Suara.com - Wakil Presiden Ma'ruf Amin membongkar siasat yang biasa dipakai kelompok radikal saat menyebarkan ajaran yang dianggap menyimpang kepada masyarakat.
Menurut Ma'ruf, paham radikal yang disebarkan juga menggunakan beragam cara agar lebih mudah dipahami dan diterima.
Radikalisasi semacam itu, kata Maruf mudah ditemui di media sosial dalam bentuk tulisan, gambar ataupun video.
"Isinya menganjurkan kekerasan bahkan beberapa pesan tersebut dapat lolos masuk dalam materi bahan ajar di sekolah," kata Ma'ruf di Universitas Islam Malang (Unisma), Jawa Timur, Rabu (27/11/2019).
Dia menganggap, arus informasi yang mudah didapat dari medsos justru dimanfaatkan kelompok ini menyebarkan pesan yang mengandung radikalisme.
"Pesan-pesan yang mengandung unsur radikalisme antara lain berhubungan dengan pesan intoleransi, anti Pancasila, anti NKRI, serta sifat yang mudah mengkafirkan orang lain," ujarnya.
Lebih lanjut, Ma'ruf menyebut faktor lain yang mendukung penyebaran radikalisme itu adalah lingkungan sosial si penerima pesan. Apabila si penerima pesan itu merasa termarjinalkan, mengalami kemiskinan, hingga kurangnya memperoleh pendidikan, maka akan lebih mudah menyerap pesan radikalisasi.
Terkait hal ini, Maruf menyebutkan, untuk memberantas radikalisme seyogyanya dilakukan dari hulu ke hilir. Semua elemen baik dari dunia pendidikan, hingga kepada masyarakat pun mesti bisa ikut berpartisipasi guna menghilangkan radikalisme di tanah air.
"Keberhasilan memerangi radikalisme akan sangat ditentukan oleh keberhasilan umat Islam dalam memerangi cara berpikir radikal dalam umat Islam itu sendiri," katanya.
Baca Juga: Stafsus Maruf Amin Terlibat Kasus Pemerasan, Polisi: Depan Hukum Semua Sama
Berita Terkait
-
Sebut Radikalisme Penyakit, Wapres Ma'ruf: Harus Diperangi Bersama
-
Maruf Amin Bertemu Tokoh Lintas Agama, Bahas Antisipasi Radikalisme
-
Bertemu Tokoh Lintas Agama, Wapres Ma'ruf Bicarakan Antisipasi Radikalisme
-
Kemenag Sebut Ada Dua Pesantren Terindikasi Radikalisme
-
DPR Tuding Menag, Menkopolhukam dan Mendagri Tak Kompak Artikan Radikalisme
Terpopuler
- Berapa Tarif Hotman Paris yang Jadi Pengacara Nadiem Makarim?
- Upgrade Karyamu! Trik Cepat Bikin Plat Nama 3D Realistis di Foto Miniatur AI
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Pelatih Irak Soroti Kerugian Timnas Indonesia Jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 6 Cara Buat Foto Miniatur Motor dan Mobil Ala BANDAI dengan AI yang Viral di Medsos!
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Rp 2 Jutaan Terbaik September 2025
-
Perbandingan Spesifikasi Redmi 15C vs Redmi 14C, Bagus Mana?
-
E-Commerce RI Dikuasai 4 Raksasa, Menko Airlangga Minta Mendag Perhatikan Platform Kecil
-
Kim Jong Kook Menikah Diam-Diam! Netizen Cari Identitas Istrinya yang Masih Misterius
-
Usai Habiskan Rp13 T Demi Bangun Bandara Dhoho Kediri, Kini Gudang Garam PHK Massal Buruh Pabriknya
Terkini
-
4.800 Dilepas, Menko Yusril Sebut 583 Orang Terkait Demo Rusuh Tetap Diproses: Ini Bukan Kezaliman
-
Nomor Ponsel Mendiang Gembong PDIP Dibajak OTK, Dipakai Nipu Minta Transfer Rp10 Juta
-
DPR Usul Batasi Kesempatan Calon Hakim Agung, KY Jamin Seleksi Bebas 'Titipan'
-
Profil Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Keuangan Baru Pengganti Sri Mulyani dengan Jejak Mentereng
-
Dikubur Satu Liang, 2 Pembunuh Satu Keluarga di Indramayu Tertangkap, Apa Motifnya?
-
Prabowo Lakukan Reshuffle Kabinet Sore Ini, Budi Arie: Kita Kerja Saja Mengurus Rakyat
-
Sri Mulyani Dicopot, Menkeu Disebut Bakal Diduduki Purbaya Yudhi Sadewa
-
Nasib 3,1 Juta Ha Lahan Sawit Sitaan Dipertanyakan, DPR Cecar Kementerian ATR/BPN
-
Motif Mutilasi Mojokerto: Konflik Hubungan Tidak Sah dan Tekanan Ekonomi
-
Potret Primus Yustisio Ngaji di KRL, Gaya Merakyat di Tengah Sorotan Tunjangan Fantastis DPR