Suara.com - Meski meringkuk di jeruji besi, terdakwa kasus hoaks, Ratna Sarumpaet mengaku tetap memantau situasi di luar penjara termasuk sidang gugatan sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) yang digelar di Mahkamah Konstitusi (MK).
Ratna menyebut dapat kesempatan menyaksikan sidang gugatan sengketa Pilpres 2019 meski menjadi tahanan di Polda Metro Jaya.
Aktivis gaek ini mengatakan sidang sengketa Pemilu ini bukan hanya soal pertarungan Prabowo Subianto atau Joko Widodo selaku Calon Presiden (Capres) tapi juga berdampak kepada nasib rakyat di masa depan.
"Ini bukan soal Prabowo atau Jokowi, ini sudah soal rakyat. Sekarang MK harus garansi, kalau mereka itu benar-benar bisa menunjukkan kebenaran," kata Ratna sesuai menjalani sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jumat (21/6/2019).
Ratna menyebut bukti yang dihadirkan kubu Prabowo selaku pemohon mengenai kecurangan pada Sistem Informasi Perhitungan Suara (Situng) Komisi Pemilihan Umum (KPU) sangat kuat.
Sementara, kubu KPU selaku termohon disebut Ratna tidak memberikan bantahan yang kuat karena hanya menghadirkan perancang Situng, Marsudi Wahyu Kisworo.
Karena itu, Ratna menyarankan agar hakim konstitusi menghadirkan ahli digital forensik untuk menyelesaikan perdebatan mengenai Situng KPU.
Dia menganggap ahli digital forensik tersebut bisa memberikan perbandingan atas Situng KPU yang diperdebatkan masing-masing pihak yang berperkara di MK.
"Kan kalau pemohon kan buktinya kuat banget harusnya hakim memerintahkan sebuah tim forensik digital untuk periksa," jelas Ratna.
Baca Juga: Tolak Semua Pleidoi, Jaksa Sebut Ratna Sarumpaet Biang Keonaran
Ratna mengatakan tidak mau memaksa opininya agar dipercaya. Namun, Ratna meyakinkan adanya kecurangan luar biasa yang terjadi pada Pemilu.
"Sebab aku juga enggak mau paksa orang harus melihat seperti bagaimana aku melihat. Tapi aku tahu terjadi kecurangan luar biasa," pungkas Ratna.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Diduga Lakukan Pemerasan hingga Ratusan Juta, Kajari dan Kasi Intel Kejaksaan Negeri HSU Ditahan KPK
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra