Suara.com - Ponco Harjono, kakek berusia 93 tahun yang mengakui diri sebagai aktivis pembela HAM, sejak setahun silam menghabiskan hari-harinya di Bukit Rogo Runting, Desa Tanjung, Klego, Boyolali, Jawa Tengah, untuk bertapa meminta bantuan Ratu Kidul—sosok mitos di Pulau Jawa.
Ponco mengakui bertapa atas dawuh Ratu Kidul. Sebelum menjejakkan kaki ke Bukit Rogo Runting, Ponco mengakui telah bertapa selama 80 hari di kawasan Pengging, Banyudono.
Saat Solopos—jaringan Suara.com menjumpainya Selasa, 18 September 2018 lalu, aktivitas bertapa itu dia lakoni sejak 2017 silam.
Pada 40 hari pertama, Ponco mengakui mendapatkan bekal 4.000 prajurit gaib dari Ratu Pengging. Pada empat puluh hari kedua, dia diperintahkan pergi ke Yogyakarta untuk bertapa.
Ponco lantas pergi ke Yogyakarta bersama prajurit gaib dan bertapa selama 40 hari di kawasan milik Keraton Kasultanan Yogyakarta. Pada akhir masa pertapaannya, Ponco mengakui telah dijumpai Ratu Kidul, penguasa laut selatan.
Ratu Kidul berpesan kepada Ponco agar dia bertapa hingga “selesai”. “Maksudnya ‘selesai’ itu mendapatkan kebutuhan batin yang kita inginkan, itu kita sendiri yang tahu,” imbuhnya.
Enam puluh hari penuh kenihilan membuat Ponco kembali ke Boyolali. Dia memutuskan pergi bertapa di Bukit Rogo Runting atas usul dari salah satu prajurit gaib.
Ketika ditemui, Ponco mengaku sudah tinggal di Bukit Rogo Runting selama 62 hari. Rencananya dia ingin menggenapkan hari bertapa hingga 90 hari, yakni Selasa, 16 Oktober pekan ini.
Jika tetap tidak mendapatkan yang diinginkan, Ponco akan pindah tempat bertapa di kawasan Wedi, Klaten.
Baca Juga: Tragedi Bintaro : Masa Kelam Sejarah Perkeretaapian di Indonesia
Ponco hari itu berkopiah dan mengenakan kemeja putih. Dia mengakui berganti baju tiap lima hari sekali. Tidak ada aktivitas mencuci atau mandi. Air hanya dia gunakan untuk keperluan buang air besar dan kecil.
Bahkan, salat tetap dia lakukan tanpa berwudu dan hanya tayamum menggunakan debu. Kamar tidur Ponco adalah selembar tikar yang dia letakkan di samping batu nisan Rogo Runting. Di samping tikar, tumpukan baju tampak berantakan tak dilipat.
“Ini akan dicuci setelah saya turun,” ucap Ponco.
Tidak ada listrik, televisi, radio, maupun alat komunikasi. Ponco hanya membawa beberapa buku yang akan dia baca untuk mengusir rasa bosan. Selain membaca, aktivitasnya hanya terbatas pada berdoa dan tidur.
Untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, Ponco mengandalkan warga di sekitar desa. Biasanya warga akan membawakan makan dengan bungkus plastik atau daun agar tak perlu repot mencuci.
Ditanya soal alasan bertapa, Ponco mengaku kepercayaannya itu berangkat dari sejarah kerajaan Demak.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh
-
Pakar Tolak Keras Gagasan 'Maut' Bahlil: Koalisi Permanen Lumpuhkan Demokrasi!
-
Gus Yahya Ngaku Sejak Awal Inginkan Islah Sebagai Jalan Keluar Atas Dinamika Organisasi PBNU
-
Rais Aam PBNU Kembali Mangkir, Para Kiai Sepuh Khawatir NU Terancam Pecah
-
Puasa Rajab Berapa Hari yang Dianjurkan? Catat Jadwal Berpuasa Lengkap Ayyamul Bidh dan Senin Kamis
-
Doa Buka Puasa Rajab Lengkap dengan Artinya, Jangan Sampai Terlewat!
-
Pedagang Korban Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati Mulai Tempati Kios Sementara
-
Buku "Jokowi's White Paper" Ditelanjangi Polisi: Cuma Asumsi, Bukan Karya Ilmiah
-
Gibran Turun Gunung ke Nias, Minta Jembatan 'Penyelamat' Siswa Segera Dibangun
-
Mensos Salurkan Santunan Rp15 Juta bagi Ahli Waris Korban Bencana di Sibolga