Suara.com - Hampir 50 orang tewas beruntun di sebuah rumah sakit khusus para manula di Yokohama, Jepang selama periode Juli hingga September. Polisi setempat menduga pasien-pasien yang tewas itu dibunuh oleh seseorang yang melakukan aksinya karena belas kasihan.
Polisi menduga pelaku pembunuhan berantai, di rumah sakit berkapasitas 85 tempat tidur di kota terbesar kedua di Jepang itu, dilakukan oleh orang dalam yang paham dengan ilmu kedokteran dan punya hubungan kuat dengan fasilitas kesehatan tersebut.
Sejauh ini polisi, yang telah memulai penyelidikan sejak September lalu, belum menangkap satu pun tersangka.
Polisi mengatakan bahwa pelaku, yang dijuluki sebagai "malaikat maut", menggunakan racun untuk membunuh korban-korbannya. Ia diyakini memasukkan sebuah zat kimia yang digunakan pada cairan disinfektan ke dalam kantong infus pasien.
Sialnya penyelidikan polisi terhambat karena 46 pasien yang tewas sudah dikremasi. Kini tinggal dua jenazah pasien yang wafat pada September lalu yang bisa diperiksa oleh polisi. Keduanya berusia 88 tahun dan diduga tewas akibat keracunan.
Petinggi di Rumah Sakit Oguchi sendiri mengatakan awalnya mereka menduga kematian pasien-pasien itu biasa, karena beberapa di antara mereka menderita sakit parah.
"Tetapi kami memang merasa bahwa jumlah pasien yang meningal sedikit meningkat," kata dia.
Lima pasien tewas pada hari yang sama di akhir Agustus lalu. Sementara empat lainnya meninggal bersamaan pada awal September kemarin.
Petugas rumah sakit mulai curiga ketika Nobuo Yamaki meninggal pada 20 September. Seorang perawat menemukan gelembung-gelembung aneh di dalam kantong infus lelaki tua itu. Yamaki meninggal dua hari setelah pasien lain bernama Sozo Nishikawa tewas keracunan.
Keduanya tewas ketika warga Jepang menikmati libur panjang akhir pekan pada September lalu, ketika negeri itu merayakan hari libur untuk menghormati para manula. Saat itu beberapa staf rumah sakit juga libur.
Polisi menduga si pembunuh memilih korbannya secara acak. Sebanyak 10 kantong infus tak terpakai yang disimpan di balik meja perawat di lantai empat rumah sakit ditemukan memiliki lubang-lubang bekas suntikan.
Sebagian besar pasien di rumah sakit itu memang tak bisa meninggalkan tempat tidurnya dan mengalami susah makan. Sejak penyelidikan digelar, rumah sakit itu tak lagi menerima pasien baru.
Peristiwa ini menambah panjang kejanggalan di RS Oguchi, setelah pada April lalu ditemukan sayatan di jubah salah satu perawat. Sementara pada Agustus, bibir salah satu pekerja terbakar karena mengonsumsi minuman yang telah dicampur dengan pemutih.
Pembunuhan di RS Oguchi, jika benar-benar karena belas kasihan, seperti mengulang peristiwa di Denmark, ketika perawat bernama Christian Hansen terbukti membunuh tiga pasien usia lanjut dan berusaha membunuh korban keempatnya dengan obat-obatan. Ia divonis penjara seumur hidup pada Juni lalu.
Pada Juli lalu 19 pasien di rumah perawatan orang cacat di Sagamihara, Jepang juga dibunuh oleh seorang bekas karyawan di fasilitas tersebut. Sementara di 2014 seorang eks karyawan di sebuah rumah jompo membunuh tiga manula dengan mendorong mereka dari sebuah balkon.
Pada 2006 silam, seorang perawat Jerman bernama Stephen Letter terbukti membunuh 29 pasien, yang rata-rata berusia lanjut, di sebuah rumah sakit di Sonfhofen, Bavaria di antara tahun 2003 dan 2004. (The Straits Times)
Berita Terkait
-
Penggunaan Dolar AS Mulai Ditinggalkan, Indonesia-Jepang Pilih Mata Uang Lokal
-
Nenek 92 Tahun Menjuarai Turnamen Tekken 8 di Liga Esports Lansia Jepang
-
Belajar dari Konsep Ikigai: Cara Menemukan Makna dan Kebahagiaan Hidup
-
LE SSERAFIM Batal Acara Fan Sign di China, Diduga Imbas Member Asal Jepang
-
RI Raup USD 10 Juta dari Jualan Produk Halal di Jepang
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Diduga Lakukan Pemerasan hingga Ratusan Juta, Kajari dan Kasi Intel Kejaksaan Negeri HSU Ditahan KPK
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra