Suara.com - Peneliti Politik Lipi, Lili Romli mengatakan, pemberian gelar pahlawan berpotensi timbulkan kecemburuan sosial. Kecemburuan tersebut dapat terjadi pada kalangan etnis dan suku di Indonesia.
Potensi kecemburuan tersebut pun makin besar mengingat Indonesia merupakan negara prular yang terdiri dari beragam bahasa dan suku. Hal itu dikakatan Lili dalam diskusi "Makna Kepahlawanan" yang digelar di gedung Sarina, Menteng, Jakarta Pusat.
"Saya kira di negara kita yang plural ini memang representasi itu perlu karena bagaimanapun ketika satu daerah satu etnik dan kelompok yang sesungguhnya berjasa bagi bangsa ini, dan NKRI. Tapi tidak dapet gelar pahlawan nasional, itu akan menimbulkan kecemburuan," ujarnya, Sabtu (10/11/2018).
Maka dari itu, diperlukan seleksi yang ketat bagi setiap kandidat yang akan dijadikan pahlawan nasional. Seleksi ketat tersebut diharapkan akan menepis dugaan pernamainan dalam pemberian gelar pahlawan.
"Ada kriteria yang sangat ketat sekali ketika negara ini memberikan gelar pahlawan nasional, tetapi saya setuju harus ada representasi dari daerah, dari etnik agama, termasuk dari gender," pungkasnya.
Sementara itu, sejarawan Asvi Warman Adam tidak sembarang orang yang bisa mendapatkan penghargaan pahlawan nasional. Pemerintah dalam hal ini harus hati-hati memberikan gelar pahlawan nasional kepada seseorang. Gelar pahlawan nasional harus diberikan kepasa orang dengan jasa yang telah diberikan demi bangsa.
"Ini bukan sekedar pahalawan tapi ini pahawan nasional. Ini gelar resmi yang diberikan negara sejak tahun 1959. kepada yang berjasa kepada nusa dan bangsa yang mempunyai jasa kepada bangsa orangnya juga mengorbakan jiwa raga untuk tanah air," ujar Asvin.
Berita Terkait
-
6 Seleb Cantik Ini Ternyata Mewarisi Darah Pahlawan Nasional
-
Sejarawan Miris Generasi Saat Ini Banyak Tak Kenal Nama Pahlawan
-
Indonesia Jadi Negara dengan Pahlawan Nasional Terbanyak
-
Jokowi Peringati Hari Pahlawan di TMP Cikutra Bandung
-
Cerita Gubernur Anies Dapat Warisan 5.000 Buku Milik Sang Kakek
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
- Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
Pilihan
-
3 Catatan Menarik Liverpool Tumbangkan Everton: Start Sempurna The Reds
-
Dari Baper Sampai Teriak Bareng: 10+ Tontonan Netflix Buat Quality Time Makin Lengket
-
Menkeu Purbaya Janji Lindungi Industri Rokok Lokal, Mau Evaluasi Cukai Hingga Berantas Rokok China
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
Terkini
-
Tragedi Freeport: 2 Pekerja Ditemukan Tewas, 5 Hilang di Tambang Maut Grasberg
-
Hitung-hitungan Jelang Muktamar X PPP: Mardiono Disebut Masih Kuat dari Agus Suparmanto
-
Jokowi Beri Arahan 'Prabowo-Gibran 2 Periode', Relawan Prabowo: Tergantung Masyarakat Memilih
-
DPR Desak Penghentian Sementara PSN Kebun Tebu Merauke: Hak Adat Tak Boleh Dikorbankan
-
Usai Pecat Anggota DPRD Gorontalo, PDIP Beri Pesan: Jangan Cederai Hati Rakyat!
-
Mahasiswa Green Leadership Academy Tanam Semangat Baru di Tabung Harmoni Hijau
-
Profil Alvin Akawijaya Putra, Bupati Buton Kontroversial yang Hilang Sebulan saat Dicari Mahasiswa
-
Mendagri Tito Sebut Bakal Ada 806 SPPG Baru: Lahannya Sudah Siap
-
'Warga Peduli Warga', 98 Resolution Network Bagikan Seribu Sembako untuk Ojol Jakarta
-
Perlindungan Pekerja: Menaker Ingatkan Pengemudi ODOL Pentingnya BPJS Ketenagakerjaan