"Di Kamerun, penyakit sel sabit identik dengan diskriminasi, penyakit memalukan, sesuatu yang mistis," kata Fernand Tekoua, presiden asosiasi nasional orang-orang dengan penyakit sel sabit.
"Ini tertanam dalam kebiasaan masyarakat. Bahkan keluarga berpikir Anda tidak berharga dan hanya menunggu hari Anda untuk mati," katanya.
Mayat Hidup
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anemia sel sabit paling umum di Afrika, dan memengaruhi hingga dua persen dari populasi di negara-negara tropis seperti Kamerun.
Gejala utamanya adalah, penderita sering merasa nyeri tak tertahan selama sepekan, rentan terhadap infeksi, anemia sehingga menyebabkan kelemahan serta kelelahan.
Dalam catatan WHO, sebagian besar anak-anak yang menderita penyakit itu hanya bertahan hidup sampai 5 tahun sejak lahir.
Seperti Diane, orang tua lain yang diwawancarai menggambarkan anak-anak mereka terus menerus sakit sejak lahir. Bagi orang tua, memunyai anak seperti itu bakal menghabiskan seluruh harta beda, sama seperti Diane dan suaminya.
"Per pekan, biaya untuk pengobatan anemia sel sabit mencapai 200 ribu Kamerun Franc atau setara USD 350. Padahal, mayoritas keluarga di Kamerun tak punya uang untuk makan,” tutur Tekoua.
"Anak dengan penyakit sel sabit dengan demikian dilihat sebagai orang yang menghancurkan keluarga."
Baca Juga: Polisi Kebut Berkas Kasus Remaja Pengancam Presiden Jokowi
Meskipun tidak ada bukti bahwa anak-anak dengan penyakit sel sabit secara teratur dibunuh di Kamerun, sejumlah dokter, pasien, dan orang tua mengakui menyarankan bahwa hal itu dimungkinkan.
"Dia monster, dia layak mati," kata seorang ibu di ibu kota Yaounde, mengomentari putranya yang berusia sembilan tahun dan menderita anemia sel sabit.
Ketika dia tahu dia menderita penyakit itu dua tahun lalu, pasangannya meninggalkannya dan dia tidak pernah lagi membawa bocah itu ke RS.
"Saya tidak akan meneteskan air mata pada kematian anak ini yang memisahkan saya dari suami saya," katanya.
Beberapa orang dengan penyakit itu mengatakan, orang tua mereka akan mengatakan kepada mereka: "Mengapa saya membawa Anda ke dunia? Anda seharusnya tidak hidup. Mati dan tinggalkan kami dalam damai."
Mereka disebut sebagai "mayat hidup ", "murid-murid setan" dan "penjaga neraka", kata mereka.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Minggu Malam di Kertanegara, Prabowo Temui Kepala BGN dan Sejumlah Menteri: Bahas Isu Apa?
-
Malaysia Ikut Buru Riza Chalid, Benarkah Buronan Kakap Ini Benar Jadi Menantu Keluarga Sultan?
-
Tragedi Ponpes Al Khoziny Telan Puluhan Nyawa Santri, Ini Perintah Tegas Prabowo ke Menteri-Gubernur
-
Terjatuh Saat Terjun Payung di Rangkaian HUT TNI, Praka Marinir Zaenal Mutaqim Meninggal Dunia
-
BNPB Ungkap Kendala Evakuasi Santri Al Khoziny: Satu Beton 'Jebakan' Ancam Runtuhkan Sisa Gedung
-
Paspor Dicabut, Riza Chalid dan Jurist Tan Kini Berstatus Tanpa Negara, Bisa Lolos dari Jerat Hukum?
-
Kronologi Gugurnya Prajurit Elite Marinir Praka Zaenal, Parasut Mengembang Namun Takdir Berkata Lain
-
Tragedi Jelang HUT TNI, Prajurit Intai Amfibi Praka Zaenal Gugur Dalam Insiden Terjun Payung
-
Prabowo Perbarui Aturan Seleksi Pemimpin TNI, Utamakan Kompetensi Ketimbang Senioritas
-
Update Tragedi Ponpes Al Khoziny: 23 Jasad Ditemukan dalam 24 Jam, Total Korban Tewas Jadi 39 Orang