Suara.com - Kesetaraan antara perempuan-lelaki memang belum diterapkan di semua tempat, seperti di Cina. Sebuah sekolah dimana mengirimkan istri mereka untuk belajar "kebajikan perempuan", seperti pekerjaan rumah tangga dan nilai yang menekankan untuk sedikit berbicara, bekerja lebih banyak. Seiring dengan perkembangan zaman, sekolah ini telah dipaksa ditutup.
Menurut laporan berita setempat dikutip Telegraph, para pengajar di institut di Cina utara mengecam perempuan karena memakai make-up atau berambisi dalam karir. Nyawa para kaum hawa pun terancam jika mereka berhubungan seks dengan lebih dari tiga orang.
Sekolah tersebut didirikan oleh Kang Jinsheng, yang dipenjara karena pembunuhan hampir tiga puluh tahun lalu, sebelum terinspirasi oleh ajaran tentang "nilai budaya tradisional Tiongkok". Dia meluncurkan Asosiasi Nilai Tradisional Fushun di provinsi Liaoning utara pada tahun 2011 dan sejak itu, mendirikan tiga cabang lainnya di Cina.
Menurut Liaoshen Evening News, para pengajar di sekolah Fushun memerintahkan para perempuan untuk memulai delapan jam menjalani tugas rumah tangga secara intens, mulai pukul 04:30 waktu setempat.
Ada juga ajaran yang lebih menyeramkan bagi perempuan, seperti menyuruh mereka untuk tidak memukul balik saat lelaki melaangkan kekerasan.
Sekolah tersebut menjadi pusat perhatian pihak berwenang setelah video di sekolah tersebut beredar viral di media sosial Cina. Departemen pendidikan Fushun mengatakan dalam sebuah media sosial bahwa ajarannya bertentangan dengan nilai-nilai inti sosialis dan bahwa hal itu akan menghentikan fenomena yang melanggar nilai inti sosialisme.
Media Cina melaporkan bahwa pejabat setempat telah mengizinkan institut tersebut dibentuk sebagai 'asosiasi', namun bukan untuk mengajar siswa.
Sejumlah sekolah yang mengajarkan 'Kebajikan feminin tradisional' telah didirikan di Cina dalam beberapa tahun terakhir, kutip surat kabar The Global Times.
Surat kabar tersebut mengatakan, mengutip laporan media lokal bahwa alih-alih mempromosikan kesetaraan gender, sekolah-sekolah ini memberi tahu siswa bahwa seorang perempuan harus menghormati ayahnya, suami dan anak lelaki tanpa syarat dan bahwa perempuan harus berada di bawah lelaki.
Baca Juga: Akibat Salah Kostum, Perempuan Ini Gagal Bunuh Diri
Beberapa perempuan dikirim ke institut tersebut oleh suami mereka, sementara yang lain dikirim oleh atasan perusahaan mereka.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- Terbongkar dari Tato! Polisi Tetapkan Pria Lawan Main Lisa Mariana Tersangka Kasus Video Porno
- Buntut Tragedi SMA 72 Jakarta, Pemerintah Ancam Blokir Game Online Seperti PUBG
Pilihan
-
Keuangan WIKA 'Berlumur Darah' Imbas Whoosh, Bosnya Pasrah Merugi
-
Respons Berkelas Dean James usai Bikin Gol Spektakuler ke Gawang Feyenoord
-
Pahitnya Niat Baik: Guru Dipecat Karena Kumpulkan Rp20 Ribu untuk Gaji Honorer
-
Pemerintah Mau 'Bebaskan' Reynhard Sinaga, Predator Seksual Terkejam di Sejarah Inggris
-
Bahlil soal Izin Tambang di Raja Ampat : Barang Ini Ada, Sebelum Saya Ada di Muka Bumi!
Terkini
-
Gaji Petugas MBG Telat, Kepala BGN Janji Bakal Tuntaskan Pekan Ini
-
Cermin Kasus Bilqis: 5 Pelajaran Pahit di Balik Drama Penculikan yang Mengguncang Indonesia
-
Asfinawati Sebut Penegakan HAM di Indonesia Penuh Paradoks, Negara Pelanggar Sekaligus Penegak!
-
Kasus Baru, KPK Buka Penyelidikan Dugaan Korupsi Pelayanan Haji di BPKH
-
Geger Foto Ijazah Jokowi, Roy Suryo Sebut Pria di Dalamnya Bukan Presiden, Tapi Sosok Ini
-
Sukses Intervensi Penurunan Stunting, Gubernur Ahmad Luthfi Terima Penghargaan Kemenkes
-
Kepala BGN Kena 'Sentil' Komisi IX DPR Soal Proses Pengajuan Tambahan Anggaran ke Kemenkeu
-
KPK Usut Hasil Sewa Apartemen Lukas Enembe, Kemana Mengalir Dana Korupsi Papua Rp1,2 T?
-
Program SMK Go Global Dimulai Akhir Tahun, Pemerintah Kirim Lulusan SMA/SMK Kerja ke Luar Negeri
-
Arab Saudi Catat Lonjakan Wisatawan, Target 150 Juta Turis 2030 Dicanangkan