Suara.com - Partai Amanat Nasional di DPR tidak keberatan jika mendiang mantan Presiden Soeharto menjadi pahlawan nasional. Fraksi PAN akan mempertimbangkan usulan itu.
Sebelumnya dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar memutuskan untuk memperjuangkan jenderal besar Purnawirawan Soeharto sebagai pahlawan nasional. Soeharto dianggap layak karena berkontribusi besar membangun negara.
Sekretaris Fraksi PAN Yandri Susanto mengatakan pemberian gelar pahlawan nasional ke Soeharto perlu dikaji mendalam. Sebab masih banyak yang menolak.
"Fraksi PAN akan menampung masukan-masukan dari masyarakat apakah Pak Harto layak atau tidak layak menjadi pahlawan nasional," ujar Yandri di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (20/5/2016).
Adapun sikap Fraksi PAN tidak keberatan terkait usulan Presiden Soeharto menjadi Pahlawan Nasional. Namun pihaknya juga tidak ingin terburu-buru memutuskan hal tersebut.
"PAN pada dasarnya tidak keberatan. Tapi nanti tidak sehat jika dipaksakan (usulan Gelar Pahlawan), karena masih ada pro kontra. Bagaimanapun kalau diterima, itu ada konsekuensinya. Kalau ditolak pun ada konsekuensinya. PAN tidak ingin terburu-buru,"ucapnya.
"Kita tidak mau semua yang ada di republik ini menyangkut perhatian rakyat banyak diputuskan secara tergesa-gesa. Kita akan cermati, terima masukan, kita kaji dan kita lihat positif negatifnya," ungkapnya.
Golkar dan Soeharto tidak dapat dipisahkan. Sejak pemilu pertama di era Orba tahun 1971, Golkar selalu mendukung Soeharto. Pada pemilu-pemilu selanjutnya, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997, Soeharto menjadi Presiden atas dukungan Golkar. Sebaliknya, kebijakan-kebijakan Soeharto selama itu sangat mendukung kemenangan Golkar.
Namun reformasi 1998 melengserkan Soeharto. Salah satu tokoh yang melengserkan Soeharto adalah Amien Rais yang juga politisi senior PAN. Saat itu Soeharto didakwa melakukan korupsi besar-besaran. Namun dia tidak bisa diadili lantaran alasan sakit permanen.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO