Junaedi, mantan pengikut Padepokan Dimas Kanjeng saat melapor ke Polres Probolinggo [suara.com/Andi Sirajuddin]
Salah satu pengikut yang sadar telah korban penipuan uang yang dilakukan pengasuh Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi melapor ke Mapolres Probolinggo, Jawa Timur. Saksi kunci ini bernama M. Junaedi. Junaedi mengaku sempat menjadi target kedua untuk dibunuh, setelah Ismail Hidayah.
“Saya berani melapor setelah melihat tayangan televisi, ditangkapnya Taat Pribadi, dan pernyataan Marwah Daud yang begitu getolnya membela mati-matian Taat Pribadi,” katanya di ruang SPKT Mapolres Probolinggo.
Junaedi merupakan warga Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Rumahnya pernah menjadi sasaran pelemparan bondet oleh orang tak dikenal.
“Saya berani melapor setelah melihat tayangan televisi, ditangkapnya Taat Pribadi, dan pernyataan Marwah Daud yang begitu getolnya membela mati-matian Taat Pribadi,” katanya di ruang SPKT Mapolres Probolinggo.
Junaedi merupakan warga Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Rumahnya pernah menjadi sasaran pelemparan bondet oleh orang tak dikenal.
Ketika dia melapor ke posko pengaduan korban Taat Pribadi di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu Mapolres Probolinggo, dokumen-dokumen yang dipunyainya pun diserahkan.
Antara lain, foto Junaedi bersama Taat Pribadi. Foto Junaedi bersama Mishal Budiarto alias Sahal yang kini telah menjalani hukuman dalam kasus pembunuhan terhadap Ismail Hidayah. Kemudian foto tumpukan uang. Foto itu persis seperti yang terlihat di video ketika Taat Pribadi sedang menghitung uang di hadapan para lelaki bertelanjang dada.
Antara lain, foto Junaedi bersama Taat Pribadi. Foto Junaedi bersama Mishal Budiarto alias Sahal yang kini telah menjalani hukuman dalam kasus pembunuhan terhadap Ismail Hidayah. Kemudian foto tumpukan uang. Foto itu persis seperti yang terlihat di video ketika Taat Pribadi sedang menghitung uang di hadapan para lelaki bertelanjang dada.
Junaedi mengaku tahu seluk beluk aliran dana Taat Pribadi secara tidak sengaja pada 2011.
Saat itu, nama padepokan Dimas Kanjeng belum dikenal seperti sekarang. Doktor Marwah Daud Ibrahim ketika belum bergabung ke padepokan.
Menurut Junaedi untuk memuluskan niat agar Marwah Daud bergabung, Taat Pribadi menggunakan cara khusus. Taat Pribadi, katanya, menelepon Marwah Daud yang ketika itu berada di Makassar, Sulawesi Selatan.
Taat Pribadi berupaya meyakinkan Marwah bahwa Taat Pribadi bisa mengutus jin untuk mengirim uang tunai kepada Marwah Daud. Benar saja, saat Marwah membuka pintu rumahnya, kata Junaedi, sudah ada dua koper uang tunai pecahan seratus ribu rupiah.
“Tapi sebenarnya itu bukan jin yang membawa. Melainkan almarhum Ismail (korban pembunuhan) yang mengantar ke sana. Baru setelah uang sampai, dan Ismail pergi, Taat menelepon Marwah untuk mengecek keberadaan uang tersebut,” ujarnya.
Aksi itu, katanya, berhasil membuat Marwah yang merupakan politikus dan cendekiawan muslim terkesima dengan kelebihan Taat Pribadi, hingga menyebutnya memiliki karomah.
Junaedi mengaku jadi pengikut Taat Pribadi karena hipnotis yang disertakan dalam kaset VCD rekaman Taat Pribadi saat menaruh uang. Junaedi mulai curiga pada padepokan sekitar akhir 2014.
Ketika itu, dia sering melihat Ismail bertengkar dengan pengikut padepokan yang lain soal pencairan uang. Firasat buruknya pun terbukti, Ismail tewas dibunuh. Waktu itu belum ketahuan siapa pelakunya.
Junaedi mengaku jadi pengikut Taat Pribadi karena hipnotis yang disertakan dalam kaset VCD rekaman Taat Pribadi saat menaruh uang. Junaedi mulai curiga pada padepokan sekitar akhir 2014.
Ketika itu, dia sering melihat Ismail bertengkar dengan pengikut padepokan yang lain soal pencairan uang. Firasat buruknya pun terbukti, Ismail tewas dibunuh. Waktu itu belum ketahuan siapa pelakunya.
Padahal, kata Junaedi, niat Ismail ketika itu hanya ingin meminta padepokan mengembalikan uang pengikut.
“Mereka itu tak ubahnya memperkaya diri sendiri dan pengikut setianya, sementara umat yang lain, dijadikan ATM berjalan, untuk mengeruk uang,” kata lelaki berusia 49 tahun. (Andi Sirajuddin]
Suara.com - BERITA MENARIK LAINNYA:
Jaksa Cecar Misteri Hilangnya Celana Robek, Ini Jawaban Jessica
Biadab, Bayi 1 Tahun Dimutilasi Ibu Kandungnya Sendiri
Ini Pengakuan Pengikut Dimas Kanjeng yang Sulit Dinalar
Tak Direstui Keluarga, Ini Alasan Asty Ananta Tetap Nikah di Bali
Inilah Pekerjaan Mario Teguh Sebelum Menjadi Motivator Terkenal
Tag
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Aktivis Jogja 'Diculik' Aparat, YLBHI: Ini Penangkapan Ilegal dan Sewenang-wenang!
-
Tak Mau PPP Terbelah, Agus Suparmanto Sebut Klaim Mardiono Cuma Dinamika Biasa
-
Zulhas Umumkan 6 Jurus Atasi Keracunan Massal MBG, Dapur Tak Bersertifikat Wajib Tutup!
-
Boni Hargens: Tim Transformasi Polri Bukan Tandingan, Tapi Bukti Inklusivitas Reformasi
-
Lama Bungkam, Istri Arya Daru Pangayunan Akhirnya Buka Suara: Jangan Framing Negatif
-
Karlip Wartawan CNN Dicabut Istana, Forum Pemred-PWI: Ancaman Penjara Bagi Pembungkam Jurnalis!
-
AJI Jakarta, LBH Pers hingga Dewan Pers Kecam Pencabutan Kartu Liputan Jurnalis CNN oleh Istana
-
Istana Cabut kartu Liputan Wartawan Usai Tanya MBG ke Prabowo, Dewan Pers: Hormati UU Pers!
-
PIP September 2025 Kapan Cair? Cek Nominal dan Ketentuan Terkini
-
PLN Perkuat Keandalan Listrik untuk PHR di WK Rokan Demi Ketahanan Energi Nasional