Suara.com - Kemunculan seekor buaya di perairan Tanjung Priuk, Jakarta Utara baru saja membuat heboh khalayak. Tim khusus dibentuk untuk menangkap satwa liar tersebut.
Peneliti Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amir Hamidi meminta petugas tetap mengedepankan keamanan dan keselamatan publik dalam menangani kasus satwa liar tersebut. Hal itu untuk menghindari keresahan di masyarakat.
"Ketika kasus ini menjadi domain publik, keamanan dan keselamatan masyarakat harus menjadi keseriusan. Penangkapan buaya tersebut harus memperhatikan keselamatan manusia juga satwa liar itu sendiri," kata Amir Hamidy, Senin (18/6/2018).
Sesuai aturan yang berlaku, penanganan satwa liar dilindungi perlu mengedepankan keselamatan manusia apabila sudah terjadi ancaman.
Misalnya penyerangan terhadap warga. Akan tetapi, jika belum terjadi ancaman, penanganannya perlu tetap memerhatikan perlindungan satwa liar itu sendiri.
"Kasus ini menjadi pengingat bahwa kita hidup berdampingan dengan satwa liar bahkan di Jakarta sekalipun," kata dia.
Karena itu, dia menyarankan otoritas setempat untuk melakukan survei secara berkala mengenai keberadaan satwa liar agar bisa terpantau dan terhindar dari konflik dengan manusia.
Menurut dia, kehidupan satwa liar memang ada di di Jakarta. Pada periode tahun 1930-an lokasi mangrove di Jakarta Utara disebutnya sebagai habitat buaya. Sehingga diperlukan upaya survei secara berkala di lokasi-lokasi itu.
Sementara terkait asal-usul kemunculan buaya tersebut, Amir memaparkan sejumlah spekulasi.
Baca Juga: 7 Potret Cantiknya Diandra Marsha, Keponakan Maia Estianty
Buaya tersebut bisa saja berasal dari penangkaran atau peliharaan warga. Namun hal itu kecil kemungkinannya, karena buaya di penangkaran tergolong tidak terlalu takut terhadap aktivitas manusia.
"Tapi buaya buaya muara itu setelah ditemukan warga dia justru menghilang. Atau bisa saja trauma akibat ditembak," kata Amir.
Kemungkinan lainnya buaya tersebut melakukan migrasi antar pulau dan hanya sekadar singgah di perairan Jakarta untuk mencari makan.
"Seperti di Nusa Tenggara Timur terdapat kasus buaya yang bermigrasi dari perairan Australia. Itu memungkinkan terjadi," ucap Amir mengakhiri.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Bobby Nasution Berikan Pelayanan ke Masyarakat Korban Bencana Hingga Dini Hari
-
Pramono Anung Beberkan PR Jakarta: Monorel Rasuna, Kali Jodo, hingga RS Sumber Waras
-
Hujan Ringan Guyur Hampir Seluruh Jakarta Akhir Pekan Ini
-
Jelang Nataru, Penumpang Terminal Pulo Gebang Diprediksi Naik Hingga 100 Persen
-
KPK Beberkan Peran Ayah Bupati Bekasi dalam Kasus Suap Ijon Proyek
-
Usai Jadi Tersangka Kasus Suap Ijon Proyek, Bupati Bekasi Minta Maaf kepada Warganya
-
KPK Tahan Bupati Bekasi dan Ayahnya, Suap Ijon Proyek Tembus Rp 14,2 Miliar
-
Kasidatun Kejari HSU Kabur Saat OTT, KPK Ultimatum Segera Menyerahkan Diri
-
Pengalihan Rute Transjakarta Lebak Bulus - Pasar Baru Dampak Penebangan Pohon
-
Mendagri: Pemerintah Mendengar, Memahami, dan Menindaklanjuti Kritik Soal Bencana