Suara.com - Hakim tunggal Pengadilan Negeri Banda Aceh menolak permohonan euthanasia atau suntik mati yang diajukan Berlin Silalahi (46). Berlin adalah korban bencana tsunami tahun 2004 silam.
Putusan penolakan permohonan euthanasia disampaikan hakim tunggal Ngatemin dalam persidangan di ruang sidang utama Pengadilan Negeri Banda Aceh, Jumat (19/5/2017).
Sidang tersebut tidak dihadiri langsung Berlin Silalahi, karena kondisinya lumpuh dan sakit pernapasan kronis.
Sidang hanya dihadiri kuasa hukum pemohon, yakni Mila Kesuma dan Yusi Muharnina dari Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA).
"Menolak permohonan euthanasia yang diajukan Berlin Silalahi karena tidak ada aturan hukum yang mengaturnya. Euthanasia dilarang di Indonesia," kata Ngatemin.
Menurut majelis hakim, permohonan euthanasia melanggar Undang Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM.
Karenanya, mengabulkan euthanasia sama saja mencabut hak asasi seseorang dalam mempertahankan hidup.
"Euthanasia merupakan pelanggaran hak mutlak seseorang. Setiap orang punya hak untuk hidup. Apalagi agama Islam, euthanasia dilarang keras," jelasnya.
Hakim Ngatemin mengatakan, pemohon beragama Islam. Dalam Islam kematian adalah takdir. Kematian karena euthanasia mendahului takdir, sehingga sama saja dengan bunuh diri.
Baca Juga: Kabinet Jepang Sepakati RUU Izinkan Kaisar Turun Tahta
"Euthanasia dilarang di Indonesia. Setiap orang hanya boleh meninggal secara alamiah berdasarkan takdirnya. Euthanasia bertentangan norma hukum dan adat di Indonesia," tuturnya.
Sebelumnya, Berlin Silalahi, korban tsunami yang selama ini menetap di hunian sementara Barak Bakoy, Aceh Besar mengajukan permohonan euthanasia atau suntik mati ke Pengadilan Negeri Banda Aceh.
Berlin Silalahi mengajukan permohonan euthanasia atas kesadaran sendiri. Permohonan tersebut diajukan karena kondisinya sekarang ini lumpuh dan sakit-sakitan.
Berlin Silalahi kini tidak mampu menafkahi keluarganya. Sedangkan istrinya, Ratna Wati hanya ibu rumah tangga dan tidak memiliki pekerjaan. Untuk hidup sehari-hari, Berlin Silalahi hanya mengandalkan bantuan sesama korban tsunami ketika tinggal di Barak Bakoy. Kini, barak tersebut sudah dibongkar.
Selain itu, Berlin Silalahi juga sudah berupaya mengobati penyakitnya ke sejumlah rumah sakit di Aceh. Bahkan, ia juga berupaya mengobati penyakitnya dengan pengobatan alternatif. Namun, penyakitnya tidak kunjung sembuh.
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 5 Rekomendasi Bedak Cushion Anti Longsor Buat Tutupi Flek Hitam, Cocok Untuk Acara Seharian
- 10 Sepatu Jalan Kaki Terbaik dan Nyaman dari Brand Lokal hingga Luar Negeri
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 23 Kode Redeem FC Mobile 6 November: Raih Hadiah Cafu 113, Rank Up Point, dan Player Pack Eksklusif
Pilihan
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
Terkini
-
Prediksi Cuaca Hari Ini 9 November 2025: Waspada Hujan Lebat di Berbagai Wilayah
-
Polisi Temukan Serbuk Pemicu Ledakan di Rumah Terduga Pelaku Peledakan SMAN 72
-
Densus 88 Terlibat Dalami Motif Terduga Pelaku Peledakan di SMAN 72
-
Blak-blakan Sebut Soeharto Diktator, Cerita 'Ngeri' Putri Gus Dur Dihantui Teror Orba Sejak SMP
-
Sindiran Pedas PDIP usai Jokowi Dukung Soeharto Pahlawan: Sakit Otaknya!
-
Masuk Komisi Reformasi Polri Bentukan Prabowo: Sepak Terjang Idham Azis, Nyalinya Gak Kaleng-kaleng!
-
Menkeu Purbaya Bakal Redenominasi Rupiah, Apa Manfaatnya?
-
Alasan Presiden Mahasiswa UIN A.M. Sangadji Ambon Dukung Soeharto Jadi Pahlawan Nasional
-
Jenguk Korban Ledakan SMAN 72, Mensos Pastikan Biaya Pengobatan Ditanggung Pemerintah
-
Siswa Terduga Kasus Bom Rakitan di SMAN 72 Korban Bullying, Begini Kata Pengamat Teroris