"Selasa (26/7) malam, ada temannya bernama Donny Putranto yang tanya kebenaran informasi bahwa Zefrizal sudah dinyatakan DO (drop out) dari FK Unair. Saya jawab bahwa berita itu tidak benar," katanya.
Sesuai peraturan Unair, Zefrizal memang sudah otomatis terkena sanksi DO, karena sudah dua semester berturut-turut tidak aktif kuliah dan membayar biaya studi, namun keputusan resmi untuk sanksi DO itu datang dari pihak universitas.
"Kami sudah melapor, tapi belum ada keputusan universitas, jadi Zefrizal memang sedang proses DO, karena kami sudah mengusulkan, namun keputusan resminya masih menunggu surat dari Rektor. Itu prosedurnya," katanya.
Pihaknya juga sudah menempuh prosedur DO, yakni sudah tiga kali melayangkan surat peringatan kepada orang tua Zefrizal, namun tidak ada jawaban. "Karena itu, kami mengusulkan sanksi DO kepada pihak universitas, namun belum turun," katanya.
Ditanya pelajaran agama yang mengarah pada radikalisme di kampus, ia mengatakan pihaknya memang memberikan pelajaran agama, namun pelajaran agama yang diberikan itu terkait profesi.
"Misalnya, hukum anestesi dalam pandangan Islam, Hindu, Kristen, Budha, dan sebagainya," katanya.
Pandangan senada juga datang dari Direktur Akademik Unair Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih.
"Dia masuk ke fakultas prestise itu lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) atau jalur prestasi pada tahun ajaran 2012/2013," kata Prof Nyoman Tri Puspaningsih.
Namun, selama dua semester terakhir, yakni ganjil dan genap 2015/2016, atau setahun ini Zefrizal belum melakukan registrasi ulang, sehingga pembayaran tunggakan mundur dua semester.
"Kami dari pihak FK dan akademik Unair sudah menghubungi orang tua dan anaknya, baik lewat telepon maupun SMS, termasuk berkirim surat ke rumahnya di Trenggalek, tapi tidak ada tanggapan," kata Nyoman.
"SMS terakhir kepada Zefrizal pada 27 Oktober 2015," katanya.
Dari histori akademik mahasiswa, Zefrizal termasuk jenius dan cerdas. Pada awal masuk kuliah, Indeks Prestasi Komulatif (IPK) Zefrizal mencapai 3,58 dan IPK di atas 3,00 itu bertahan hingga dua tahun pertama.
Namun, memasuki tahun ketiga pada semester ganjil, IPK-nya hanya 2,96. "Terakhir pada semester genap 2014/2015, IPK-nya 2,2 dan tidak ada lagi kabar kuliahnya hingga akhirnya dicari-cari oleh pihak Densus 88," katanya.
Agaknya, cara ISIS masuk kampus memang tidak menampakkan aktivitas di kampus, melainkan lewat pemikiran terkait pemahaman yang sempit dan sikap anti-Barat. (Antara)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Akal Bulus Pasutri Polisi Gadungan: Pura-pura Istri Pendarahan, Mobil Sopir Online Lenyap
-
Geger Siswa SMPN 19 Tangsel Tewas Diduga Dibully, Mendikdasmen: Saya Akan Dalami Kasus Ini!
-
Operasi Langit di Cilacap: BNPB 'Halau' Hujan Demi Percepat Evakuasi Korban Longsor
-
Perjalanan Cinta Rugaiya Usman dan Wiranto
-
RUU KUHAP Dikebut Tanpa Suara Publik, Anggota Komisi III DPR Terancam Dilaporkan ke MKD
-
Viral Hewan Ragunan Kurus Diduga Dana Jatah Makan Ditilep, Publik Tuntut Audit
-
Kabar Duka! Istri Wiranto, Rugaiya Usman Meninggal Dunia di Bandung
-
Geger Bayi di Cipayung: Dibuang di Jurang, Ditemukan Hidup dalam Goodie Bag Saat Kerja Bakti
-
Tegas! Pramono Anung Larang Jajarannya Persulit Izin Pembangunan Rumah Ibadah di Jakarta
-
Pramono Bantah Isu Tarif LRT Rp160 Ribu: Jadi Saja Belum