Suara.com - A Yani Koesnadi, lelaki berusia 57, mengaku sebagai petugas dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memeras anggota DPRD Kota Madiun, Endang Winaryanti.
Dalam aksinya, Yani mengaku bernama Dewa dan menjadi anggota penyidik KPK. Ia menawarkan perlindungan kepada Endang Winaryanti, hingga akhirnya politikus PAN itu memberikan sejumlah uang.
Kekinian, lelaki yang merupakan warga Jalan Ciliwung, Kota Madiun, itu sudah ditangkap dan ditahan di Mapolres Madiun Kota.
Kepada wartawan, Endang Winaryanti menceritakan peristiwa pemerasan dan penipuan itu terjadi pada tanggal 30 Juni 2018. Saat itu, Endang sedang berada di kantor DPD PAN Kota Madiun mengurus persyaratan pencalegan.
Tiba-tiba, pria yang mengaku bernama Dewa itu datang ke kantor dan menemuinya.
"Saat menemui saya, dia mengaku sebagai petugas KPK yang sedang melakukan pemeriksaan di Kota Madiun," kata dia di gedung DPRD setempat, Senin (6/8/2018).
Endang menyatakan, Dewa mengaku menjabat sebagai Direktur InvestigatorKPK. Saat datang menemuinya, Dewa mengenakan jaket seperti petugas KPK dan mengalungkan kartu tanda pengenal.
Ia mengakui tidak menaruh curiga terhadap lelaki itu dan kemudian melanjutkan perbincangan. Kepadanya, Dewa mengatakan datang ke Kota Madiun untuk melanjutkan pemeriksaan kasus korupsi yang melibatkan mantan Wali Kota Madiun, Bambang Irianto (BI).
"Saya juga bertanya-tanya kok melanjutkan kasus BI. Padahal kan kasusnya sudah selesai. Saya juga sudah menyampaikannya," ujar diaseperti diberitakan Madiunpos—jaringan Suara.com.
Baca Juga: Rumah Dilempar Bom Molotov, Kapitra Sering Dapat Teror Telepon
Obrolan berlanjut, kata Endang, hingga akhirnya Dewa menyebut ada 19 nama di DPRD Kota Madiun yang masuk radar penyelidikan KPK. Salah satu nama yang disebut Endang Winaryanti.
Dewa juga mencatut beberapa nama pejabat Pemkot Madiun seperti Wali Kota Sugeng Rismiyanto, eks Wali Kota Armaya, dan sejumlah tokoh politik lainnya.
Selanjutnya, ungkap Endang, Dewa menawarkan perlindungan kepadanya dengan memberikan uang sejumlah Rp20 juta. Setelah membayar, namanya akan dihapus dari daftar penyelidikan KPK.
Lelaki ini meyakinkan korban dengan jabatannya sebagai direktur bisa menghapus namanya dari daftar penyelidikan.
"Ya bahasanya sih tidak memeras, tetapi uang itu mau digunakan untuk mengganti empat ponselnya yang hilang," ujar dia.
Dia kemudian mengajak Dewa di warung satai, dan di situ dirinya memberikan uang sejumlah Rp 5 juta. Pelaku kemudian meminta korban untuk membayarkan sisanya empat hari kemudian.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Ketimbang Berpolemik, Kubu Agus Diminta Terima SK Mardiono Ketum PPP: Digugat pun Bakal Sia-sia?
-
Bima Arya: PLBN Sebatik Harus Mampu Dongkrak Ekonomi Masyarakat Perbatasan
-
Jangan Lewatkan! HUT ke-80 TNI di Monas Ada Doorprize 200 Motor, Makanan Gratis dan Atraksi Militer
-
Menhan Bocorkan Isi Pertemuan Para Tokoh di Rumah Prabowo, Begini Katanya
-
Efek Revisi UU TNI? KontraS Ungkap Lonjakan Drastis Kekerasan Aparat, Papua Jadi Episentrum
-
Ajudan Ungkap Pertemuan 4 Mata Jokowi dan Prabowo di Kertanegara, Setelah Itu Pamit
-
SK Menkum Sahkan Mardiono Ketum, Muncul Seruan Rekonsiliasi: Jangan Ada Tarik-Menarik Kepentingan!
-
Jokowi Sambangi Prabowo di Kertanegara Siang Tadi Lakukan Pertemuan Hampir 2 Jam, Bahas Apa?
-
Catatan Hitam KontraS di HUT TNI: Profesionalisme Tergerus, Pelibatan di Urusan Sipil Kian Meluas!
-
SDA Jamin Jakarta Tak Berpotensi Banjir Rob pada Bulan Ini, Apa Alasannya?