Suara.com - Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan mengatakan pemerintah harus meningkatkan kinerja untuk mensejahterakan rakyat. Hal itu dikatakan Syarief menanggapi tiga tahun kerja kabinet Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang jatuh pada hari ini, Jumat (20/10/2017).
"Pemerintah harus lebih meningkatkan kinerjanya, khususnya dalam hal kesejahteraan rakyat, misalnya bagaimana agar harga-harga ini tidak naik, bagaimana agar rakyat mudah mendapatkan pekerjaan, dan bagaimana agar ekonomi ini lebih bagus ke depan, sekarang udah bagus, tapi belum. Masih sekitar lima persen. Jadi nggak beranjak dan kami harap ini bisa digenjot lagi ke depan," kata Syarief di DPR, Jakarta, Jumat (20/10/2017).
Selain itu, dia juga menilai daya beli masyarakat menurun. Belum lagi, pelaku usaha banyak yang mengeluh.
"Ada beberapa retail yang tutup, indeks petani, harga jual petani rendah. Industri kayak motor itu menurun semuanya. Artinya ini harus diperhatikan," ujar dia.
Anggota Komisi I meminta pemerintah menuntaskan masalah tersebut sebelum periode sekarang berakhir. Dengan demikian, dipenghujung masa bhakti, seluruh program pemerintah tuntas.
"Selama tiga tahun banyak yang sudah dilakukan Jokowi-JK. Dan kami apresiasi itu tapi ada juga beberapa hal yang perlu untuk menjadi perhatian. Mudah-mudahaan 2 tahun ke depan bisa diselesaikan," kata dia.
Rapor
Indonesia Indicator menetapkan nilai rapor kinerja pemerintahan Presiden JOkowi dan Jusuf Kalla pada tahun ketiga masa pemerintahnnya di mata media massa lokal dan nasional mencapai 7,7 dari penilaian 0-10.
"Angka tersebut didasarkan atas framing sentimen judul pemberitaan media. Angka 7,7 berasal dari penjumlahan sentimen netral dan positif, dikurangi sentimen negatif dari seluruh judul pemberitaan Jokowi," ujar Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2), Rustika Herlambang dalam hasil riset bertajuk "Rapor Biru Rapor Merah Presiden Jokowi: Analisis Media Online Berbahasa Indonesia, Oktober 2016-Oktober 2017," kata Direktur Komunikasi Indonesia Indicator Rustika di Jakarta.
Menurut Rustika sebuah judul mencerminkan angle berita. Sementara angle berita adalah sudut pandang media terhadap sebuah peristiwa tertentu.
Riset ini untuk melihat bagaimana media memberikan angle terhadap segala hal mengenai aktivitas, kebijakan, langkah yang dilakukan, hingga pembicaraan figur lain terhadap Jokowi.
"Secara keseluruhan, judul pemberitaan media menunjukkan sentimen positif netral sebesar 77 persen, dan negatif sebesar 23 persen, dari angka 1-100, atau 7,7 dalam skala 1-10," papar Rustika.
Secara umum, dalam satu tahun terakhir Jokowi memperoleh penilaian cukup positif dari media, terlihat dari sentimen media yang lebih banyak menampilkan apresiasi sebesar 36 persen kepada Presiden dibandingkan dengan yang menilai sebaliknya 23 persen.
"Dengan demikian, terdapat positive centiment gap di media sebesar 13 persen. Sementara itu, sentimen pemberitaan media yang tergolong netral mencapai 41 persen. Sentimen semacam ini sesungguhnya menggambarkan suara publik yang diwakili media masih menaruh harapan pada presiden," kata Rustika.
Positive centiment gap itu juga meningkat dari minus 5 pada 2015, 10 (2016), dan 15 pada 2017 hingga bulan Oktober ini.
Tag
Berita Terkait
-
Di Balik Kontroversi Ijazah Gibran Rakabuming Raka, Ini Profil Kampus MDIS Singapura
-
Sebut Geng Solo Virus di Kabinet, Soenarko : Keluarkan Menteri Diduga Korupsi dan Orang Jokowi
-
Investor Mundur dan Tambahan Anggaran Ditolak, Proyek Mercusuar Era Jokowi Terancam Mangkrak?
-
Heboh Akun Instagram Tunjukkan Gaya Flexing Pejabat dan Keluarganya, Asal-Usulnya Dipertanyakan
-
Perubahan Dagu Iriana Jokowi Dulu dan Sekarang Disorot: Tajam ke Bawah Kayak Hukum Indonesia
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO