Suara.com - Sebuah tajuk panjang bercokol di 'kabar terkini' laman situs resmi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat. Tulisan tersebut memotret fenomena politik yang terjadi dalam pemilihan presiden (pilpres) 2019.
Tertulis, tajuk panjang tersebut diracik olek tiga kader Partai Demokrat. Mereka adalah Wakil Sekretaris Jenderal Andi Arief, Ketua DPP Jansen Sitindaon, dan Wasekjen Rachland Nashidik.
Tajuk tersebut dipublikasikan pada Jumat 10 Mei 2019 dan berada di kolom 'kabar terkini' dari situs yang bertuliskan milik Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat.
Salah satu bagian dalam tulisan tersebut menekankan kepada pentingnya kejujuran. Tujuannya agar kebenaran dan keadilan benar-benar tegak di Indonesia.
Tulisan tersebut juga meminta calon presiden nomor 2 Prabowo Subianto jujur terkait bukti bahwa dirinya menang 62 persen. Hal ini mengacu kepada klaim kemenangan Prabowo.
"Prabowo harus jujur, benarkah dia punya bukti nyata dan kuat bahwa dirinya menang 62 persen. Kalau tidak dosanya luar biasa. Karena, akibat pernyataan Prabowo itu jutaan orang meyakini dan bahkan siap mati untuk membela Prabowo, jika dia dinyatakan kalah oleh KPU. Bayangkan kalau jutaan orang itu nanti benar-benar nekad, melakukan perlawanan fisik dan akhirnya menjadi korban karena mempertahankan keyakinan yang salah, siapa yang bertanggung jawab? Tentu Prabowo," demikian nukilan dari tulisan tersebut.
Tulisan itu juga meminta calon presiden petahana Joko Widodo dan pemerintahannya jujur. Hal ini terkait dugaan kecurangan yang dituduhkan sejumlah pihak.
"Jokowi dan para pemimpin negara dan pemerintahan juga harus jujur. Benarkah pemilu ini tak ada kecurangan sama sekali. 100 persen jujur dan adil. Benar atau tidak benar tuduhan yang dilontarkan berbagai pihak, terutama tentunya yang berasal dari kubu Prabowo, bahwa terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan lembaga-lembaga negara, pusat maupun daerah, termasuk TNI, Polri dan BIN, penyimpangan penggunaan keuangan negara, utamanya BUMN-BUMN, dan penyalahgunaan lembaga-lembaga penegak hukum yang semuanya bertujuan untuk memenangkan Jokowi dan partai-partai politik tertentu. Kalau semua tuduhan itu isapan jempol, tak terjadi sama sekali, rakyat bersyukur bahwa pemilu ini benar-benar jujur dan adil," demikian kutipan dari tulisan itu.
Pun tulisan itu menasihati agar pihak Prabowo Subianto tidak perlu sengit memvonis bahwa ada kecurangan di Pemilu 2019. Semua harus tunduk pada bukti.
Baca Juga: Hari Terakhir Pleno KPU Banten, Saksi Demokrat Walk Out
"Pihak Prabowo pun tak perlu sengit dan memvonis bahwa Pemilu 2019 ini curang. Semua harus tunduk pada bukti," demikian cuplikan dari tulisan itu.
Tulisan itu juga menyoroti sikap kesatria Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ketika kalah dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017.
Pun disorot pula adanya perundungan kepada AHY setelah memenuhi undangan Presiden Joko Widodo. Kehadiran AHY diklaim dalam kapasitas sebagai pribadi, bukan mewakili partai atau koalisi.
"AHY “dibully” habis oleh pihak-pihak yang marah karena AHY bersedia memenuhi undangan Presiden Jokowi dalam kapasitasnya sebagai pribadi. Tidak mewakili Partai Demokrat dan juga tidak merepresentasikan kubu Prabowo. Inisiatif untuk bertemu Presiden Jokowi bukan berasal dari dirinya dan juga jelas bukan dari SBY. AHY, yang juga “ber-DNA SBY” senantiasa menghormati pemimpinnya, Presiden Republik Indonesia, yang sedang mengemban tugas saat ini. Karenanya, dengan niat baik AHY memenuhi undangan itu karena dia juga meyakini bahwa Jokowi juga memiliki niat yang baik. AHY tahu bahwa pertemuan itu bakal menuai pro dan kontra, namun risiko itu nampaknya diambil tanpa keraguan apapun. Bagi pihak yang mengeluarkan sumpah serapah terhadap AHY saat ini berangkat dari pemikiran bahwa siapapun yang mengusung Prabowo harus mati-matian membela Prabowo tanpa reserve. Salah atau benar. Right or wrong," demikian dikutip dalam tulisan itu.
Berikut tulisan lengkapnya seperti dikutip SUARA.com dari laman situs resmi Partai Demokrat, Senin (13/5/2019):
JOKOWI, PRABOWO & AHY SIAPA JUJUR, SIAPA KESATRIA ?
Berita Terkait
-
Hari Terakhir Pleno KPU Banten, Saksi Demokrat Walk Out
-
Politisi Demkrat Ajak Jokowi dan Prabowo Bentuk Tim Investigasi Pemilu 2019
-
Sandiaga Sayangkan Ucapan Wakil Ketua Umum Gerindra yang Usir Demokrat
-
Arief Poyuono Usir Demokrat, Hinca: Kami Solid
-
Arief Poyuono Usir Demokrat dari Koalisi Prabowo, Jansen: Ngaca!
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Bukan Cuma Wacana, Ini Target Rinci Pemindahan ASN ke IKN yang Diteken Presiden Prabowo
-
Polandia Jadi Negara Eropa Kedua yang Kerja Sama dengan Indonesia Berantas Kejahatan Lintas Negara
-
Gerakan 'Setop Tot tot Wuk wuk' Sampai ke Istana, Mensesneg: Semau-maunya Itu
-
Koalisi Sipil Kritik Batalnya Pembentukan TGPF Kerusuhan Agustus: Negara Tak Dengarkan Suara Rakyat!
-
Menkeu Purbaya Bahas Status Menteri: Gengsi Gede Tapi Gaji Kecil
-
Semua Agama Dapat Porsi, Menag Nazaruddin Umar: Libur Nasional 2026 Sudah Adil
-
Presiden Prabowo 'Ketok Palu!' IKN Resmi Jadi Ibu Kota Politik 2028 Lewat Perpres Baru
-
Penggugat Ijazah Gibran Bantah Bagian dari Musuh Keluarga Jokowi: Saya Tidak Sedang Mencari Musuh!
-
Rekam Jejak Wahyudin Anggota DPRD Gorontalo, Narkoba hingga Video Rampok Uang Negara
-
Bongkar Gurita Korupsi Pertamina, Kejagung Periksa Jaringan Lintas Lembaga