Suara.com - Lembaga survei Poltracking Indonesia menemukan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo cukup tinggi mencapai 68 persen.
Namun dalam survei tersebut juga didapat data elektabilitas Presiden Joko Widodo masih perlu ditingkatkan bila akan maju dalam Pemilihan Umum 2019, karena baru mencatat 50,5 persen.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda mengatakan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo tergolong cukup tinggi, namun terdapat margin 15 persen dari koresponden yang menyatakan puas tersebut tidak akan memilih kembali Joko Widodo sebagai presiden jika pilpres diselenggarakan dalam waktu dekat.
"Orang yang puas terhadap kinerja Jokowi itu seharusnya memilih dia kembali, itu rumusnya. Tetapi ini tidak, artinya beliau belum aman secara elektoral. Ada margin 15 persen yang tidak memilih Jokowi, padahal mereka puas terhadap kinerjanya. Itu yang menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Jokowi untuk menarik modal awal," kata Hanta Yuda dalam rilis survei Evaluasi Pemerintahan Jokowi-JK: Meneropong Peta Elektoral 2019 di Jakarta, Minggu.
Hanta menjelaskan angka survei bisa dikatakan tinggi jika mencapai di atas 60 persen; sehingga, melihat hasil survei elektabilitas tersebut, maka bisa dikatakan Joko Widodo belum aman untuk kembali terpilih dalam Pilpres 2019. Dia mencontohkan kesuksesan Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pilpres 2009, yang kembali terpilih sebagai presiden dalam satu putaran pemilu.
"Angka aman itu seharusnya di atas 60 persen. Misalnya, Susilo Bambang Yudhoyono di Pilpres 2009 itu elektabilitasnya 60 sampai 70 persen. Sehingga, dia bisa memenangkan Pemilu di satu putaran ya karena modal itu," tambahnya.
Untuk meninggikan angka elektabilitas tersebut, salah satunya adalah dengan meningkatkan kinerja pemerintahan Kabinet Kerja. Selain itu, Jokowi dan tim pendukungnya memiliki pekerjaan rumah untuk mengonversi 15 persen masyarakat, yang puas terhadap kinerja Jokowi namun tidak memilihnya, supaya menjadi dukungan elektoral di Pemilu 2019.
Survei tersebut dilakukan pada 8 - 15 November 2017 dengan melibatkan 2.400 warga negara Indonesia yang telah memiliki hak pilih, yakni dengan ketentuan berusia minimal 17 tahun atau sudah menikah serta bukan anggota TNI/Polri.
Populasi pemilih sebelumnya dikelompokkan berdasarkan 34 provinsi, untuk kemudian dilakukan 'primary sampling unit' di tingkat desa/kelurahan di seluruh provinsi. Selain menggunakan instrumen kuesioner, pengumpulan data juga dilakukan dengan metode wawancara terhadap 10 responden untuk setiap desa/kelurahan. [Antara]
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
Terkini
-
Usai Siswa Keracunan Massal, DPR Temukan Ribuan SPPG Fiktif: Program MBG Prabowo Memang Bermasalah?
-
RUU Perampasan Aset Mesti Dibahas Hati-hati, Pakar: Jangan untuk Menakut-nakuti Rakyat!
-
Ucapan Rampok Uang Negara Diusut BK, Nasib Wahyudin Moridu Ditentukan Senin Depan!
-
Survei: Mayoritas Ojol di Jabodetabek Pilih Potongan 20 Persen Asal Orderan Banyak!
-
Sambut Putusan MK, Kubu Mariyo: Kemenangan Ini Milik Seluruh Rakyat Papua!
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!