Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira [suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas Pareira mengatakan langkah Fraksi PAN walk out dalam rapat paripurna pengesahan Rancangan Undang-Undang Pemilu menjadi UU, Jumat (21/7/2017), menunjukkan tidak adanya komitmen serius untuk mendukung pemerintah.
"Secara kasat mata semua orang bisa melihat PAN memang tidak komitmen untuk bersama membangun koalisi kerja sama pemerintah yang solid. Ini bukan hanya membangun pemerintah yang kuat, tetapi juga pembelajaran yang buruk untuk demokrasi dalam hal membangun koalisi," tutur Andreas kepada Suara.com, Jumat (21/7/2017).
Langkah PAN memilih walk out karena menginginkan ambang batas presidential threshold nol persen merupakan bukti mereka sudah tidak bisa lagi bekerjasama dengan koalisi partai pendukung pemerintah.
"Sehingga tanpa dimintapun PAN sendirinya yang sudah mengambil keputusan tersebut (keluar koalisi)," kata dia.
Koalisi pendukung pemerintah terdiri dari PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Hanura, Partai Nasdem, PPP, PKB, dan PAN.
Dalam rapat pengambilan keputusan Gerindra, Demokrat, PKS, dan PAN, yang sejak awal menginginkan presidential threshold 0 persen masuk revisi UU Pemilu, walk out. Sedangkan enam fraksi lainnya menyepakati presidential threshold sebanyak 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara secara nasional. Akhirnya UU Pemilu disahkan secara aklamasi.
Menurut Andreas PAN sebelum pengambilan keputusan, Fraksi PAN sudah diajak bekerjasama, tetapi mereka tetap menolak.
"Kemarin dalam lobi yang berjam-jam, partai pendukung pemerintah berharap bisa bersama-sama dengan partai pendukung pemerintah untuk mendukung opsi A, namun justru PAN yang menolak dan memutuskan untuk tidak bergabung dan mendukung opsi," tuturnya.
"Secara kasat mata semua orang bisa melihat PAN memang tidak komitmen untuk bersama membangun koalisi kerja sama pemerintah yang solid. Ini bukan hanya membangun pemerintah yang kuat, tetapi juga pembelajaran yang buruk untuk demokrasi dalam hal membangun koalisi," tutur Andreas kepada Suara.com, Jumat (21/7/2017).
Langkah PAN memilih walk out karena menginginkan ambang batas presidential threshold nol persen merupakan bukti mereka sudah tidak bisa lagi bekerjasama dengan koalisi partai pendukung pemerintah.
"Sehingga tanpa dimintapun PAN sendirinya yang sudah mengambil keputusan tersebut (keluar koalisi)," kata dia.
Koalisi pendukung pemerintah terdiri dari PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Hanura, Partai Nasdem, PPP, PKB, dan PAN.
Dalam rapat pengambilan keputusan Gerindra, Demokrat, PKS, dan PAN, yang sejak awal menginginkan presidential threshold 0 persen masuk revisi UU Pemilu, walk out. Sedangkan enam fraksi lainnya menyepakati presidential threshold sebanyak 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara secara nasional. Akhirnya UU Pemilu disahkan secara aklamasi.
Menurut Andreas PAN sebelum pengambilan keputusan, Fraksi PAN sudah diajak bekerjasama, tetapi mereka tetap menolak.
"Kemarin dalam lobi yang berjam-jam, partai pendukung pemerintah berharap bisa bersama-sama dengan partai pendukung pemerintah untuk mendukung opsi A, namun justru PAN yang menolak dan memutuskan untuk tidak bergabung dan mendukung opsi," tuturnya.
Komentar
Berita Terkait
-
Muncul Desakan Reshuffle Kabinet Imbas Banjir Sumatra, Begini Respons Menteri LHK Hanif Faisol
-
DPR Sibuk! 2 RUU Siap Ubah Wajah Indonesia: Single ID Number dan Revisi Sistem Pemilu
-
5 Fakta di Balik Video Viral Anggota DPRD Langkat Pesta di Kapal Mewah Danau Toba
-
Presiden Prabowo Beri Peringatan Keras: Menteri 'Nakal' Tiga Kali, Akan Di-Reshuffle
-
PAN Dukung Pembangunan Kembali Ponpes Al Khoziny, tapi Desak Audit Menyeluruh Dulu
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Buku "Jokowi's White Paper" Ditelanjangi Polisi: Cuma Asumsi, Bukan Karya Ilmiah
-
Gibran Turun Gunung ke Nias, Minta Jembatan 'Penyelamat' Siswa Segera Dibangun
-
Mensos Salurkan Santunan Rp15 Juta bagi Ahli Waris Korban Bencana di Sibolga
-
Anjing Pelacak K-9 Dikerahkan Cari Korban Tertimbun Longsor di Sibolga-Padangsidimpuan
-
Ibu-Ibu Korban Bencana Sumatra Masih Syok Tak Percaya Rumah Hilang, Apa Langkah Mendesak Pemerintah?
-
Eks Wakapolri Cium Aroma Kriminalisasi Roy Suryo Cs di Kasus Ijazah Jokowi: Tak Cukup Dilihat
-
Nasib 2 Anak Pengedar Narkoba di Jakbar: Ditangkap Polisi, 'Dilepas' Gara-gara Jaksa Libur
-
Mendiktisaintek: Riset Kampus Harus Bermanfaat Bagi Masyarakat, Tak Boleh Berhenti di Laboratorium
-
Dengarkan Keluhan Warga Soal Air Bersih di Wilayah Longsor, Bobby Nasution Akan Bangunkan Sumur Bor
-
Di Balik OTT Bupati Bekasi: Terkuak Peran Sentral Sang Ayah, HM Kunang Palak Proyek Atas Nama Anak