Suara.com - Pengamat politik Boni Hargens mengatakan jika majelis hakim nanti memutuskan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak bersalah dalam kasus penistaan agama, kemudian ada yang memobilisasi massa lagi untuk demonstrasi, berarti membuktikan motif mereka politik, bukan penegakan hukum.
"Apakah ini ada pemaksaan hukum atau murni masalah hukum? Kalau misalnya hakim menyatakan tidak bersalah dan ada yang marah, lalu buat aksi, berarti ini seratus persen masalah politik," kata Boni yang juga Komisaris Utama LKBN Antara di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (7/12/2016)
Boni menambahkan jika masalahnya sudah politik, maka yang perlu dilacak kemudian adalah siapa aktor politik di baliknya.
"Sehingga harus kejar aktor politiknya, karena harus bisa pisahkan ruang hukum dan politik," katanya.
Kasus Ahok akan mulai disidang di Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada Selasa (13/12/2016) pagi. Kejaksaan Agung telah menyusun tim jaksa penuntut umum yang berjumlah 13 orang. Pengadilan juga telah menetapkan majelis hakim yang akan mengadili Ahok.
Boni berharap majelis hakim memproses kasus dengan tetap mengedepankan profesionalitas. Boni berharap mereka tidak terpengaruh tekanan politik dan massa.
"Yang penting adalah sejauh mana hakim menyatakan bersalah atau tidak, tidak perlu pikirkan resiko politiknya, kalau salah bilang salah, kalau tidak salah ya tidak," kata Boni.
Berita Terkait
-
Ojol Tewas, Ahok Sebut DPR Takut: Kenapa Tidak Berani Terima Orang Demo?
-
Dedi Mulyadi Berlutut di Depan Kereta Kencana: Antara Pelestarian Budaya dan Tuduhan Penistaan Agama
-
Ahok Ikut Komentar Soal Kenaikan Gaji Anggota DPR: Mau Rp1 Miliar Sebulan Oke
-
Ahok Tak Masalah kalau Gaji Anggota DPR Rp1 Miliar Sebulan, Tapi Tantang Transparansi Anggaran
-
CEK FAKTA: Ahok Sebut Jokowi Terseret Korupsi Pertamina Rp 193,7
Terpopuler
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Panglima TNI Kunjungi PPAD, Pererat Silaturahmi dan Apresiasi Peran Purnawirawan
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
Pilihan
-
Investor Mundur dan Tambahan Anggaran Ditolak, Proyek Mercusuar Era Jokowi Terancam Mangkrak?
-
Desy Yanthi Utami: Anggota DPRD Bolos 6 Bulan, Gaji dan Tunjangan Puluhan Juta
-
Kabar Gembira! Pemerintah Bebaskan Pajak Gaji di Bawah Rp10 Juta
-
Pengumuman Seleksi PMO Koperasi Merah Putih Diundur, Cek Jadwal Wawancara Terbaru
-
4 Rekomendasi HP Tecno Rp 2 Jutaan, Baterai Awet Pilihan Terbaik September 2025
Terkini
-
YLBHI Desak Tim Independen Komnas HAM Dkk Usut Dugaan Pelanggaran HAM Berat pada Kerusuhan Agustus
-
KPK Dalami Dugaan Jual Beli Kuota Haji Melalui Pemeriksaan Ustaz Khalid Basalamah
-
YLBHI Soroti Ada Apa di Balik Keengganan Pemerintah Bentuk TGPF Ungkap Kerusuhan Agustus 2025?
-
75 Persen Bansos Triwulan III Sudah Tersalur, Mensos Akui Masih Ada Bantuan Nyangkut!
-
YLBHI Ingatkan Prabowo: Calon Kapolri Baru Harus Jaga Independensi, Bukan Alat Politik atau Bisnis!
-
KPK Akui Periksa Ustaz Khalid Basalamah dalam Kasus Haji Soal Uhud Tour Miliknya
-
'Jangan Selipkan Kepentingan Partai!' YLBHI Wanti-wanti DPR di Seleksi Hakim Agung
-
Tak Tunggu Laporan Resmi; Polisi 'Jemput Bola', Buka Hotline Cari 3 Mahasiswa yang Hilang
-
Skandal Korupsi Kemenaker Melebar, KPK Buka Peluang Periksa Menaker Yassierli
-
Siapa Lelaki Misterius yang Fotonya Ada di Ruang Kerja Prabowo?