Suara.com - "I am agnostic now. Sorry, I am not into about religion", kalimat itu sudah mulai sering didengar dari obrolan generasi milenial.
Bagi mereka, agama cukup sebagai identitas untuk kepentingan kependudukan, Just for identity. Mereka lebih menyukai menjadi orang yang meyakini Tuhan tanpa amalan agama. Ya, hanya percaya sama Tuhan, an sich.
Pada era yang serba teknologis ini, berkeyakinan bukan semata pilihan privasi individu, tapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup alias lifestyle.
Berbeda dengan dulu, orang memeluk suatu agama sebagai pilihan sosial yang membanggakan. Apalagi memeluk suatu agama selalu dikaitkan dengan struktur sosial, khususnya relasi ekonomi-politik.
Kini, zaman telah berubah seiring dengan perkembangan pola pikir dan kecenderungan hidup masyarakat. Beragama secara formal dengan rangkaian ritualnya dianggap telah usang alias jadul.
Seorang tokoh antagonis seperti Osama bin Laden (pemimpin Al Qaedah), Abu Bakr Al-Baghdadi (pentolan ISIS) dan George W Bush (mantan presiden AS) memiliki jasa besar menjadikan agama tampak jauh lebih usang bagi masyarakat modern.
Ya, ada kecenderungan masyarakat modern memandang orang beragama sudah usang. Kurang menarik. Menurut mereka, orang beragama sering menampakkan perilaku yang kurang bersahabat dengan sesama. Saling mencaci, menghina, menyakiti, bahkan saling serang dan baku hantam muncul karena alasan agama.
Coba deh gaes kamu tengok sejarah, ada kritik keras dari filosof asal Jerman, Friedrich Nietzsche terhadap orang beragama. Satu kalimat menohok yang menghebohkan seluruh penghuni bumi adalah "God is dead", Tuhan telah mati.
Nietzsche mengkritik nilai-nilai keberagamaan (Kristen saat itu) yang dipengaruhi oleh ajaran Plato. Nietzsche menganggap kekristenan mengajarkan orang untuk menolak, membenci, dan melarikan diri dari kehidupan di dunia ini demi suatu mitos "dunia nyata" yang imajiner.
Baca Juga: MUI Tak Akan Protes Jika Ada Rumah Makan yang Buka Selama Puasa
Nietzsche menuduh para tokoh agama sebagai pengajar-pengajar maut, karena membuat orang berpindah fokus dari hidup ke kematian. Kematian dipahami sebagai syarat manusia menuju ke "alam sempurna".
Kritik Nietzsche tersebut bisa dimaklumi, karena memang dia penganut atheisme. Penganut paham yang tidak percaya terhadap adanya Tuhan.
Cara pandangnya bisa jadi disebabkan oleh pandangan filsafat yang dikonfirmsi atas penglihatannya terhadap orang-orang beragama yang tidak menunjukkan idealitas nilai.
Seiring perkembangan zaman, di mana arus modernisme telah melanda di semua lini kehidupan , justru terjadi kekeringan spiritual.
Muncul banyak persoalan-persoalan psikologis, seperti stres dan depresi karena tekanan hidup yang bertumpu pada uang dan hedonisme.
Akibat dari itu, lalu masyarakat modern kehilangan arah hidup dan mencoba mencari The Other (Tuhan) sebagai sandaran hidup melalui jalan-jalan spiritualisme.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
-
Mubes NU Tegaskan Konflik Internal Tanpa Campur Pemerintah, Isu Daftarkan SK ke Kemenkum Mencuat
-
Jabotabek Mulai Ditinggalkan, Setengah Juta Kendaraan 'Eksodus' H-5 Natal
-
Mubes Warga NU Keluarkan 9 Rekomendasi: Percepat Muktamar Hingga Kembalikan Tambang ke Negara
-
BNI Bersama BUMN Peduli Hadir Cepat Salurkan Bantuan Nyata bagi Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh
-
Pakar Tolak Keras Gagasan 'Maut' Bahlil: Koalisi Permanen Lumpuhkan Demokrasi!
-
Gus Yahya Ngaku Sejak Awal Inginkan Islah Sebagai Jalan Keluar Atas Dinamika Organisasi PBNU
-
Rais Aam PBNU Kembali Mangkir, Para Kiai Sepuh Khawatir NU Terancam Pecah