Utang Whoosh: Sikap Negarawan Bijak