Suasana kemacetan kendaraan yang terjadi di ruas arteri MT Haryono, Cawang menuju Pancoran, Jakarta, Kamis (6/7).
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah khawatir jika warga sipil pengatur arus lalu lintas di putaran-putaran jalan atau dikenal dengan nama Pak Ogah menjadi penguasa setelah resmi direkrut polisi lalu lintas untuk membantu mengurai kemacetan.
"Kalau menurut saya pribadi ya ada kekhawatiran, kalau yang namanya Pak Ogah diresmikan karena kan terkait masalah mental, pendidikan. Dia merasa dirinya tuh dijinkan akhirnya jadi penguasa takutnya," kata Andri di gedung DPRD Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (25/7/217).
Itu sebabnya, Andri meminta Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya untuk tidak terburu-buru memutuskan. Dia minta rencana tersebut dikaji ulang.
Andri khawatir jika kebijakan tersebut tak dipertimbangkan secara matang, di masa depan polisi dan Dinas Perhubungan memiliki persoalan baru.
"Yang tadinya mereka (pengendara) ngasih uang seikhlasnya, akhirnya karena merasa sudah diizinkan dan diresmikan mereka takutnya gede kepala jadi wajib. Itu yang meresahkan masyarakat," ujar Andri.
Djarot belum tahu detailnya
Gubernur Jakarta Djarot Saiful Hidayat belum mengetahui detail dari wacana yang beberapa hari terakhir dibahas media itu.
"Saya belum dapat informasi dari mereka, dari pak polisi. Terus berapa orang (yang mau direkrut), fungsinya seperti apa," kata Djarot di Balai Kota Jakarta.
Tapi jika benar mereka akan dilibatkan untuk membantu polisi lalu lintas, Djarot menyarankan hanya pada jam-jam dimana arus lalu lintas sangat padat, seperti waktu warga pulang dari tempat kerja.
"Muncul pada saat jam-jam sibuk saja, tidak kerja 20 berapa jam, sedangkan PPSU kan kerjanya ada waktunya sesuai jam kerja, dibagi dalam tiga shift," kata Djarot.
Djarot mengatakan selama ini Pak Ogah beroperasi di u-turn (putaran balik) atau persimpangan jalan. Kegiatan membantu mengatur arus lalu lintas ini merupakan mata pencaharian tersendiri. Biasanya, mereka tidak mematok tarif untuk setiap kendaraan yang dibantu.
"Itu kan mereka sukarela, nggak mematok tarif," ujar Djarot.
Polisi masih mengkaji
Rencana pemberdayaan warga sipil, antara lain didasari pada situasi dan kondisi lalu lintas seiring dengan pertumbuhan kendaraan.
"Karena pertumbuhan mobil, kendaraan roda empat. Kemudian panjang jalan, lebar jalan di Jakarta ini, tentunya menjadi bagian kajian semua ini," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono di Polda Metro Jaya.
Argo mengatakan keberadaan Pak Ogah dapat membantu polisi mengurai kemacetan di titik-titik tertentu.
Argo belum bisa merinci teknis pelaksanaan program tersebut. Pasalnya, rencana tersebut masih dikaji.
"Belum ya. Kami masih mendata dulu berapa jumlah yang diperlukan. Kemudian, kita juga pasti berkoordinasi dengan pihak terkait. Tidak sendiri," kata dia.
"Kalau menurut saya pribadi ya ada kekhawatiran, kalau yang namanya Pak Ogah diresmikan karena kan terkait masalah mental, pendidikan. Dia merasa dirinya tuh dijinkan akhirnya jadi penguasa takutnya," kata Andri di gedung DPRD Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (25/7/217).
Itu sebabnya, Andri meminta Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya untuk tidak terburu-buru memutuskan. Dia minta rencana tersebut dikaji ulang.
Andri khawatir jika kebijakan tersebut tak dipertimbangkan secara matang, di masa depan polisi dan Dinas Perhubungan memiliki persoalan baru.
"Yang tadinya mereka (pengendara) ngasih uang seikhlasnya, akhirnya karena merasa sudah diizinkan dan diresmikan mereka takutnya gede kepala jadi wajib. Itu yang meresahkan masyarakat," ujar Andri.
Djarot belum tahu detailnya
Gubernur Jakarta Djarot Saiful Hidayat belum mengetahui detail dari wacana yang beberapa hari terakhir dibahas media itu.
"Saya belum dapat informasi dari mereka, dari pak polisi. Terus berapa orang (yang mau direkrut), fungsinya seperti apa," kata Djarot di Balai Kota Jakarta.
Tapi jika benar mereka akan dilibatkan untuk membantu polisi lalu lintas, Djarot menyarankan hanya pada jam-jam dimana arus lalu lintas sangat padat, seperti waktu warga pulang dari tempat kerja.
"Muncul pada saat jam-jam sibuk saja, tidak kerja 20 berapa jam, sedangkan PPSU kan kerjanya ada waktunya sesuai jam kerja, dibagi dalam tiga shift," kata Djarot.
Djarot mengatakan selama ini Pak Ogah beroperasi di u-turn (putaran balik) atau persimpangan jalan. Kegiatan membantu mengatur arus lalu lintas ini merupakan mata pencaharian tersendiri. Biasanya, mereka tidak mematok tarif untuk setiap kendaraan yang dibantu.
"Itu kan mereka sukarela, nggak mematok tarif," ujar Djarot.
Polisi masih mengkaji
Rencana pemberdayaan warga sipil, antara lain didasari pada situasi dan kondisi lalu lintas seiring dengan pertumbuhan kendaraan.
"Karena pertumbuhan mobil, kendaraan roda empat. Kemudian panjang jalan, lebar jalan di Jakarta ini, tentunya menjadi bagian kajian semua ini," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono di Polda Metro Jaya.
Argo mengatakan keberadaan Pak Ogah dapat membantu polisi mengurai kemacetan di titik-titik tertentu.
Argo belum bisa merinci teknis pelaksanaan program tersebut. Pasalnya, rencana tersebut masih dikaji.
"Belum ya. Kami masih mendata dulu berapa jumlah yang diperlukan. Kemudian, kita juga pasti berkoordinasi dengan pihak terkait. Tidak sendiri," kata dia.
Komentar
Berita Terkait
-
Potret Horornya Kemacetan yang terjadi di Jalan TB Simatupang
-
Tangani Macet Jakarta, Pramono Bakal Tutup U-Turn hingga Berlakukan Satu Arah
-
Akhirnya Lega, Galian Pipa Jatiwaringin-Hek Kramat Jati Selesai, Macet Terurai
-
Jakarta Lumpuh! Demo Sore Ini Picu Kemacetan Parah di Sejumlah Ruas Jalan Sekitar GBK
-
Ribuan Buruh Geruduk DPR, Balai Kota, Istana Negara: Ini Tuntutan Mereka!
Terpopuler
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
- Patrick Kluivert Senyum Nih, 3 Sosok Kuat Calon Menpora, Ada Bos Eks Klub Liga 1
Pilihan
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
Terkini
-
Dicecar KPK soal SK Korupsi Haji, Eks Sekjen Kemenag 'Lempar Bola' ke Dirjen PHU
-
Total 5 Korban Tewas, Balita Ikut jadi 'Tumbal' Terbakarnya Sumur Minyak Ilegal di Blora
-
Gibran Pakai Sarung Tangan Terbalik saat Hendak Panen Lobster Jadi Sorotan, TNI Turun Tangan
-
MAKI Ancam Praperadilankan KPK Jika Tak Segera Tetapkan Tersangka Korupsi Kuota Haji
-
MAKI Laporkan Eks Menag Gus Yaqut ke KPK Terkait Dugaan Korupsi Pengawasan Haji
-
Tragis! Slamet Rahardjo Tewas Tenggelam di Cilincing
-
THR Haram di Kemnaker? KPK Usut Dugaan Korupsi Sistematis Libatkan Puluhan Pegawai!
-
Kualat! Gasak Motor Emak-emak usai Bebas, 2 Residivis di Jakbar Dicokok Lagi Asyik Main Judol
-
DPR Panggil KKP Senin Depan Terkait Tanggul Beton yang Rugikan Nelayan Cilincing
-
Foto-foto Istri Pejabat Kemenag yang Diduga Dapat Fasilitas Negara saat Pergi Haji di Tangan KPK