Suara.com - Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi atau Perludem, Titi Anggraini menyebut dengan Pemilu Serentak 2019 memang beresiko tinggi terhadap para petugas KPPS hingga berakibat jatuhya korban jiwa.
Menurut Titi, tak aneh melihat hal itu, lantaran pada Pemilu 2014 lalu, petugas KPPS memang juga dalam bertugas nampak beresiko atas tugasnya yang sampai larut malam, bahkan sampai subuh hari.
Titi melihat Pemilu 2019 sebagai pemilu borongan. Karena ada 5 surat suara yang harus dicoblos oleh pemilih. Dan 5 kotak suara ini menjadi beban yang sangat berat bagi para petugas KPPS untuk penghitungan.
“Itu pun pemilu 2014, banyak petugas KPPS kita yang melakukan penghitungan ini sampai subuh. Itu hanya 4 surat suara, bagaimana pemilu borongan 5 surat suara ini," ujar Titi di acara Perspektif Indonesia bertemakan ' Kapok Pemilu Serentak' di Gado Gado Boplo, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (11/5/2019).
Titi menilai banyak celah hukum yang belum pasti di dalam Undang Undang Pemilu. Di mana, pembentukan UU pemilu dengan batas waktu yang sangat singkat.
Ia mencontohkan, seperti aturan rekapitulasi di tingkat kecamatan, justru tidak diatur secara baik dan jelas.
"Ini bisa menggangu pemilu yang jujur dan adil. Rekap suara di kecamatan tidak jurdil karena rekap ke kecamatan kerangka hukum kita tidak disiapkan dengan baik untuk borongan pemilu," ujar Titi.
Titi menganggap, Pemilu Serentak 2019 yang disebutnya sebagai pemilu borongan menghadirkan ketidakadilan bagi penyelenggara dan pemilih.
“Pemilih tidak mendapat informasi dan sosialisasi untuk memilih. Saya pastikan teman-teman yang ada di sini pasti bingung saat akan memilih di TPS," kata Titi.
Baca Juga: Ray Rangkuti: Pemilu Kali Ini Paling Banyak Memenjarakan Orang!
"Untuk ketidakadilan juga terjadi pada penyelenggara karena dia dibebani banyak beban yang sangat berat dengan dihantui oleh pasal-pasal dapat mengkriminalisasinya,” imbuh Titi.
Berita Terkait
-
Keluarga Menolak Jasad Petugas KPPS yang Meninggal Dibongkar
-
Ray Rangkuti: Pemilu Kali Ini Paling Banyak Memenjarakan Orang!
-
Dua Kali Keok di Depok, Perolehan Suara Jokowi Jauh dari Target
-
Hasil Investigasi Kemenkes Atas Meninggalnya Petugas KPPS di 4 Provinsi
-
Update Real Count KPU: Selisih Bertambah, Prabowo Tertinggal 15 Juta Suara
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Breaking News! Bahrain Batalkan Uji Coba Hadapi Timnas Indonesia U-22
-
James Riady Tegaskan Tanah Jusuf Kalla Bukan Milik Lippo, Tapi..
-
6 Tablet Memori 128 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik Pelajar dan Pekerja Multitasking
-
Heboh Merger GrabGoTo, Begini Tanggapan Resmi Danantara dan Pemerintah!
-
Toyota Investasi Bioetanol Rp 2,5 T di Lampung, Bahlil: Semakin Banyak, Semakin Bagus!
Terkini
-
Wakil Ketua DPD RI: Capaian 50% Penerima Manfaat MBG Harus Menstimulasi Kemandirian Pangan Daerah
-
Bukan Cuma Kapal, Ini Daftar Armada Basarnas yang 'Terparkir' Akibat Anggaran Dipangkas Rp409 M
-
Detik-detik Mencekam Ledakan Bom di SMA 72 Jakarta Terungkap, Pelaku Terlihat Tenang Saat Eksekusi
-
Jadi Tersangka Kasus Ijazah Jokowi, Roy Suryo Tuntut Keadilan dan Singgung Nama Silfester Matutina
-
Jadi Pembicara Kunci di COP30 Brasil, Sultan Baktiar Najamudin Tawarkan Gagasan Green Democracy
-
TOURISE 2025 Dibuka di Riyadh: Menteri Pariwisata Arab Saudi Bicara Inovasi dan Kolaborasi
-
AI Bigbox Permudah Fintech Verifikasi Identitas Pelanggan Lewat Solusi eKYC Canggih dan Aman
-
Wamenag Muhammad Syafi'i Soroti Kasus Gus Elham Yahya Cium Anak Kecil: Harus Dihentikan!
-
Pelaku Pembunuhan Istri Pegawai Pajak Manokwari Ternyata Orang Dekat, Jasad Dibuang ke Septic Tank
-
Admedika Hadirkan VIP Lounge di RSUP Kemenkes Surabaya, Tingkatkan Kualitas Layanan