News / Nasional
Selasa, 31 Juli 2018 | 08:55 WIB
Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2018. (Dok: Kemenpar)

“Melihat progres BEC seperti ini, mereka harus diapresiasi. Banyuwangi selalu menawarkan sesuatu yang baru. Kreativitas mereka luar biasa. Mungkin tahun depan sudah saatnya dibuka untuk konten dan ide-ide yang lebih besar agar semakin mendunia,” kata Deputi Bidang Pemasaran I Kemenpar, I Gde Pitana.

Memiliki nilai psikologis tinggi dan konsep atraksi yang kuat, BEC juga ditopang aksesibilitas terbaik. The Sun Rise of Java sangat nyaman didatangi melalui jalur udara.

Pun demikian dengan jalur lautnya, sebab kawasan ini terkoneksi dengan Bali dan Lombok melalui Kapal Cepat Marina. Akses dalam kota juga ditopang angkutan pariwisata gratis dan sudah melayani sekitar 2.347 wisatawan.

“Acara yang digelar oleh Banyuwangi selalu sukses, seperti BEC. engan kekuatan dan potensi seperti ini, BEC masih bisa berkembang lebih besar,” jelas Kepala Bidang Area Jawa Kemenpar, Wawan Gunawan.

Untuk amenitas, The Sun Rise of Java banyak memiliki fasilitas hotel berbintang. Pilihan lain berupa 274 homestay. Banyuwangi memiliki sedikitnya 17 desa sebagai pengembangan homestay.

Diantaranya ada Bakungan, Gombengsari, Temenggungan, juga Kampunganyar. Selain itu, ada juga Banjar, Tamansari, Kandangan, Sumbersari, dan Kalipait.

“Kami sangat bangga karena pembangunan dengan pendekatan budaya seperti ini cepat menaikan kesejahteraan masyarakat. Pendapatan perkapita masyarakat saat ini Rp 45 juta per tahun. Untuk BEC, tema setiap tahun tema berubah yang hadirkan oleh masyarakat. BEC tidak memakai event organizer, tapi murni karya dari masyarakat Banyuwangi,” tutup Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas.

Load More