Suara.com - Spanyol tengah diterpa gelombang disintegrasi politik, setelah parlemen daerah otonom Catalonia (Barcelona) menyetujui referendum penentuan nasib sendiri pada bulan Oktober 2017.
Referendum tersebut digelar untuk menentukan apakah Catalonia tetap menjadi bagian Spanyol, atau memproklamasikan diri sebagai negara merdeka.
Pemerintah Spanyol yang berkedudukan di Madrid, seperti dilansir The Guardian, Rabu (6/9/2017), menuduh parlemen Catalonia melakukan "kejahatan konstitusional" karena menyetujui referendum tersebut.
Pernyataan keras dari pemerintah Spanyol itu, merupakan respons atas sidang paripurna parlemen Catalonia, Rabu malam, yang memutuskan mendukung digelarnya refendum. Parlemen Catalonia memang dikuasai oleh partai-partai pendukung kemerdekaan.
Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy dilaporkan sudah memerintahkan agar kejaksaan menyusun dokumen tuntutan terhadap parlemen Catalonia untuk diadili di mahkamah konstitusional.
Upaya tersebut dimaksudkan agar keputusan parlemen Catalonia yang mendukung referendum tersebut dianulir.
Sementara Wakil Perdana Menteri Soraya Saenz de Santamaria menggambarkan keputusan parlemen Catalonia itu, sebagai praktik memalukan dan pengkhianatan terhadap demokrasi serta konstitusi Spanyol.
"Kami akan mempertahankan kebebasan, demokrasi, dan koeksistensi. Kami tak akan membiarkan mereka lepas dari Spanyol. Kami tak ragu-ragu menggunakan cara apa pun," tegas Soraya.
Ketua Partai Ciudadanos—partai liberal—Catalonia, Ines Arrimadas, juga memastikan bakal berupaya mengegolkan wacana mempercepat pemilihan umum (pemilu) di wilayah tersebut.
Baca Juga: Pelaku Persekusi Sebar Sayembara Abi di Medsos
"Aku akan menantang Carles Puigdemont (Presiden Catalonia) dalam pemilu, untuk menentukan siapa yang akan menang, Spanyol atau separatis," tukasnya.
Mayoritas rakyat Catalonia selama ini menginginkan referendum untuk menentukan nasib mereka sendiri. Sebab, mereka merasakan pemerintah Spanyol tidak pernah mengakomodasi keinginan politik, ekonomis, serta kebudayaan Catalonia.
Keinginan itu direspons pemerintah Spanyol dengan beragam aksi represif. Forcadell, aktivis senior pro-kemerdekaan Catalonia dan sejumlah politikus lainnya diadili atas tuduhan makar.
Manajer Man City, Pep Guardiola, berorasi dalam mimbar rakyat untuk kemerdekaan Catalonia, 2017.
Maret tahun ini, mantan Presiden Catalonia Artus Mass dilarang menduduki jabatan publik selama dua tahun ke depan karena divonis tak mematuhi kebijakan pemerintah pusat.
Sementara tiga bulan lalu, Presiden Puigdemont secara mengejutkan memutuskan untuk menggelar referendum pada 1 Oktober 2017.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Nasib 8 ABK di Ujung Tanduk, Kapal Terbakar di Lampung, Tim SAR Sisir Lautan
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
-
Mubes NU Tegaskan Konflik Internal Tanpa Campur Pemerintah, Isu Daftarkan SK ke Kemenkum Mencuat
-
Jabotabek Mulai Ditinggalkan, Setengah Juta Kendaraan 'Eksodus' H-5 Natal
-
Mubes Warga NU Keluarkan 9 Rekomendasi: Percepat Muktamar Hingga Kembalikan Tambang ke Negara
-
BNI Bersama BUMN Peduli Hadir Cepat Salurkan Bantuan Nyata bagi Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh
-
Pakar Tolak Keras Gagasan 'Maut' Bahlil: Koalisi Permanen Lumpuhkan Demokrasi!
-
Gus Yahya Ngaku Sejak Awal Inginkan Islah Sebagai Jalan Keluar Atas Dinamika Organisasi PBNU