Suara.com - Lembaga Sindikat Musik Penghuni Bumi meminta pemerintah memasukkan kurikulum berbasis kesetaraan gender ke dalam pendidikan. Dengan demikian, kasus kekerasan seksual seperti yang dialami Yuyun (14), pelajar SMP asal Desa Padang Ulak Tanding, Kecamatan Rejang Lebong, Bengkulu, tak terulang lagi. Yuyun diperkosa oleh 14 pemuda usai pulang sekolah pada pertengahan April 2016, dan setelah itu dibunuh.
"Kami meminta untuk memasukkan kurikulum keadilan gender, kurikulum yang komprehensif tentang pendidikan seksual sejak dini, pendidikan reproduksi dan lain-lain,"ujar aktivis Simponi Berkah Gamulya di kantor LBH Jakarta, Selasa (3/5/2016).
Berkah mengatakan saat ini anak- anak rentan menjadi korban kekerasan seksual.
Lembaga Simponi tidak ingin anak-anak berprestasi menjadi korban kekerasan seksual karena potensi mereka bisa hilang.
Berkah mengatakan dalam dunia pendidikan anak masalah seksualitas tidak boleh lagi ditabukan.
"Pendidikan sejak dini tentang keadilan gender, pendidikan seks sejak dini, kespro (kesehatan reproduksi), HAM, sejak dini itu harus sesuai tingkatannya dari SD, SMP bagaimana adik-adik kita ini yang jadi pelaku yang jadi korban tidak tahu soal pendidikan seksualitas. Karena tidak tahu jadi mencari tahu sendiri di internet," kata dia.
Simponi mengusulkan kepada pemerintah untuk mengalokasikan waktu selama satu jam setiap minggu untuk pelajaran kesetaraan berbasis gender.
Pemateri, kata dia, bisa berasal dari Komisi Nasional Perempuan maupun LSM perempuan dan anak.
"Ada satu jam setiap minggu untuk pelajaran keadilan gender yang komprehensif di setiap sekolah," kata Berkah.
Dalam materi kurikulum keadilan gender, kata dia, para siswa diajarkan seputar seksualitas.
"Untuk SD harus diajarkan alat privatnya apa, yang boleh melihat siapa, yang boleh menyentuh siapa. Lalu untuk SMP kita ngomong menstruasi, kita ngomong mimpi basah, SMA mulai naik level, level bisa kita atur," kata dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu