Ketua Panitia Pengarah Simposium Nasional Agus Widjojo mengatakan konsep rekonsiliasi merupakan konsep dasar menyelesaikan pelanggaran HAM berat. Namun Menurut Agus, dalam rekonsiliasi semua pihak harus bisa berdamai dengan masa lalu.
"Rekonsiliasi itu mencairkan batas-batas pemikiran dan meninggalkan pandangan yang terkotak kotak. Harus berdamai dengan masa lalu untuk kepentingan untuk bangsa dan negara,"ujar Agus yang menjadi pemateri Simposium Nasional, di Hotel Aryaduta, Jakarta, Selasa (19/4/2016).
Selain itu, dalam rekonsiliasi semua pihak harus memiliki pemikiran negarawan. Kata Agus, dalam rekonsiliasi harus adanya pengungkapan kebenaran serta tataran kebangsaan harus dikedepankan dari pada individu.
"Kita harus mulai pengungkapan kebenaran, agar kita tahu ada penyalahgunaan kebenaran, pelaku dan korban, "ucapnya
Lebih lanjut dalam rekonsiliasi, perlu adanya pemulihan terhadap hak korban serta perlu ada reformasi kelembagaan, agar tidak terulang kejadian serupa.
"Jangan takut dengan rekonsiliasi, jangan takut hak-hak akan hilang itu kesepakatan kata kuncinya. Kalau tidak diselesaikan, beban masa depan dan bangsa kita harus beradab dengan tidak lupa masa lalunya. Mitos-mitos lama dengan nilai baru, mitos korban harus ditinggalkan, "kata Agus.
Agus menilai rekonsiliasi itu seperti security dilema, yang harus dibangun melalui kepercayaan. Selain itu, rekonsiliasi harus dimulai dari diri sendiri.
"Rekonsiliasi kalau instrumennya pengadilan, nggak ketemu. Jadi rekonsiliasi Harus bisa berdamai dari diri sendiri, "jelasnya.
Agus menambahkan, tantangan rekonsiliasi yakni bagaimana semua pihak harus melepas masa lalu.
"Tantangan rekonsiliasi, bagaimana kita melepas masa lalu. Putuskan hubungan kita dengan masa lalu,"ungkapnya.
Berita Terkait
-
Sumarsih, Ibu yang Tak Pernah Lelah Menunggu Keadilan untuk Wawan
-
Komnas HAM: Gelar Pahlawan Soeharto Cederai Sejarah Pelanggaran HAM Berat dan Semangat Reformasi
-
Ketua MPR: Tidak Ada Halangan bagi Soeharto untuk Dianugerahi Pemerintah Gelar Pahlawan Nasional
-
Gelar Pahlawan untuk Soeharto, KontraS: Upaya Cuci Dosa Pemerintah
-
Wacana Soeharto Pahlawan Nasional Picu Kontroversi, Asvi Warman Soroti Indikasi Pemutihan Sejarah
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Geger Tudingan Ijazah Palsu Hakim MK Arsul Sani, Kampus di Polandia Diselidiki Otoritas Antikorupsi
-
PBHI: Anggota Polri Masih Bisa Duduk di Jabatan Sipil, Asal...
-
Buntut Ledakan SMAN 72, DPR Minta Regulasi Platform Digital Diperkuat: Jangan Cuma Game Online
-
Berakhir di Tangan Massa, Komplotan Copet Bonyok Dihajar Warga di Halte TransJakarta Buaran
-
IUP Raja Ampat Terbit Sebelum Bahlil Lahir, Pakar: Pencabutan 4 Izin Langkah Tepat
-
Karnaval SCTV di Jember: Pesta Hiburan yang Ikut Menghidupkan Ekonomi Lokal
-
Tak Mau Renovasi! Ahmad Sahroni Pilih Robohkan Rumah Usai Dijarah Massa, Kenapa?
-
Borobudur Marathon 2025 Diikuti Peserta dari 38 Negara, Perputaran Ekonomi Diprediksi Di Atas Rp73 M
-
Langsung Ditangkap Polisi! Ini Tampang Pelaku yang Diduga Siksa dan Jadikan Pacar Komplotan Kriminal
-
Transfer Pusat Dipangkas, Pemkab Jember Andalkan PAD Untuk Kemandirian Fiskal