Darta, pemulung di TPST Bantargebang [suara.com/Sarah Andinie]
Ketika sebuah truk pengangkut sampah memasuki zona pembuangan di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, hari itu, Darta (35) girang bukan main.
Pemulung asal Indramayu ini berharap sekali mendapatkan barang-barang bekas yang harganya tinggi karena beberapa hari sebelumnya pemasukannya sedikit.
Setelah truk berhenti, mulailah sampah diturunkan. Darta dan teman-temannya sudah siap di sekitar truk.
Plastik-plastik warna hitam yang terlihat rapi ke luar semua dari dalam truk. Melihat penampakan plastiknya, Darta tambah girang.
Setelah truk berhenti, mulailah sampah diturunkan. Darta dan teman-temannya sudah siap di sekitar truk.
Plastik-plastik warna hitam yang terlihat rapi ke luar semua dari dalam truk. Melihat penampakan plastiknya, Darta tambah girang.
Tetapi, apa yang terjadi kemudian benar-benar di luar dugaan!
"Antara lucu sama geli sih. Satu mobil, itu khusus isinya pembalut. Mobil itu katanya dari satu hotel di Jakarta. Semua dibungkus di kantong plastik hitam, pas dibuka eh isinya pembalut,'' kata Darta ketika ditemui Suara.com di rumahnya, sekitar TPST Bantargebang.
Selama tiga tahun menjadi pemulung di TPST Bantargebang, pengalaman Darta tak melulu mengecewakan. Suatu hari dia pernah mendapatkan pengalaman menyenangkan.
Ketika mengais-ngais barang bekas, matanya hampir tak percaya ketika melihat sebuah perhiasan.
"Terus saya juga pernah ketemu emas, tiga gram. Jadi saya jual dapat Rp400 ribu," kata dia.
Darta menambahkan rekannya sesama pencari barang bekas malah pernah menemukan uang dollar.
Menjadi pemulung hampir selalu mendapatkan pengalaman-pengalaman tak terduga. Di TPST Bantargebang, katanya, pernah ada kisah yang kemudian membuat banyak orang tersadar dengan arti hidup ini. Yaitu ketika menemukan jenazah bayi.
''Dulu di sini pernah ada yang ketemu bayi yang dibuang gitu, sudah dalam kondisi meninggal. Jadi kita ramai-ramai kuburin," katanya.
Kehidupan pemulung sangat dinamis. Suka duka menjadi makanan sehari-hari.
Darta kemudian menceritakan pengalaman mengerikan. Ketika pemulung tengah ramai-ramai mengais-ngais barang bekas yang baru diturunkan dari truk yang baru datang dari Jakarta, salah seorang dari mereka tak menyadari alat pengeruk mengarah padanya.
''Kita takut sih sebenarnya sama alat berat. Tapi jadinya udah biasa. Dulu ada yang kecakar langsung pulang ke kampung. Kita sempet nuntut sih ke kantor, ujungnya ada yang dibilangin jangan deket, kita harus jarak 10 meter dari alat itu. Tapi kalau orang mulung kan rebutan, pengin dapat ya dekat terus,'' kata Darta.
Penghasilan lumayan
Resiko adalah bagian dari kehidupan. Walaupun banyak kejadian, hal itu tak mengurungkan niat pemulung untuk mencari nafkah secara halal.
Darta mengatakan penghasilan dari memulung barang bekas lumayan bila dibandingkan hasil burung mencangkul di kampung halaman.
''Iya, hasilnya ya lumayan mulung. Sehari ya penghasilan minimal seratus ribu. Kadang bisa lebih. Kerja saya juga dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore, kalau capek kadang bisa pulang istirahat dulu. Kalau di kampung kan jadi petaninya ikut orang, jadi sehari cuma dapat Rp40 ribu hasil nyangkul,'' kata Darta.
Hasil dari penjualan barang bekas, biasanya Darta kirimkan ke kampung halaman.
''Kalau nabung mah masalah kita itu. Kadang tiap bulan juga cuma sisa uang Rp30 ribu. Kadang nggak ada. Uangnya ya kalau ada disimpan untuk yang di kampung. Di kampung kan saya punya dua anak dari istri sebelumnya, dari istri yang sekarang nggak punya anak. Mantan istri saya juga sudah nikah lagi, jadi terbantu sedikit sayanya,'' kata dia.
Fasilitas kesehatan
Pemerintah Jakarta sudah memberikan fasilitas kesehatan bagi sebagian pemulung di Bantargebang.
Menurut data sementara, jumlah pemulung di TPST Bantargebang mencapai sekitar enam ribu orang yang tersebar di beberapa zona.
Mereka diberikan fasilitas kesehatan karena dinilai turut berkontribusi meminimalisir volume sampah warga Jakarta yang masuk ke Bantargebang.
Beberapa waktu yang lalu, Wakil Gubernur Jakarta Djarot Saiful Hidayat meminta Dinas Kebersihan DKI untuk teliti dalam memilah para pemulung yang akan difasilitasi asuransi.
"Jangan sampai ada pemulung yang hanya numpang nama saja, tapi aktivitas mereka di luar Bantargebang," katanya. [Sarah Andinie]
"Antara lucu sama geli sih. Satu mobil, itu khusus isinya pembalut. Mobil itu katanya dari satu hotel di Jakarta. Semua dibungkus di kantong plastik hitam, pas dibuka eh isinya pembalut,'' kata Darta ketika ditemui Suara.com di rumahnya, sekitar TPST Bantargebang.
Selama tiga tahun menjadi pemulung di TPST Bantargebang, pengalaman Darta tak melulu mengecewakan. Suatu hari dia pernah mendapatkan pengalaman menyenangkan.
Ketika mengais-ngais barang bekas, matanya hampir tak percaya ketika melihat sebuah perhiasan.
"Terus saya juga pernah ketemu emas, tiga gram. Jadi saya jual dapat Rp400 ribu," kata dia.
Darta menambahkan rekannya sesama pencari barang bekas malah pernah menemukan uang dollar.
Menjadi pemulung hampir selalu mendapatkan pengalaman-pengalaman tak terduga. Di TPST Bantargebang, katanya, pernah ada kisah yang kemudian membuat banyak orang tersadar dengan arti hidup ini. Yaitu ketika menemukan jenazah bayi.
''Dulu di sini pernah ada yang ketemu bayi yang dibuang gitu, sudah dalam kondisi meninggal. Jadi kita ramai-ramai kuburin," katanya.
Kehidupan pemulung sangat dinamis. Suka duka menjadi makanan sehari-hari.
Darta kemudian menceritakan pengalaman mengerikan. Ketika pemulung tengah ramai-ramai mengais-ngais barang bekas yang baru diturunkan dari truk yang baru datang dari Jakarta, salah seorang dari mereka tak menyadari alat pengeruk mengarah padanya.
''Kita takut sih sebenarnya sama alat berat. Tapi jadinya udah biasa. Dulu ada yang kecakar langsung pulang ke kampung. Kita sempet nuntut sih ke kantor, ujungnya ada yang dibilangin jangan deket, kita harus jarak 10 meter dari alat itu. Tapi kalau orang mulung kan rebutan, pengin dapat ya dekat terus,'' kata Darta.
Penghasilan lumayan
Resiko adalah bagian dari kehidupan. Walaupun banyak kejadian, hal itu tak mengurungkan niat pemulung untuk mencari nafkah secara halal.
Darta mengatakan penghasilan dari memulung barang bekas lumayan bila dibandingkan hasil burung mencangkul di kampung halaman.
''Iya, hasilnya ya lumayan mulung. Sehari ya penghasilan minimal seratus ribu. Kadang bisa lebih. Kerja saya juga dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore, kalau capek kadang bisa pulang istirahat dulu. Kalau di kampung kan jadi petaninya ikut orang, jadi sehari cuma dapat Rp40 ribu hasil nyangkul,'' kata Darta.
Hasil dari penjualan barang bekas, biasanya Darta kirimkan ke kampung halaman.
''Kalau nabung mah masalah kita itu. Kadang tiap bulan juga cuma sisa uang Rp30 ribu. Kadang nggak ada. Uangnya ya kalau ada disimpan untuk yang di kampung. Di kampung kan saya punya dua anak dari istri sebelumnya, dari istri yang sekarang nggak punya anak. Mantan istri saya juga sudah nikah lagi, jadi terbantu sedikit sayanya,'' kata dia.
Fasilitas kesehatan
Pemerintah Jakarta sudah memberikan fasilitas kesehatan bagi sebagian pemulung di Bantargebang.
Menurut data sementara, jumlah pemulung di TPST Bantargebang mencapai sekitar enam ribu orang yang tersebar di beberapa zona.
Mereka diberikan fasilitas kesehatan karena dinilai turut berkontribusi meminimalisir volume sampah warga Jakarta yang masuk ke Bantargebang.
Beberapa waktu yang lalu, Wakil Gubernur Jakarta Djarot Saiful Hidayat meminta Dinas Kebersihan DKI untuk teliti dalam memilah para pemulung yang akan difasilitasi asuransi.
"Jangan sampai ada pemulung yang hanya numpang nama saja, tapi aktivitas mereka di luar Bantargebang," katanya. [Sarah Andinie]
Komentar
Berita Terkait
-
Otaknya Nggak Kalah Sama Manusia! Ini 10 Hewan Paling Cerdas di Muka Bumi
-
6 Etiket Makan 'Aneh' dari Berbagai Negara yang Wajib Kamu Tahu Sebelum Traveling
-
Diet Unik Ini Mungkin Jadi Solusi Terbaik untuk Menurunkan Kolesterol
-
Bukan Cuma Kucing atau Panda, Ini 10 Hewan Paling Gemas di Dunia yang Jarang Kamu Tahu
-
7 Kota di Dunia yang Penduduknya Kurang dari 100 Orang, Nomor 3 Bikin Melongo
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Anggota DPR Ini Ingatkan Bahaya Pinjol: Banyak yang Ngira Itu Bisa Selesaikan Masalah, Padahal...
-
Gibran Wakili Prabowo di Forum KTT G20, DPR: Jangan Cuma Hadir, Tapi Ikut Dialog
-
Mahfud MD Sebut Prabowo Marah di Rapat, Bilang Bintang Jenderal Tak Berguna Jika Tidak Bantu Rakyat
-
RUU PPRT 21 Tahun Mandek, Aktivis Sindir DPR: UU Lain Kilat, Nasib PRT Dianaktirikan
-
KSPI Desak RUU PPRT Disahkan: Pekerja yang Menopang Ekonomi Justru Paling Diabaikan
-
Cegat Truk di Tol Cikampek, Polda Metro Bongkar Penyelundupan Pakaian Bekas Impor Rp 4,2 Miliar
-
Detik-detik Mencekam Pesawat Oleng Lalu Jatuh di Karawang, Begini Kondisi Seluruh Awaknya
-
Inovasi Layanan PT Infomedia Nusantara Raih Penghargaan dari Frost & Sullivan
-
PAD Naik Drastis, Gubernur Pramono Pamer Surplus APBD DKI Tembus Rp14 Triliun
-
Pramono Sebut Pengangguran Jakarta Turun 6 Persen, Beberkan Sektor Penyelamat Ibu Kota