Gubernur Jakarta Djarot Saiful Hidayat. (suara.com/Dwi Bowo Raharjo)
Wakil Ketua DPRD Jakarta Mohamad Taufik menolak usulan Gubernur Jakarta Djarot Saiful Hidayat agar gubernur di masa mendatang dipilih DPRD atas usulan Presiden. Kemudian wakil gubernur dipilih sendiri oleh gubernur supaya klop. Usulan tersebut disampaikan Djarot dalam focus group discussion untuk penyempurnaan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibu Kota NKRI.
"Soal revisi UU 29 Tahun 2007 saya setuju saja pada fungsi ke ibu kota. Itu kan UU khusus ibu kota negara, fungsinya. Jadi jangan (pemilihan) pemimpinnya," ujar Taufik saat dihubungi, Rabu (20/9/2017).
Alasan Djarot mengusulkan hal itu karena pilkada yang langsung dipilih oleh masyarakat selalu menimbulkan kegaduhan.
"Sekarang ngapain ada pemerintah daerah dong kalau gitu. Saya kira itu pikiran mundur dan nggak perlu dikembangkanlah pikiran itu. Kalau alasannya pilkada rusuh mesti belajar lagi Djarot," kata Taufik.
Ketua DPD Partai Gerindra Jakarta ini mengatakan selama pilkada Jakarta berlangsung tidak pernah terjadi kerusuhan. Ketegangan pilkada Jakarta 2017 lalu, kata Taufik, karena ada pernyataan kontroversial Ahok.
"Kemarin tegang yang bikin tegang siapa? Kan tegang biasa nggak rusuh. Nggak ada alasan menurut saya mengajukan pikiran itu dalam membangun demokrasi," kata dia.
"Mungkin karena Pak Djarot mau mundur kali ya, makanya berpikirnya mundur juga," Taufik menambahkan.
Taufik menyebut usulan Djarot bertujuan untuk menghilangkan hak masyarakat untuk menentukan pemimpin.
"Rakyat Jakarta punya hak lho untuk menentukan pemimpinnya. Saya meyakini DPR nggak akan setuju karena DPR sepakat bangun demokrasi," kata dia.
Masa jabatan Djarot kurang dari satu bulan lagi. Pada pertengahan Oktober 2017, pemerintahan Jakarta akan dipimpin oleh Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
"Soal revisi UU 29 Tahun 2007 saya setuju saja pada fungsi ke ibu kota. Itu kan UU khusus ibu kota negara, fungsinya. Jadi jangan (pemilihan) pemimpinnya," ujar Taufik saat dihubungi, Rabu (20/9/2017).
Alasan Djarot mengusulkan hal itu karena pilkada yang langsung dipilih oleh masyarakat selalu menimbulkan kegaduhan.
"Sekarang ngapain ada pemerintah daerah dong kalau gitu. Saya kira itu pikiran mundur dan nggak perlu dikembangkanlah pikiran itu. Kalau alasannya pilkada rusuh mesti belajar lagi Djarot," kata Taufik.
Ketua DPD Partai Gerindra Jakarta ini mengatakan selama pilkada Jakarta berlangsung tidak pernah terjadi kerusuhan. Ketegangan pilkada Jakarta 2017 lalu, kata Taufik, karena ada pernyataan kontroversial Ahok.
"Kemarin tegang yang bikin tegang siapa? Kan tegang biasa nggak rusuh. Nggak ada alasan menurut saya mengajukan pikiran itu dalam membangun demokrasi," kata dia.
"Mungkin karena Pak Djarot mau mundur kali ya, makanya berpikirnya mundur juga," Taufik menambahkan.
Taufik menyebut usulan Djarot bertujuan untuk menghilangkan hak masyarakat untuk menentukan pemimpin.
"Rakyat Jakarta punya hak lho untuk menentukan pemimpinnya. Saya meyakini DPR nggak akan setuju karena DPR sepakat bangun demokrasi," kata dia.
Masa jabatan Djarot kurang dari satu bulan lagi. Pada pertengahan Oktober 2017, pemerintahan Jakarta akan dipimpin oleh Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Komentar
Berita Terkait
-
Dedi Mulyadi Akui Marketnya Makin Luas Gara-Gara Sering Ngonten, Mau Nyapres?
-
Djarot 'Ngamuk': Korupsi Segede Gajah Lewat, Kenapa Hasto dan Tom Lembong yang Cuma 'Kutu' Dihajar?
-
Jokowi Disebut Punya Kans Pimpin PSI, Djarot PDIP: Kita Nggak Ngurus, Kan Sudah Dipecat
-
Djarot di Pembekalan Kepala dan Wakil Kepala Daerah PDIP: Anda Tidak akan Jadi Tanpa Partai Politik
-
Jelang Kongres, Djarot: Sebagian Besar Kader Menghendaki Ketua Umum PDIP Tetap Ibu Mega
Terpopuler
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
Terkini
-
'Ganti Kapolri' Trending, Data INDEF Ungkap Badai Kemarahan Publik di X dan TikTok, Ini Datanya
-
Marak Pencurian Kabel Traffic Light di Jakarta, Pramono Ogah Penjarakan Pelaku: Humanisme Penting!
-
Gigit Jari! Bansos Disetop Imbas Ribuan Warga Serang Banten 'Dibudaki' Judol, Termasuk Belasan ASN
-
Cegah Siswa Keracunan, BGN Ajari Penjamah di Mimika soal MBG: Diiming-imingi Sertifikat Hygiene!
-
Isu Pergantian Kapolri, Pengamat Sebut Rekam Jejak Hingga Sensitivitas Sosial Jadi Parameter
-
Pengamat Sebut Calon Pengganti Kapolri Listyo Sigit Punya Tantangan untuk Reformasi Polri
-
Duit 'Panas' Korupsi Haji, A'wan PBNU Desak KPK Segera Tetapkan Tersangka: Jangan Bikin Resah NU!
-
Gempa M 7,4 Guncang Rusia, Wilayah Indonesia Aman dari Tsunami
-
Tak Hanya Cari Fakta, LPSK Ungkap Misi Kemanusiaan Tim Investigasi Kerusuhan
-
Panglima TNI Kunjungi PPAD, Pererat Silaturahmi dan Apresiasi Peran Purnawirawan