Suara.com - Wakil Ketua DPR dari Fraksi PKS Fahri Hamzah mendukung Presiden Joko Widodo menjadi tokoh dalam upaya rekonsiliasi peristiwa 1965.
"Saya tetap dari dulu berpandangan presiden harus menjadi aktor bagi rekonsiliasi bangsa. Saya lebih fokus dia sebagai pembangun kohesi sosial dia harus menjadi tokoh solidarity maker," kata Fahri di DPR, Senin (25/4/2016).
Namun, dia berharap langkah Presiden tidak sepotong-potong supaya beban masa lalu bisa hilang seutuhnya. Fahri mengaku ini langkah yang sulit. Sebab, pemerintah mengakui kesalahannya.
"Ini ide besar, perlu tidak saja pikiran, tapi juga kemantapan hati menjadi seorang sosial integrator. Menjadi orang yang melakukan rekonsiliasi secara massif," ujarnya.
Dia berharap Presiden Jokowi mencari cerita dari semua sisi. Supaya upaya rekonsiliasi ini berjalan dengan baik.
"Semua, ini bukan cuma dua ini, berani nggak. Itu memerlukan kapasitas untuk memimpin. Ini bisa menyebabkan luka lama bangkit dan bisa tidak produktif untuk bangun integrasi kita," ujarnya.
Seperti diketahui, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Panjaitan dipanggil Presiden Jokowi untuk pembahasan kasus pelanggaran HAM, termasuk tragedi 1965.
"Tadi laporan mengenai masalah HAM, PKI dan HAM segala macam," kata Luhut di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (25/4/2016).
Luhut mengatakan Presiden Jokowi menginstruksikan mencari kebenaran perihal kuburan massal dari korban tragedi 1965. Presiden, katanya, ingin mengetahui kepastian ada tidaknya ratusan ribu orang yang meregang nyawa pada tragedi tersebut.
"Presiden tadi memberitahu bahwa memang disuruh cari saja kalau ada kuburan massalnya itu. Jadi selama ini berpuluh-puluh tahun kita selalu dicekoki bahwa sekian ratus ribu yang mati. Padahal sampai hari ini belum pernah kita menemukan satu kuburan massal," ujar Luhut.
Berita Terkait
-
Isi Simposium Tragedi 65 Siap Direkomendasikan Kepada Jokowi
-
Lantunan 'Padamu Negeri' Lengkapi Keharuan Penutupan Simposium 65
-
Rekonsiliasi Kasus 1965 Harus Dimulai Dari Diri Sendiri
-
Hari Kedua Simposium Nasional Tragedi G30S 1965 Kembali Digelar
-
Kisah Eks Penyanyi Istana Era Soekarno yang Dipenjara 7 Tahun
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Pede Tingkat Dewa atau Cuma Sesumbar? Gaya Kepemimpinan Menkeu Baru Bikin Netizen Penasaran
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
Terkini
-
Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
-
Tim Pencari Fakta Pertanyakan Peran Kompolnas Usut Pertanggungjawaban Komando di Kasus Affan
-
17+8 Tuntutan, Minus Bumi: Pakar Ungkap Agenda Ekologi yang Terlupakan!
-
Blak-blakan, Mahfud MD Ungkap Alasan Prabowo Akhirnya Mau Dengar Aspirasi Rakyat
-
Terima Aduan Ojol, Pimpinan BAM DPR Minta Aplikator Hapus Asuransi yang Merugikan
-
Sri Mulyani Pergi Karena Kesal Karena Pertahanan Negara Jebol Dan Rumahnya Dijarah? Ini Kata Pakar
-
Siapa Charlie Kirk: Loyalis Donald Trump yang Tewas Ditembak saat Acara Kampus
-
Waspada Cuaca Kamis Ini! BMKG: Hujan Petir Mengintai Jakarta, Mayoritas Kota Besar Basah
-
Kompolnas di Kasus Affan Dikritisi, Alih Lakukan Pengawasan, Malah jadi Jubir dan Pengacara Polisi!
-
IPA Pesanggarahan Resmi Beroperasi, Sambungkan Layanan Air Bersih ke 45 Ribu Pelanggan Baru