Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono [suara.com/Agung Sandy Lesmana]
Beberapa hari terakhir, sebagian publik di Jakarta mempertanyakan tentang adanya spanduk di masjid yang bertuliskan "masjid ini tidak mensholatkan jenazah pendukung dan pembela penista agama." Spanduk tersebut muncul menjelang pilkada Jakarta putaran kedua pada 19 April 2017.
Meskipun sebagian warga heboh, polisi belum dapat bertindak.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan polisi menunggu laporan dari Panitia Pengawas Pemilu DKI Jakarta.
"Kami tunggu laporan dari panwaslu. Ini kan berkaitan dengan pilkada. Kan udah jelas dari dulu, aturannya begitu," kata Argo kepada Suara.com, Senin (272/2/2017).
Argo mengatakan untuk sekarang kasus tersebut masih merupakan kewenangan panwaslu.
"Seharusnya ada laporan panwas di lapangan. Kan ada (sentra) gakkumdu (Penegakan Hukum Terpadu) yang terkait dengan pilkada," kata dia.
Argo menambahkan setelah dilaporkan ke polisi, penyidik akan langsung menindaklanjutinya apakah masuk kategori pidana pemilu atau murni tindak pidana.
"Semuanya kan perlu kami teliti semuanya. Kalau memang (melanggar) UU Pilkada, kan sudah ada mekanisme sama aturannya," kata dia.
Koordinator Jaringan Gusdurian Alissa Wahid menilai politik yang dikemas dengan sentimen agama sangat berbahaya. Pernyataan putri sulung Gus Dur tersebut untuk menanggapi pemasangan spanduk di masjid yang bertuliskan "masjid ini tidak mensholatkan jenazah pendukung dan pembela penista agama."
Meskipun sebagian warga heboh, polisi belum dapat bertindak.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan polisi menunggu laporan dari Panitia Pengawas Pemilu DKI Jakarta.
"Kami tunggu laporan dari panwaslu. Ini kan berkaitan dengan pilkada. Kan udah jelas dari dulu, aturannya begitu," kata Argo kepada Suara.com, Senin (272/2/2017).
Argo mengatakan untuk sekarang kasus tersebut masih merupakan kewenangan panwaslu.
"Seharusnya ada laporan panwas di lapangan. Kan ada (sentra) gakkumdu (Penegakan Hukum Terpadu) yang terkait dengan pilkada," kata dia.
Argo menambahkan setelah dilaporkan ke polisi, penyidik akan langsung menindaklanjutinya apakah masuk kategori pidana pemilu atau murni tindak pidana.
"Semuanya kan perlu kami teliti semuanya. Kalau memang (melanggar) UU Pilkada, kan sudah ada mekanisme sama aturannya," kata dia.
Koordinator Jaringan Gusdurian Alissa Wahid menilai politik yang dikemas dengan sentimen agama sangat berbahaya. Pernyataan putri sulung Gus Dur tersebut untuk menanggapi pemasangan spanduk di masjid yang bertuliskan "masjid ini tidak mensholatkan jenazah pendukung dan pembela penista agama."
"Menurut saya itu adalah persoalan politik yang dikemas dalam sentimen agama dan itu berbahaya. Urusan agama adalah urusan yang berbeda," kata Alissa sebelum acara diskusi bertema Penebaran Kebencian, Problem Intoleransi, dan Peranan Penegak Hukum di Hotel Bidakara, Jakarta.
Alissa menegaskan keimanan, keyakinan, atau kemusliman seseorang tidak bisa dinilai dari pilihan politik di pilkada.
"Dan sangat menyedihkan kalau kemudian ulama dan tokoh agama tidak bisa membedakan hak seorang muslim dan kewajiban masyarakat itu dengan hak politik dan hak kewarganegaraan," kata dia.
Dia mempertanyakan kenapa aksi tersebut hanya terjadi di Jakarta. Pilkada di Jakarta diikuti pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dan pasangan Anies Baswedan-Sandaiga Uno. Sementara pilkada di daerah lain yang juga diikuti calon non muslim tidak ada gerakan seperti itu.
"Justru karena prinsip yang sama tidak digunakan di tempat lain, ini kan jadi masalah. Jadi nuansa politisnya sangat kental sekali. Apakah pemuka umat islam harus sampai ke cara-cara seperti itu, itu yang menyedihkan. Dan ulama-ulama yang sudah punya rekam jejak yang sangat tinggi itu kan tidak mengajarkan seperti itu," tutur Alissa
Alissa menegaskan keimanan, keyakinan, atau kemusliman seseorang tidak bisa dinilai dari pilihan politik di pilkada.
"Dan sangat menyedihkan kalau kemudian ulama dan tokoh agama tidak bisa membedakan hak seorang muslim dan kewajiban masyarakat itu dengan hak politik dan hak kewarganegaraan," kata dia.
Dia mempertanyakan kenapa aksi tersebut hanya terjadi di Jakarta. Pilkada di Jakarta diikuti pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dan pasangan Anies Baswedan-Sandaiga Uno. Sementara pilkada di daerah lain yang juga diikuti calon non muslim tidak ada gerakan seperti itu.
"Justru karena prinsip yang sama tidak digunakan di tempat lain, ini kan jadi masalah. Jadi nuansa politisnya sangat kental sekali. Apakah pemuka umat islam harus sampai ke cara-cara seperti itu, itu yang menyedihkan. Dan ulama-ulama yang sudah punya rekam jejak yang sangat tinggi itu kan tidak mengajarkan seperti itu," tutur Alissa
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Agenda Natal di Katedral Jakarta: Misa Pontifikal hingga Misa Lansia
-
Sampah Jadi Listrik Dinilai Menjanjikan, Akademisi IPB Tekankan Peran Pemilahan di Masyarakat
-
Wapres Gibran ke Jawa Tengah, Hadiri Perayaan Natal dan Pantau Arus Mudik Akhir Tahun
-
Jurnalisme Masa Depan: Kolaborasi Manusia dan Mesin di Workshop Google AI
-
Suara.com Raih Top Media of The Year 2025 di Seedbacklink Summit
-
147 Ribu Aparat dan Banser Amankan Misa Malam Natal 2025
-
Pratikno di Gereja Katedral Jakarta: Suka Cita Natal Tak akan Berpaling dari Duka Sumatra
-
Kunjungi Gereja-Gereja di Malam Natal, Pramono Anung: Saya Gubernur Semua Agama
-
Pesan Menko Polkam di Malam Natal Katedral: Mari Doakan Korban Bencana Sumatra
-
Syahdu Misa Natal Katedral Jakarta: 10 Ribu Umat Padati Gereja, Panjatkan Doa untuk Sumatra