Suara.com - Sedikitnya 2.000 warga Indonesia yang melarikan diri ke Amerika Serikat setelah pecah kerusuhan dan pemerkosaan massal terhadap etnis Tionghoa Mei 1998, diusir Presiden Donald Trump.
Pengusiran itu berakibat ribuan WNI etnis Tionghoa tersebut bakal dideportasi pulang ke Indonesia. Mereka diusir AS lantaran dianggap sebagai imigran ilegal.
Namun, mayoritas WNI tersebut menyatakan takut untuk kembali ke Indonesia. Ketakutan mereka maih sama seperti dua dekade silam: ancaman diskriminasi serta kekerasan berdasarkan perbedaan ras dan agama.
Apalagi, kelompok intoleran di Indonesia kekinian tengah mengalami kebangkitan dan dalam beberapa kasus berani melakukan persekusi.
“Mereka dulu datang memakai visa turis. Tapi mereka tinggal di sini melebihi batas waktu sehingga dianggap ilegal,” kata Juru Bicara ICE—kantor keimigrasian AS—Shawn Neudauer.
Shawn menuturkan, mayoritas WNI itu tak tahu peraturan baru dan ketat mengenai imigran sejak Donald Trump berkuasa.
“Mereka beranggapan, kalau sudah tinggal melebihi batas waktu visa turis, bisa mengurus permohonan status pencari suaka. Status pencari suaka hanya bisa diajukan maksimal 1 tahun sejak mereka tinggal,” terangnya.
Tahun 2012, kata dia, ribuan WNI itu pernah dibantu senator Jeane Shaheen untuk bernegosiasi dengan ICE. Negosiasi itu berhasil sehingga mereka tetap diperbolehkan tinggal di AS. Tapi, semua situasi itu berubah setelah Trump naik ke tampuk kekuasaan.
Sejak awal Agustus 2017, kata Shawn, ribuan WNI itu sudah diberikan perintah untuk kembali ke Indonesia.
Baca Juga: Lucunya Komentar Warganet soal Ahmad Dhani Gabung Partai Gerindra
Jacklyn Lele (37), seorang WNI korban kerusuhan ’98 yang terancam dideportasi, menuturan dirinya takut kembali ke Indonesia. Ia masih mengalami traumatis atas kerusuhan rasial tersebut.
“Lagi pula, anak laki-lakiku yang berusia 7 tahun tak mau ke Indonesia. Dia mengatakan ‘saya Amerika’. Kami tak tahu harus bagaimana,” tuturnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
- Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaru September 2025
-
Perbandingan Spesifikasi Redmi 15C vs POCO C85, Seberapa Mirip HP 1 Jutaan Ini?
-
Rapor Pemain Buangan Manchester United: Hojlund Cetak Gol, Rashford Brace, Onana Asisst
-
Kata Media Prancis Soal Debut Calvin Verdonk: Agresivitas Berbuah Kartu
-
3 Catatan Menarik Liverpool Tumbangkan Everton: Start Sempurna The Reds
Terkini
-
11 Buku Pendemo Disita, Dandhy Laksono Kritik: Bukti Polisi Tidak Membaca
-
Panglima TNI Ungkap Alasan RI Butuh Tank Harimau, Senjata Pamungkas Penjaga Kedaulatan
-
Kinerja DPR Banyak Dikritik, Adian Napitupulu: Terbelenggu Aturan Sendiri
-
'Kekuatan Siluman' di Balik Penjarahan Rumah Sri Mulyani, Dino Patti Djalal Bongkar 3 Kejanggalan
-
Beda Biaya Kuliah Gibran di UTS Insearch Sydney vs MDIS Singapura, Bak Langit Bumi
-
Adian Napitupulu Ungkap Keluarga Driver Ojol Affan Sempat Dilarang Lihat Jenazah, Tidak Manusiawi!
-
Terungkap! Koperasi Akui 'Main Harga' Sewa Kios Blok M ke Pedagang, Tapi MRT Ogah Putus Kerja Sama
-
5 Anggota Penumpang Rantis Brimob Pelindas Affan Disidang Etik Pekan Depan: Dipecat atau Demosi?
-
Geger Surat Perjanjian MBG di Sleman hingga Blora: Jika Anak Keracunan, Ortu Wajib Diam!
-
Borok MBG Tercium Dunia! Media Asing Sorot Ribuan Anak Indonesia Tumbang Keracunan