Suara.com - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menggelar Rapat Paripurna penutupan masa sidang, Kamis (23/2/2017). Salah satu agendanya adalah pembacaan surat pengajuan Hak Angket 'Ahok Gate'.
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan pembacaan surat ini bukan untuk diambil keputusan. Melainkan hanya membaca surat yang masuk ke meja pimpinan.
"Jadi hak angket itu pertama, dia akan dibaca sebagai surat masuk di paripurna tapi bukan dibaca sebagai laporan pengusul. Jadi kita hanya memberitahukan kepada paripurna bahwa surat dari para pengusul itu sudah masuk ke pimpinan," kata Fahri di DPR, Jakarta, Kamis (23/2/2017).
Setelah surat ini dibacakan dalam rapat paripurna, kemudian akan dibawa ke Badan Musyawarah untuk diatur penjadwalan pembacaan usulan penggunaan hak angket oleh anggota di masa sidang yang akan datang.
"Setelah dibacakan (hari ini) selanjutnya harus ada Bamus yang mengatur soal pembacaan usulan penggunaan Hak Angket oleh angota di masa sidang yang akan datang," kata dia.
Rapat paripurna hari ini yang digelar sekira pukul 14.00 WIB memiliki sejumlah agenda, di antaranya laporan Pimpinan Komisi XI DPR RI Mengenai Haril Pembahasan Calon Anggota Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) dilanjutkan dengan pengambilan keputusan.
Kemudian, Pengesahan Perpanjangan Waktu Pembahasan; RUU tentang Sistem Perbukuan; RUU tentang Kebudayaan; RUU tentang Larangan Minuman Beralkohol; RUU tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP); RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri (PPILN); dan RUU tentang Arsitek.
Serta terakhir, pembacaan Pidato Ketua DPR RI Penutupan Masa Sidang III Tahun Sidang 2016-2017, yang didahului dengan pelantikan Anggota DPR RI dan Anggota Pengganti Antarwaktu DPR RI.
Sekitar 90 anggota DPR dari empat fraksi telah menandatangani surat usulan hak angket 'Ahok Gate'. Empat Fraksi itu adakah Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrat.
Pengajuan Hak Angket ini karena menganggap pelantikan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi Gubernur DKI Jakarta melanggar Pasal 83 ayat 1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Apalagi, saat ini Ahok berstatus terdakwa dalam perkara penodaan agama yang saat ini masih menjalani persidangan.
Baca Juga: Ahok Minta Jabatan Komisaris ke Nestle Jika Pensiun
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Bobby Nasution Berikan Pelayanan ke Masyarakat Korban Bencana Hingga Dini Hari
-
Pramono Anung Beberkan PR Jakarta: Monorel Rasuna, Kali Jodo, hingga RS Sumber Waras
-
Hujan Ringan Guyur Hampir Seluruh Jakarta Akhir Pekan Ini
-
Jelang Nataru, Penumpang Terminal Pulo Gebang Diprediksi Naik Hingga 100 Persen
-
KPK Beberkan Peran Ayah Bupati Bekasi dalam Kasus Suap Ijon Proyek
-
Usai Jadi Tersangka Kasus Suap Ijon Proyek, Bupati Bekasi Minta Maaf kepada Warganya
-
KPK Tahan Bupati Bekasi dan Ayahnya, Suap Ijon Proyek Tembus Rp 14,2 Miliar
-
Kasidatun Kejari HSU Kabur Saat OTT, KPK Ultimatum Segera Menyerahkan Diri
-
Pengalihan Rute Transjakarta Lebak Bulus - Pasar Baru Dampak Penebangan Pohon
-
Mendagri: Pemerintah Mendengar, Memahami, dan Menindaklanjuti Kritik Soal Bencana