Suara.com - Kematian komandan militer kenamaan Iran, Qassem Soleimani kian membuat hubungan antara Iran dan Amerika Serikat memanas. Buntut dari kejadian tersebut, Iran disebut menyiapkan dana sebesar USD 80 juta atau Rp 1,1 triliun bagi siapapun yang mampu menghabisi nyawa Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Dilansir dari Mirror.co.uk, Senin (6/1/2020), sayembara tersebut bergema dalam prosesi pemakaman Soleimani belum lama ini.
"Iran memiliki 80 juta penduduk. Berdasarkan populasi tersebut, kami ingin memberikan Rp 1,1 triliun kepada siapapun yang berhasil membawa kepala Donald Trump," demikian bunyi seruan tersebut, seperti dilaporkan en24.
Senada dengan hal itu, kantor berita Iran mengabarkan bahwa Anggota Parlemen Iran Abolfazal Aboutorabi mengancam akan menyerang jantung pemerintahan Amerika dalam waktu dekat.
"Kita mampu menyerang Gedung Putih sendiri, kita dapat menanggapi mereka di tanah Amerika," ucap Aboutorabi.
"Kami memiliki kekuatan dan insya Allah kami akan menyerang dalam waktu yang tepat," lanjutnya lagi.
Aboutorabi juga mengatakan, pernyataan tersebut sebagai deklarasi gencatan senjata, yang berarti jika dilakukan secara ragu-ragu menyebabkan kekalahan.
"Ketika seseorang menyatakan perang, kamu pilih menanggapinya dengan senjata apa bunga? Mereka akan menembakmu di kepala," tandas Aboutorabi.
Sebelumnya, Pimpinan Tertinggi Revolusi Islam, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei berjanji akan membalas dendam pembunuh Soleimani pada Jumat (3/1/2). Rencana tersebut langsung direspons oleh pemerintah Amerika.
Baca Juga: PKB: Anies Cuma Bisa Kunjungan ke Lokasi Banjir Tanpa Ada Solusi Konkret
Sekretaris AS, Mike Pompeo pun mengatakan jika ada serangan lanjutan dari Iran dengan target AS, maka pihaknya akan menanggapinya sebagai serangan yang sah terhadap pembuat keputusan yang mengatur serangan itu.
"Penilaian intelijen memperjelas bahwa -tidak ada tindakan yang memungkinkan Soleimani melanjutkan segala rencana dan kampanye terornya-. Hal itu memicu banyak risiko dari tindakan yang kami ambil pekan lalu," ucap Pompeo dalam program This Week, ABC.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 4 Mobil Listrik Termurah di Indonesia per Oktober 2025: Mulai Rp180 Jutaan
Pilihan
-
6 Fakta Isu Presiden Prabowo Berkunjung ke Israel
-
Harga Emas Antam Hari Ini Cetak Rekor Tertinggi Pegadaian, Tembus Rp 2.565.000
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
Terkini
-
PSI Gelar Konsolidasi Undang DPD hingga DPW se-Indonesia di Jakarta, Ini yang Dibahas
-
Bikin Gaduh karena Hina Kiai, KPI Siap Ambil Sikap Tegas ke Trans7, Apa Sanksinya?
-
Kementerian PU Akan Siapkan Pelatihan Konstruksi untuk Santri, Pastikan Tak Ada Unsur Eksploitasi
-
KPI Bereaksi: Siaran Pesantren Trans7 Bikin Gaduh, Sanksi Tegas di Depan Mata
-
Kasus Udang Tercemar Radioaktif, Greenpeace Soroti Kecerobohan Pemerintah Awasi Industri Logam
-
Ratusan Siswa Mogok Sekolah, FSGI Duga Kasus Kekerasan oleh Kepsek SMAN 1 Cimarga Bukan yang Pertama
-
PBNU Seret Trans7 ke Jalur Hukum, Gus Yahya: Terang-terangan Melecehkan Pesantren!
-
Dicap Hina Kiai dan Santri, Seruan Gus Nadir: Pecat Produser hingga Boikot Iklan di Trans7
-
APBN untuk Ponpes Roboh? Cak Imin: Itu Wujud Kehadiran dan Kewajiban Pemerintah
-
Jejak Mentereng Kerry Adrianto: Lulusan London, Anak Riza Chalid di Pusaran Korupsi Rp285 Triliun