Suara.com - Suasana panti jompo biasanya digambarkan teramat membosankan. Namun, gambaran itu tak didapatkan di Panti Jompo Fairmile Grange, Chirstchurch, Dorset, Inggris.
Pengelola panti tersebut, seperti dikutip Suara.com dari Metro.co.uk, Kamis (22/2/2018), menyewa para penari tiang (pole dancer) untuk menghibur para lansia.
Pertunjukan penari tiang itu tak lazim digelar di panti jompo. Biasanya, tarian serupa diadakan di klub atau diundang ke rumah secara private, karena termasuk pertunjukan seksi.
Sejumlah foto di panti itu menunjukkan para lansia benar-benar menikmati para penari yang hanya mengenakan bra serta celana pendek olah raga meliuk-liukkan tubuh di tiang.
Pemerintah setempat sudah pernah menegur manajemen panti agar tak lagi menghadirkan para penari tersebut, karena dianggap “tak pantas”.
Namun, Izzy Nicholls, Direktur Operasi dan Kualitas Encore Care Homes—manajemen pengelola Fairmile Grange—menolak permintaan pemerintah.
“Para orang tua yang tinggal di Fairmile Grange, dan juga keluarga yang menitipkan mereka, meminta kami menggelar lebih banyak kegiatan bergaya modern,” tukasnya.
Ia mengatakan, penghuni panti sebelumnya sudah diberikan sejumlah tawaran hiburan yang hendak diadakan.
Izzy mengungkapkan, mayoritas penghuni panti, perempuan maupun laki-laki, bersepakat memilih penari tiang.
Baca Juga: Ultah Pernikahan Ke-19, Kajol dan Ajay Devgn Gelar Pesta Mewah?
“Kami juga bangga mampu menentang stereotipe tentang penari tiang, dan bisa menghadirkan hiburan kepada para lansia yang progresif,” tuturnya.
Namun, anggota dewan kota, Peter Hall, tetap mengecam pertunjukan tersebut. Ia menilai, tarian seperti itu justru membuat para lansia tak terhibur.
“Tari tiang menurut saya bukan hiburan yang tepat untuk lansia. Kami lebih senang para lansia diberi aktivitas yang membuat cakrawala hidup mereka terbuka luas. Saya yakin, cakrawala berpikir para lansia itu tak mencakup tarian tiang,” sindirnya.
Pemilik klub tari tiang yang disewa panti, Katie Henry, menegaskan penarinya tak terlampau erotis saat melakukan pertunjukan di hadapan lansia.
“Ada beragam gaya tari tiang. Kami sudah diberikan penjelasan oleh manajemen panti, bahwa gaya tarian apa yang diinginkan mereka. Kami menampilkan tarian era 1950-an dan 1960-an, sesuai dengan masa-masa muda lansia di panti,” ungkapnya.
Katie menjelaskan, dirinya mau bekerja sama dengan panti jompo itu karena tak mau menerapkan kebijakan diskriminatif.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Energi Bersih Bukan Mimpi, Inovasi 95 Tahun Ini Buktinya
-
Bupati Jember: Mulai 2026 setiap triwulan OPD dievaluasi bersama DPRD
-
Bobby Nasution Tak Kunjung Diperiksa, Penyidik KPK Rossa Purbo Bekti Dilaporkan ke Dewas KPK
-
Kasus Tudingan Ijazah Palsu Arsul Sani Masuk Babak Baru, Kini Ada Aduan Masuk ke MKD DPR RI
-
Menpar Kena 'Sentil' Komisi VII DPR, Proyek Lift Kaca di Pantai Kelingking Turut Disinggung
-
Waspada Game Online Terafiliasi Judol Ancam Generasi Muda, Aparat Didesak Bertindak Tegas
-
'Nanti Diedit-edit!' Arsul Sani Pamer Ijazah S3 Asli, Tapi Takut Difoto Wartawan
-
Seribu Keluarga Lulus Jadi PKH, Gubernur Ahmad Luthfi Dorong Kemandirian Warga
-
Apresiasi Kejujuran, KPK Undang 6 Siswa SD Penemu Ponsel untuk Podcast Antikorupsi
-
Dituduh Pakai Ijazah Palsu, Hakim MK Arsul Sani Buka Suara: Nanti Diedit-edit, Saya Pusing