Anggota Advokat Cinta Tanah Air, Novel Bamukmin alias Habib Novel [suara.com/Bowo Raharjo]
Sekretaris Jenderal Dewan Syuro DPD Front Pembela Islam DKI Jakarta Habib Novel Bamukmin angkat bicara soal sidang perdana kasus dugaan penodaan agama yang dijalani Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), hari ini. Novel menilai sidang tersebut hanya menjadi panggung bagi Ahok yang sekarang sedang kampanye untuk pilkada Jakarta periode 2017-2022.
"Siang tadi hanyalah sebagai ajang kampanye dan ajang curhat," kata Novel, Selasa (13/12/2016).
Novel menilai eksepsi atas dakwaan jaksa yang disampaikan Ahok dan pengacara siang tadi kental dengan nuansa politik.
"Jelas sekali mereka sarat dengan kepentingan politik. Padahal kita murni hanya menuntut agar penista agama siapapun, agama apapun, suku apapun kalau sudah menista agama wajib dihukum dengan UU yang berlaku," kata pengacara yang tergabung dalam Advokat Cinta Tanah Air.
Novel yang menjadi salah satu pelapor kasus dugaan penodaan agama juga menyoroti materi eksepsi yang menyebutkan proses hukum terhadap Ahok diintervensi massa.
"Mereka bikin tuduhan lagi kepada umat Islam dan ulama bahwa umat Islam yang bersikap dan turun ke jalan adalah untuk menjegal karir politik Ahok," kata dia.
Jaksa penuntut umum mendakwa Ahok dengan dua pasal alternatif.
"Siang tadi hanyalah sebagai ajang kampanye dan ajang curhat," kata Novel, Selasa (13/12/2016).
Novel menilai eksepsi atas dakwaan jaksa yang disampaikan Ahok dan pengacara siang tadi kental dengan nuansa politik.
"Jelas sekali mereka sarat dengan kepentingan politik. Padahal kita murni hanya menuntut agar penista agama siapapun, agama apapun, suku apapun kalau sudah menista agama wajib dihukum dengan UU yang berlaku," kata pengacara yang tergabung dalam Advokat Cinta Tanah Air.
Novel yang menjadi salah satu pelapor kasus dugaan penodaan agama juga menyoroti materi eksepsi yang menyebutkan proses hukum terhadap Ahok diintervensi massa.
"Mereka bikin tuduhan lagi kepada umat Islam dan ulama bahwa umat Islam yang bersikap dan turun ke jalan adalah untuk menjegal karir politik Ahok," kata dia.
Jaksa penuntut umum mendakwa Ahok dengan dua pasal alternatif.
Pasal alternatif pertama yaitu pelanggaran terhadap Pasal 156 a huruf a KUHP dan alternatif kedua adalah pasal 156 KUHP.
Materi dakwaan alternatif pertama terkait dengan kualifikasi penodaan terhadap agama saat Ahok selaku gubernur DKI Jakarta pada 27 September melakukan kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu, tempat dia menyebut adanya pihak yang menggunakan Al Quran surat Al Maidah ayat 51 untuk keperluan tertentu.
"Demikian pula dakwaan alternatif kedua pada hakikatnya sama, hanya kualifikasinya yang berbeda," ujar jaksa penuntut umum Ali Mukartono dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
Materi dakwaan alternatif pertama terkait dengan kualifikasi penodaan terhadap agama saat Ahok selaku gubernur DKI Jakarta pada 27 September melakukan kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu, tempat dia menyebut adanya pihak yang menggunakan Al Quran surat Al Maidah ayat 51 untuk keperluan tertentu.
"Demikian pula dakwaan alternatif kedua pada hakikatnya sama, hanya kualifikasinya yang berbeda," ujar jaksa penuntut umum Ali Mukartono dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
Jaksa penuntut umum mendakwa Ahok sengaja melakukan penodaan agama dengan menyinggung surat Al Maidah ayat 51.
"Dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan yang pada pokoknya bersifat permusuhan penyalahgunaan atau penodaan terhadap agama yang dianut di Indonesia yang dilakukan oleh terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut," kata Ali Mukartono.
Ali Mukartono menambahkan ketika itu Ahok meminta warga untuk tidak mudah percaya dengan pihak-pihak tertentu yang kerap menggunakan dalil-dalil agama untuk tujuan politik.
"Jadi tak usah pikiran ah nanti kalau tak terpilih mesti Ahok program bubar tidak saya sampai Oktober 2017. Jadi, jangan percaya sama orang, bisa saja dalam hati kecil bapak-ibu tak bisa pilih saya dibohongi pakai Surat Al Maidah 51 macam," kata Ali Mukartono mengutip pernyatan Ahok ketika kunjungan kerja di Kepulauan Seribu.
Menurut Ali Mukartono, Ahok seharusnya jangan menyinggung surat Al Maidah. Sebab, kata Ali Mukartono, bukan kapasitas Ahok untuk menerjemahkan ayat tersebut.
Setelah jaksa membacakan dakwaan, giliran Ahok menyampaikan pembelaan.
Dalam pembelaan, Ahok juga mengutip bukunya yang ditulis tahun 2008 berjudul Berlindung di Balik Ayat Suci.
Ahok menjelaskan bahwa dia tidak punya niat sama sekali untuk menghina agama Islam.
Ahok juga mengungkapkan kedekatannya dengan kalangan muslim, bahkan dia merupakan anak angkat dari keluarga muslim sehingga tidak mungkin Ahok menghina agama Islam.
Pengacara Ahok, Trimoelja D. Soerjadi, menilai jaksa penuntut umum keliru dalam mendakwa Ahok.
"Berkaitan dengan penistaan agama, penghinaan ulama. Justru dari eksepsi pak Ahok sangat bagus sekali. Beliau pertama tidak ada niat untuk menistakan agama dan menghina ulama. Pak Ahok sudah menjelaskan apa yang dikatakan di Kepulauan Seribu itu ditujukan pada pihak lain yaitu oknum politisi yang memanfaatkan katakanklah ayat suci. Tapi beliau tidak mencontohkan ayat suci agama Islam saja, tapi al kitab juga ada yang menggunakan hal tersebut," kata Srimoelja usai sidang.
Dia menegaskan Ahok sama sekali berniat untuk menodai agama Islam.
"Dalam hal ini memang Pak Ahok tidak sama sekali untuk menghina menistakan agama. Mau tidak mau Pak Ahok harus menjelaskan sejak Pak Ahok di Babel saat menjadi anggota DPRD, di sana kemudian jadi bupati, bahkan berlanjut sampai jadi gubernur, perhatiannya pada umat islam besar sekali," kata dia.
Komentar
Berita Terkait
-
Ojol Tewas, Ahok Sebut DPR Takut: Kenapa Tidak Berani Terima Orang Demo?
-
Dedi Mulyadi Berlutut di Depan Kereta Kencana: Antara Pelestarian Budaya dan Tuduhan Penistaan Agama
-
Ahok Ikut Komentar Soal Kenaikan Gaji Anggota DPR: Mau Rp1 Miliar Sebulan Oke
-
Ahok Tak Masalah kalau Gaji Anggota DPR Rp1 Miliar Sebulan, Tapi Tantang Transparansi Anggaran
-
CEK FAKTA: Ahok Sebut Jokowi Terseret Korupsi Pertamina Rp 193,7
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Geger Mark-Up Whoosh, Mahfud MD Siap Dipanggil KPK: Saya Akan Datang
-
Detik-detik Atap Lapangan Padel Taman Vila Meruya Ambruk Diterjang Badai Jakarta
-
Kemenag Minta Dosen PTK Manfaatkan Beasiswa Riset LPDP, Pembiayaan Hingga Rp 2 Miliar
-
Jalur Kedunggedeh Normal Lagi Usai KA Purwojaya Anjlok, Argo Parahyangan Jadi Pembuka Jalan
-
Menjelang HLN ke-80, Warga Aek Horsik Tapanuli Tengah Akhirnya Nikmati Listrik Mandiri
-
Isi Rapor SMA Ferry Irwandi Dibuka, 40 Hari Tak Masuk Sekolah Tapi Jadi Wakil Cerdas Cermat
-
Pesan Terakhir Pria di Lubuklinggau Sebelum Tenggak Racun: Aku Lelah, Terlilit Utang Judol
-
Curanmor di Tambora Berakhir Tragis: Tembak Warga, Pelaku Dihajar Massa Hingga Kritis!
-
Bantu Ibu Cari Barang Bekas, Anak 16 Tahun di Lampung Putus Sekolah, Ini Kata Kemen PPPA!
-
Sidak Gabungan di Lapas Karawang, Puluhan Ponsel Disita dari Blok Narapidana