Suara.com - Sekitar 32 akun media sosial yang berhubungan dengan Front Pembela Islam tidak dapat diakses. Juru bicara FPI Slamet Maarif mengatakan pemblokiran berlangsung sejak menjelang aksi reuni 2 Desember 2017 di Monumen Nasional, Jakarta Pusat.
"Akun yang berhubungan dengan orang-orang FPI yang diblokir. Itu sebenarnya sebelum 212 (tahun 2016 atau menjelang pilkada Jakarta) sudah diblokir oleh mereka. Yang terbaru ya sebelum reuni alumni 212 kemarin, aktivis kita, banyak yang dibokir, seperti IG, FB," kata Slamet kepada Suara.com, Jumat (22/12/2017).
Bahkan, 11 akun media sosial Habib Rizieq, serta akun Slamet juga diblokir. "Temen-temen di daerah juga, aktivis 212," kata dia.
Slamet yang juga menjabat ketua presidium 212 yakin ada motivasi politik di balik pemblokiran akun aktivis yang pernah terlibat demonstrasi mendesak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dihukum.
"Kalau kita berpikir pesanan rezim karena khawatir dengan persatuan umat," kata dia.
Ketika ditanya apa yang dimaksud dengan khawatir dengan persatuan umat? Slamet menjawab: "Kan berhubungan dengan 2019, mereka pikir kekuatan umat, alumni 212, membahayakan untuk (pemilu) 2019."
Slamet mengatakan akun media sosial merupakan saluran untuk berkoordinasi yang efektif. Itu sebabnya, kata dia, diputus.
"Sama dengan sebelum 212. Tetapi tidak berpengaruh," katanya.
Ketika ditanya, apakah mungkin akun-akun tersebut diblokir karena kontennya yang provokatif? Slamet menjawab: "Kayaknya bukan, nggak ngaruh soal konten. Kemungkinan besar kita pikir untuk putus koordinasi dan komunikasi ke daerah."
Slamet mengatakan kalau jumlah total followers akun yang diblokir sampai jutaan.
Apakah setelah diblokir koordinasi dengan sesama alumni di daerah terhambat? Slamet mengatakan dengan tegas, tidak.
"Nggak ngaruh. 1001 jalan menuju Roma. Buktinya dulu kita reuni tetap jalan, kan. Masih bisa buat sejuta akun baru," katanya.
Tag
Berita Terkait
-
Lima Tahun Tragedi KM 50, Ini Alasan FPI Tetap Suarakan Keadilan di Depan Komnas HAM
-
Tuntut Keadilan Tragedi KM 50, FPI Gelar Aksi Damai di Depan Komnas HAM
-
FPI Desak BIN dan BAIS Tangkap Dua Eks Tentara Israel di Bali
-
Heboh Mantan Tentara Israel di Bali, Diduga Mata-mata: Ini Operasi Intelijen Negara Musuh
-
Tabligh Akbar Habib Rizieq Ditolak Berujung Ricuh, FPI ke Prabowo: Bubarkan Ormas PWI-LS!
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 10 Rekomendasi Skincare Wardah untuk Atasi Flek Hitam Usia 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Kondisi Gunung Semeru Meningkat ke Level Awas, 300 Warga Dievakuasi
-
Soal Pelimpahan Kasus Petral: Kejagung Belum Ungkap Alasan, KPK Bantah Isu Tukar Guling Perkara
-
Semeru Status Awas! Jalur Krusial Malang-Lumajang Ditutup Total, Polisi Siapkan Rute Alternatif
-
Babak Baru Korupsi Petral: Kejagung Resmi Limpahkan Kasus ke Tangan KPK, Ada Apa?
-
DPR-Kemdiktisaintek Kolaborasi Ciptakan Kampus Aman, Beradab dan Bebas Kekerasan di Sulteng
-
Fakta Baru Sengketa Tambang Nikel: Hutan Perawan Dibabat, IUP Ternyata Tak Berdempetan
-
Survei RPI Sebut Tingkat Kepuasan Publik Terhadap Polri Tinggi, Ini Penjelasannya
-
Momen Roy Suryo Walk Out dari Audiensi Reformasi Polri, Sentil Otto Hasibuan: Harusnya Tahu Diri
-
Deteksi Dini Bahaya Tersembunyi, Cek Kesehatan Gratis Tekan Ledakan Kasus Gagal Ginjal
-
Wamendagri Wiyagus: Kemendagri Dukung Sinkronisasi Kebijakan Kependudukan Selaras Pembangunan