Suara.com - Unggulan satu asal Jepang, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi, rupanya masih terlalu tangguh untuk dihadapi oleh pasangan ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriani Rahayu.
Greysia/Apriani pun harus menyerah dua game langsung 15-21 dan 13-21, di perempat final Korea Open Super Series 2017, Jumat (15/9/2017).
"Dari awal main kami sudah keatur duluan dengan lawan. Kami seperti tidak dapat kesempatan untuk bisa menyerang. Sudah bingung duluan dan nggak tahu harus main seperti apa," kata Apriani, dalam keterangan tertulis yang diterima Suara.com.
Sejak game pertama dimulai, Greysia/Apriani terus berada di bawah bayang-bayang Matsutomo/Takahashi.
Satu-satunya keunggulan yang diperoleh pasangan Indonesia tersebut terjadi di poin 7-6. Sisanya, Matsutomo/Takahashi terus mendominasi jalannya pertandingan.
Sama halnya dengan game pertama, di game kedua Greysia/Apriani juga tak mampu berbicara banyak. Mereka terus tertinggal 7-11, 8-15 hingga akhirnya kalah 13-21.
Meski kalah, sebagai pemain muda, Apriani mengaku banyak memetik pelajaran dari pengalamannya kali ini.
Ia bertekad untuk terus menambah kemampuan diri baik secara teknik dan non teknik, agar bisa mengimbangi permainan lawan yang levelnya berada lebih tinggi.
"Saya banyak banget dapet pelajaran berharga dari sini, harus bisa belajar mengimbangi. Tangan harus dikuatkan, mental dikuatkan, pikiran juga harus lebih dewasa saat di lapangan dan luar lapangan. Kalau kata Koh Didi (Eng Hian, pelatih ganda putri) saya harus lebih bisa mengolah dulu di lapangan," ungkap Apriani.
Baca Juga: Hadapi Wakil Jepang, Ini Respon Ganda Putra Nomor Satu Indonesia
Berita Terkait
-
Jesita/Febi Selamatkan Muka Indonesia dalam Kaohsiung Masters 2024
-
Tekuk Wakil Tuan Rumah di Final, Jesita/Febi Juara Kaohsiung Masters 2024
-
Ana/Tiwi Raih Juara Australian Open 2024 Usai Tekuk Wakil Malaysia di Final
-
Indonesia Open 2024: Ester Nurumi Maju ke Babak 16 Besar Usai Kalahkan Nozomi Okuhara
-
Apriyani/Fadia Manfaatkan Tur Asia Kenali Performa Calon Lawan di Olimpiade 2024
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Koalisi Sipil Kritik Batalnya Pembentukan TGPF Kerusuhan Agustus: Negara Tak Dengarkan Suara Rakyat!
-
Menkeu Purbaya Bahas Status Menteri: Gengsi Gede Tapi Gaji Kecil
-
Semua Agama Dapat Porsi, Menag Nazaruddin Umar: Libur Nasional 2026 Sudah Adil
-
Presiden Prabowo 'Ketok Palu!' IKN Resmi Jadi Ibu Kota Politik 2028 Lewat Perpres Baru
-
Penggugat Ijazah Gibran Bantah Bagian dari Musuh Keluarga Jokowi: Saya Tidak Sedang Mencari Musuh!
-
Rekam Jejak Wahyudin Anggota DPRD Gorontalo, Narkoba hingga Video Rampok Uang Negara
-
Bongkar Gurita Korupsi Pertamina, Kejagung Periksa Jaringan Lintas Lembaga
-
Guntur Romli Murka, Politikus PDIP 'Rampok Uang Negara' Terancam Sanksi Berat: Sudah Masuk Evaluasi!
-
Dasco: UU Anti-Flexing Bukan Sekadar Aturan, tapi Soal Kesadaran Moral Pejabat
-
Harta Kekayaan Minus Wahyudin Moridu di LHKPN, Anggota DPRD Ngaku Mau Rampok Uang Negara