Suara.com - Rohaniawan Franz Magnis Suseno tidak setuju dengan kelakuan komponis Ananda Sukarlan - penerima penghargaan di bidang kemanusiaan dan seni musik- serta para alumni Kanisius lainnya walk out saat Gubernur Anies Baswedan pidato peringatan satu abad berdirinya Kolese Kanisius.
Peristiwa walk out itu terjadi pada Sabtu (11/11/2017) di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat.
"Sabtu kemarin jam 21.30 WIB, saya masuk ruang di Jakarta-Expo Kemayoran, acara 100 tahun Kolese Kanisius. Saya minta perlu datang pas malam-malam karena belum merasa fit. Ruang besar gelap, ada ratusan (seribu lebih) orang, saya diduduki di baris pertama, di samping Pak Sarwono Kusumaatmadja. Acara masih musik, nyanyi-nyanyi. Kemudian lima orang satu-satu diminta ke panggung, menerima penghargaan, termasuk saya (saya terharu, tetapi sampai sekarang belum paham dimana jasa saya). Masih sebelum acara selesai saya minta diantar pulang karena capai," kata Magnis melalui pernyataan tertulis yang diterima Suara.com.
Baru belakangan Magnis mengetahui ada kejadian penolakan terhadap kehadiran Anies -- tamu undangan -- dalam acara tersebut.
"Berhubung saya, secara tak langsung, terlibat, saya mau memberi pendapat saya. Pertama, saya anggap sangat tepat panitia perayaan mengundang gupernur DKI dan senang bahwa gubernur memang datang. Wajar itu pada perayaan 100 tahun sebuah sekolah ternama di ibukota," kata Magnis.
Kedua, Magnis sangat menyesalkan aksi protes itu. Menurut Magnis itu bukan salah panitia mengundang Anies.
"Yaitu, begitu gubernur bicara, sebagian besar hadirin, mengikuti Bapak Ananda Sukarlan, meninggalkan ruang. Andaikata gubernur mengatakan sesuatu yang tidak senonoh, jahat, menghina, walk out dapat dibenarkan. Tetapi walk out kemarin menunjukkan permusuhan terhadap pribadi gubernur merupakan suatu penghinaan publik. Kok bisa? Di negara mana pun, di luar pertemuan polltik, hal itu jarang terjadi. Saya kutip saudara Abdillah Toha: apakah, dengan kejadian ini diviralkan, 'justru tidak menjadi counter productive dan akan mempertajam permusuhan di negeri yang sudah rentan intoleransi itu?" kata Magnis.
Ketiga, kata Magnis, Anies merupakan gubernur sah, dipilih secara demokratis oleh mayoritas warga Jakarta.
"Politisi mana di dunia yang dapat diterima kalau ukuran seperti yang dipasang terhadap Anies diterapkan pada mereka? Betul, ucapan hal "pribumi" (yang pernah disampaikan Anies) pantas ditegur - dan sudah banyak ditegur, - tetapi gubernur macam apa Anies nanti, harus ditunggu dulu. Amat disayangkan bahwa sebagian peserta menggunakan kesempatan seratus tahun Kanisius untuk menunjukkan permusuhan terhadap gubernur DKI," kata Magnis.
Keempat, menurut Magnis, sikap yang benar adalah memberikan Anies kesempatan untuk membuktikan diri memimpin Jakarta.
"Kita Katolik tidak bisa memilih negara dimana kita hidup. 57 persen pemilih Jakarta memilih Anies. Umpamanya Habib Rizieq Shihab dipilih gupernur, kita juga harus dapat hidup dengan beliau. Kolese Kanisius harus menjalankan misinya dengan pemerintahan DKI mana saja, dan saya perkirakan bahwa justru karena itu panitia mengundang Pak Anies," kata Magnis.
Kelima. Ananda Sukarlan berhak menolak Anies. Sebagai seorang Muslim, kata Magnis, Ananda tidak perlu dicurigai bersikap sektarian.
"Namun saya tetap tidak dapat menyetujui kelakuannya. Tamu harus dihormati, tamu datang karena diundang panitia, maka semua yang ikut undangan panitia, harus menghormati tamu pun pula kalau secara pribadi tidak menyetujuinya. Silahkan panitia dikritik. Tetapi menginisiasikan suatau demonstrasi penghinaan terbuka terhadap Gupernur DKI saya anggap penyalahgunaan kesempatan," kata Magnis.
Kelima, kata Magnis, rupa-rupanya Ananda juga mengritik Romo Provinsial Sunu Hardiyanta dengan menyebut "basa-basi" saja.
"Kalau yang dimaksud bahwa Romo Provinsial tidak mengambil sikap politis terhadap Anies dan macam-macam kecenderungan primordial, melainkan "hanya" menghargai apa yang sudah dilakukan Kanisius serta mengharapkan bahwa Kanisius terus meningkatkan kualitasnya dan terus menghasilkan manusia-manusia Indonesia bermutu: Itu bukan basa-basi, itu yang saya harapkan provinsial mengatakannya. Kanisius diharapkan menjalankan misinya di masa depan juga kalau, barangkali, situasi menjadi lebih sulit. Kiranya justru tepat yang dikatakan Romo Provinsial," kata Magnis.
Berita Terkait
-
Bela Soeharto dari Tuduhan Genosida, Fadli Zon: Nggak Pernah Ada Buktinya
-
Romo Magnis Ajak Berpikir Ulang: Jika Soekarno Turuti Soeharto, Apakah Tragedi '65 Bisa Dicegah?
-
Anhar Gonggong Tertawa Geli Polisi Sita Buku Franz Magnis Suseno: Harusnya Baca Dulu Isinya!
-
Here We Go! Canisius College Cup XXXIX Siap Dihelat, Catat Tanggalnya
-
Geram dengan Orang yang Sebut Indonesia Tak Butuh Oposisi, Romo Magnis: Itu Fungsinya Luar Biasa
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- 5 HP OPPO RAM 8 GB Terbaik di Kelas Menengah, Harga Mulai Rp2 Jutaan
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
Terkini
-
Rekaman Tengah Malam Viral, Bongkar Aktivitas Truk Kayu di Jalan Lintas Medan-Banda Aceh
-
'Beda Luar Biasa', Kuasa Hukum Roy Suryo Bongkar Detail Foto Jokowi di Ijazah SMA Vs Sarjana
-
Kadinsos Samosir Jadi Tersangka Korupsi Bantuan Korban Banjir Bandang, Rugikan Negara Rp 516 Juta!
-
Bakal Demo Dua Hari Berturut-turut di Istana, Buruh Sorot Kebijakan Pramono dan KDM soal UMP 2026
-
Arus Balik Natal 2025: Volume Kendaraan Melonjak, Contraflow Tol Jakarta-Cikampek Mulai Diterapkan!
-
18 Ribu Jiwa Terdampak Banjir Banjar, 14 Kecamatan Terendam di Penghujung Tahun
-
UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,7 Juta Diprotes, Rano Karno: Kalau Buruh Mau Demo, Itu Hak Mereka
-
Eks Pimpinan KPK 'Semprot' Keputusan SP3 Kasus Korupsi Tambang Rp2,7 Triliun: Sangat Aneh!
-
Percepat Penanganan Darurat Pascabencana, Hari Ini Bina Marga akan Tinjau Beutong Ateuh Banggalang
-
Ikuti Instruksi Kapolri, Pemkot Jogja Resmi Larang Pesta Kembang Api saat Pergantian Tahun