Suara.com - Sejumlah korban gempa bumi di Kabupten Sigi, Sulawesi Tengah sampai saat ini masih terisolasi di atas bukit. Sejak gempa menguncang Sulteng pada Jumat (28/9/2018) pekan lalu, mereka belum mendapat bantuan dari pemerintah.
Rahmat (36), warga Desa Olobojo, Kabupaten Sigi mengatakan, banyak korban dari Petobo dan Sigi yang menyelamatkan diri ke atas bukit di Kabupaten Sigi. Namun, hingga lima hari pascagempa, mereka belum sedikitpun tersentuh bantuan.
"Saya lihat dipemberitaan hanya Donggala dan Palu. Padahal di atas bukit sana di Sigi, banyak korban dari Petobo juga yang mengungsi di sana belum dapat bantuan sampai sekarang," ujar Rahmat saat ditemui Suara.com, di lokasi gempa dan lumpur longsor di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Selasa (2/10/2018).
Rahmat menceritakan, sampai saat ini mereka hanya bertahan di pengusian dengan mengandalkan bantuan dari masyarakat sekitar. Tidak ada tenda-tenda dan makanan karena belum ada pasokan bantuan dari pemerintah.
Karena itu, Rahmat berharap pemerintah segera mengirim bantuan untuk korban di Sigi yang kini mulai kelaparan. Saat ini, kata dia, yang dibutuhkan adalah perhatian dari pemerintah yang tidak hanya terfokus di Palu dan Donggala saja.
"Kita tidak butuh uang, perhatian pemerintahlah yang paling penting. Sampai saat ini belum ada pemerintah yang datang atau memberikan bantuan ke bukit," pungkasnya.
Untuk diketahui, Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebut, ada 7 Kecamatan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah yang masih terisolasi. 7 kecamatan itu mengalami kerusakan cukup berat akibat gempa yang mengguncang Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018).
"7 kecamatan ini terisolir karena akses jalan longsor dan banyak bangunan rumah yang runtuh akibat gempa bumi," kata Sutopo, Senin (1/10).
Baca Juga: Disinggung soal Ukuran Dada, Jawaban Cinta Laura Cerdas Banget!
Berita Terkait
-
Bikin Haru, Gendon Kenang Anak Didik yang Jadi Korban Gempa Palu
-
Ini Daftar Bantuan Asing yang Diperlukan untuk Gempa Palu
-
Belajar dari Gempa Palu, Indonesia Krisis Alat Pendeteksi Tsunami
-
Pemerintah Minta Bantuan Alat Berat Kontraktor untuk Gempa Palu
-
LIPI: Gempa di Indonesia Timur Lebih Besar Ketimbang di Barat
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu