Suara.com - Sejarawan Asvi Warman Adam menyusulkan kepada pemerintah agar menyematkan nama pahlawan kepada pihak yang berani memberantas maraknya berita bohong alias hoaks di era digitalisasi saat ini. Usulan itu diberikan, karena Asvi mengaku gelar pahlawan dalam kategori itu sangat dibutuhkan untuk meredam penyebaran hoaks yang merajela di media sosial.
"Jadi makna pahlawan ini disematkan kepada seseorang yang berani mencegah hoax," kata Asvi dalam diskusi bertajuk "Memaknai Kepahlawanan" di gedung Sarinah, Menteng, Jakarta Pusat. Sabtu (11/10/2018).
Terlebih di tahun politik seperti ini, pahlawan nasional juga pantas disematkan kepada orang yang berani mencegah isu SARA. Mengingat isu tersebut masih menjadi senjata ampuh pihak politik untuk menyerang satu sama lain.
"Pahlawan ini yang mengecam politisasi agama, pahlawan nasional saat ini berani mengatakan jangan sampai masyarakat diadu domba. Kan itu sebenarnya," pungkasnya.
Sosok pahlawan yang berani menangkal hoaks diharapkan bisa muncul dari kalangan masyarakat, bukan melulu dari kalangan politik atau pemerintahan. Dia berharap, ad satu tokoh panutan di masyarakat untuk ikut berperan meminimalisir kegaduhan di tahun politik ini
"Tetapi yang penting implementasi dari hari pahlawan tanggal 10 November. Seseorang berhak menjadi pahlawan nasional berdasarkan perjuangan, kejujuran, integritas itu yang harus menjadi bahan semangat untuk kita," tutupnya.
Berita Terkait
-
Asvi Sebut Gelar Pahlawan Bermuatan Politis Sejak Era Soekarno
-
Mau Jadi Pahlawan Nasional? Ini Syarat dan Tahapannya
-
Pentingkan Perut Sendiri, DPR Era Ini Tak Patut Disebut Pahlawan
-
Gelar Pahlawan Disebut Berpotensi Timbulkan Kecemburuan Sosial
-
6 Seleb Cantik Ini Ternyata Mewarisi Darah Pahlawan Nasional
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional