Hari ini merupakan hari kedua digelarnya Simposium Nasional 65 "Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan" yang difasilitasi oleh Menteri Hukum dan HAM dan Dewan Pertimbangan Presiden di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (18/4/2016). Simposium Nasional diselenggarakan selama dua hari yakni tanggal 18 April hingga 19 April 2016 di Hotel Aryaduta.
Adapun materi hari kedua akan dibahas materi Kesejarahan bangsa Indonesia yakni konstruksi bangunan ingatan terhadap tragedi 1965, dengan tujuan upaya memelihara ingatan tragedi 1965 Yang dilakukan masyarakat, sekaligus pola relasi sosiokultural yang muncul.
Lalu sesi kedua dengan kesejarahan bangsa Indonesia, bertema Masyarakat Indonesia pada masa reformasi, dengan konsep penyelesaian pelanggaran HAM berat.
Selain itu di sesi ketiga, Simposium Nasional membahas tema kesejarahan bangsa Indonesia, dengan tema masyarakat Indonesia pasca 1998. Adapun tujuan materi yakni gambaran tentang pemulihan korban atau penyintas di tingkat masyarakat, warga serta Jangkauan dan tantangan.
Kemudian di sesi empat, peserta akan diberikan materi tentang kesejarahan bangsa dengan tema masyarakat Indonesia masa depan. Materi tersebut bertujuan untuk menelaah terhadap upaya memaknai kembali hidup berbangsa berdasarkan penghormatan terhadap kemanusiaan keadilan, nilai-nilai moral dan etika.
Ketua Panitia Pengarah Simposium Nasional Agus Widjojo mengatakan kerangka dasar yang menjadi pertimbangan diselenggarakannya Simposium Nasional 'Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan' yang digelar dua hari yakni 18 April - 19 April 2016, yakni dalam bentuk rekonsiliasi kepada korban pelanggaran HAM berat.
Selain itu, adanya Simposium Nasional bisa mengetahui secara lebih dalam apa yang salah dalam tragedi 1965 melalui metode pendekatan sejarah.
"Kita bisa mengetahui lebih dalam soal apa yang salah di masa lalu, kali ini kita pakai pendekatan sejarah," ujar Agus di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (18/4/2016).
Lebih lanjut hasil dari Simposium Nasional kata Agus nantinya menghasilkan rekomendasi kepada pemerintah.
"Setelah kita cari tahu akar masalahnya, soal kenapa bangsa kita mampu membunuh sesama sebangsa dalam jumlah besar dan waktu berkesinambungan,"ungkapnya.
Untuk diketahui, Simposium Nasional dihadiri juga oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, kalangan akademisi, pegiat hak asasi manusia, korban pelanggaran HAM berat dan organisasi korban, perwakilan partai politik serta perwakilan dari lembaga-lembaga pemerintah.
Berita Terkait
-
11 Tahun di Penjara, Korban Tragedi 1965: kalau Soeharto Dapat Gelar Pahlawan Kami Tidak Rela!
-
Potret Presiden Prabowo Pimpin Langsung Upacara Hari Kesaktian Pancasila 2025
-
"Mundur Kebangetan!" Sejarawan Geram Pemerintah Paksakan Narasi Tunggal G30S/PKI
-
Arsitektur Sunyi 'Kremlin', Ruang Siksa Rahasia Orba yang Sengaja Dilupakan
-
Menyusuri Jejak Ingatan yang Memudar, Penjara Tapol PKI di Jakarta
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Geger Tudingan Ijazah Palsu Hakim MK Arsul Sani, Kampus di Polandia Diselidiki Otoritas Antikorupsi
-
PBHI: Anggota Polri Masih Bisa Duduk di Jabatan Sipil, Asal...
-
Buntut Ledakan SMAN 72, DPR Minta Regulasi Platform Digital Diperkuat: Jangan Cuma Game Online
-
Berakhir di Tangan Massa, Komplotan Copet Bonyok Dihajar Warga di Halte TransJakarta Buaran
-
IUP Raja Ampat Terbit Sebelum Bahlil Lahir, Pakar: Pencabutan 4 Izin Langkah Tepat
-
Karnaval SCTV di Jember: Pesta Hiburan yang Ikut Menghidupkan Ekonomi Lokal
-
Tak Mau Renovasi! Ahmad Sahroni Pilih Robohkan Rumah Usai Dijarah Massa, Kenapa?
-
Borobudur Marathon 2025 Diikuti Peserta dari 38 Negara, Perputaran Ekonomi Diprediksi Di Atas Rp73 M
-
Langsung Ditangkap Polisi! Ini Tampang Pelaku yang Diduga Siksa dan Jadikan Pacar Komplotan Kriminal
-
Transfer Pusat Dipangkas, Pemkab Jember Andalkan PAD Untuk Kemandirian Fiskal