Suara.com - Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Tito Karnavian mengatakan kepolisian sudah menemukan saksi penting dalam membantu pengungkapan kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. Jumlah saksi yang pasti mau bersaksi baru 1 orang.
Kata dia, ada saksi yang sebenarnya melihat kejadian. Tapi tidak mau menceritakannya karena sejumlah alasan.
"Saksi ini baru didapatkan sekarang karena banyak juga yang tertutup. Mungkin mereka takut. Saya sering menangani tetutama yang berhubungan dengan tindak pidana kekerasan. Saksi pun kadang takut muncul. Nanti kalau mereka muncul menjadi taget juga, misalnya. Apalagi kasus-kasus yang berkaitan denagan teror, pembunuhan, dan lain-lain," kata Tito di Gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Senin (19/6/2017).
Kata dia, yang berani untuk menjadi saksi dalam kasus ekstrem seperti itu hanyalah yang berhubungan keluarga dengan korban. Itu pun karena peduli dengan anggota keluarga yang menjadi korbannya.
"Tapi kalau kalangan non keluarga belum tentu semua peduli. Apalagi kalau (mereka berpendapat) 'it is not my business', itu bukna urusan saya. 'Why i should take a risk?' Mengapa saya harus mengambil resiko?" kata Tito.
Karena begitu sulit mendapatkan saksi yang mau berbicara, mantan Kapolda Metro Jaya tersebut pun mengapresiasi kinerja tim penyidik yang terus berusaha. Dia pun mengapresiasi keberanian saksi yang tidak disebutkan namanya tersebut.
Sebagai bentuk penghargaan terhadap saksi, Polri sudah memberikan kenyamanan penuh dengan menjaganya setiap waktu.
"Tapi untuk keselamatan yang bersangkutan, kami tidak bisa sampaikan siapa itu? Saksi tersebut kini berada di bawah pengamanan kepolisian. Dia berada di rumahnya. Tapi saya sudah perintahkan kepolisian setempat untuk mengamankannya," katanya.
Baca Juga: Kapolri Jelaskan Efek Pernyataan Novel Soal Jenderal Jika Salah
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO