Muhammad Irwan (11), anak sopir bajar Riwahyudin (54) di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (29/9/2016). [Suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Baca 10 detik
Riwahyudin (54), sopir bajaj yang mangkal di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, tak menyangka akhirnya bisa mewujudkan impian puteranya Muhammad Irwan (11) bisa mengenyam pendidikan sekolah dasar.
Riwahyudin atau akrab disapa Iwai adalah supir bajaj sewaan yang tinggal dan menghidupi puteranya Irwan atau Amat selama 10 tahun di dalam bajaj.
Namun berkat usaha kerja keras menjadi supir bajaj, Amat akhirnya bisa bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 05 Gondangdia, Jakarta Pusat meski baru duduk di kelas 1 SD.
Iwai menceritakan, sejak usia 7 tahun puteranya memiliki keiinginan untuk bersekolah. Namun karena keterbatasan biaya, ia belum mampu menyekolahkan anak semata wayangnya, yang ia rawat sendiri sejak umur 1 tahun, setelah ditinggalkan sang istri.
Tak berhenti di situ, ia pun terus mengumpulkan uang agar puteranya bisa sekolah dan mempunyai masa depan yang lebih baik.
"Waktu umur 7 tahun dia sudah minta sekolah, tapi baru tahun ini akhirnya bisa sekolah. Saya juga bertekad gimana caraya anak saya sekolah," ujar Iwai kepada Suara.com, di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (29/9/2016).
Kata Iwai, setiap tahun putranya selalu merengek untuk sekolah. Namun dirinya terus memberikan alasan bahwa pendaftaran telah tutup. Hingga bulan Juli 2016, Amat mulai bersekolah.
"Saya sudah daftar ke sekolah, sekarang sistem online, jadi saya nggak tahu, jadi terlambat. Tahun ini saya baru bisa daftarkan setelah lengkap dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Tadinya hampir nggak diterima akhirnya kepala sekolahnya bisa usahain," ucap dia.
"Pas saya dapat kabar anak saya bisa masuk. Di situ saya bangga dan bahagia anak saya bisa sekolah. Saya langsung beli baju sekolah, tas, peralatan sekolah dengan uang tabungan yang saya punya,"sambungnya.
Setelah mendaftarkan , puteranya sempat tak percaya karena dianggap selalu bohong. Namun setelah melihat langsung baju dan peralatan sekolah, ia pun percaya bahwa ia akhirnya bisa sekolah.
"Anak saya tadinya nggak percaya karena saya selalu bohong, jadi dia nggak percaya. Ah bapak bohong terus. Sampai akhirnya dia bengong dan percaya karena saya tunjukin bajunya," ucapnya
Iwai menuturkan, keterlambatan puteranya juga dikarenakan dokumen yang belum lengkap usai rumah orangtuanya dijual dan berkasnya hilang. Namun ia beralasan kepada puteranya, bahwa pendaftaran telah tutup.
"Saya nggak mau ngecewain anak saya, gimana caranya anak saya nggak kecewa, dan saya berjuang biar dia sekolah," tutur Iwai.
Tak hanya itu, ia pun selalu menanamkan kepada puteranya untuk tidak pesimis karena diusianya yang 11 tahun ia masih duduk di kelas 1 SD.
"Saya selalu katakan harus rajin jangan minder karena sekolahnya terlambat. Saya juga ingatkan bahwa murid di kelas 1 dianggap seperti adik sendiri," tandasnya.
Iwai pun mengatakan, puteranya sangat memilki semangat untuk bersekolah. Semangatnya terlihat ketika Amat berangkat ke sekolah dan terus belajar usai pulang sekolah
"Dia setiap hari bangun pagi jam 05.00. Kalau mandi di toilet pasar Cikini atau pom bensin dan langsung saya antar ke sekolah,"imbuh Boy.
Selama dua bulan sekolah, Amat belajar di dalam bajaj atau pun di trotoar, tempat dirinya menunggu penumpang di kawasan Cikini.
Lebih lanjut, Iwai mengatakan Amat memiliki cita-cita menjadi pilot. Ia pun terus mendorong semangat puteranya itu.
"Saya seneng dia punya cita-cita jadi pilot dan saya terus beri semangat kepada putera saya walaupun saya tahu, jadi pilot itu harus sekolah yang tinggi, saya nggak tahu kedepannya. Saya hanya berdoa putera saya menjadi sukses, jadi anak soleha, bisa berguna bagi bangsa dan negara," imbuh pria berambut gondrong.
Setelah hidup 10 tahun di dalam bajaj, akhirnya Iwai dan Amat mendapatkan bantuan tempat tinggal yakni kamar salah satu rumah kontrakan dari salah satu relawan. Keduanya tinggal di RT 01 RW 12 blok D 113, Kelurahan Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat.
Komentar
Berita Terkait
-
Pahit Getir Perjuangan Sopir Bajaj Menghidupi Sang Anak
-
Saran Buat Ayah yang 11 Tahun Tinggal di Bajaj Bersama Anak
-
Bambu 1 Meter Tembus Dada, Sopir Ini Tetap Terjaga Selama Operasi
-
Rizal Ramli Kritik Kemiskinan di Jakarta Akibat Pembangunan
-
Djarot: Harus Samakan Persepsi untuk Stop Kemiskinan di Jakarta
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
Terkini
-
Narasi Prabowo - Gibran Dua Periode Disorot: Orientasi Kekuasaan Jauh Lebih Dominan?
-
Imbas Pasutri di Cakung Ribut: Rumah Ludes Dibakar, Suami Dipenjara, Istri-Mertua Luka-luka!
-
Rocky Gerung Bongkar Borok Sistem Politik!
-
Wahyudin Moridu Ternyata Mabuk saat Ucap 'Mau Rampok Uang Negara', BK DPRD Gorontalo: Langgar Etik!
-
Indonesia di Ambang Amarah: Belajar dari Ledakan di Nepal, Rocky Gerung dan Bivitri Beri Peringatan!
-
Ganggu Masyarakat, Kakorlantas Bekukan Penggunaan Sirene "Tot-tot Wuk-wuk"
-
Angin Segar APBN 2026, Apkasi Lega TKD Bertambah Meski Belum Ideal
-
Digerebek Satpol PP Diduga Sarang Prostitusi, Indekos di Jakbar Bak Hotel: 3 Lantai Diisi 20 Kamar!
-
Usai Siswa Keracunan Massal, DPR Temukan Ribuan SPPG Fiktif: Program MBG Prabowo Memang Bermasalah?
-
RUU Perampasan Aset Mesti Dibahas Hati-hati, Pakar: Jangan untuk Menakut-nakuti Rakyat!