Suara.com - Koalisi Masyarakat Sipil mengkritik sejumlah kebijakan pemerintah dalam menangani penyebaran wabah virus corona Covid-19.
Pertama, KMS menyoroti kebijakan Kementerian Kesehatan yang mengatur hasil pemeriksaan hanya dapat dikeluarkan oleh Laboratorium Rujukan Nasional Covid-19.
Hal tersebut justru telah menyulitkan identifikasi dan berpotensi menyembunyikan tingkat keseriusan persoalan.
Karenanya, semakin banyak ditemukan pengungkapan kasus terjangkit Covid-19 setelah korban meninggal.
"Keterlambatan identifikasi ini membuat penanganan terhadap korban lambat atau bahkan tidak ada dan mengakibatkan kemungkinan sembuh hilang. Kelambatan identifikasi ini juga menyebabkan korban tetap bepergian dan berinteraksi dengan banyak orang karena tidak mengetahui sudah terjangkit virus. Akibatnya seluruh rancangan untuk memperlambat penyebaran virus dan menurunkan angka yang tertular akan gagal," ujar salah satu anggota Koalisi Masyarakat Sipil yang juga Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah dalam keterangan tertulis Koalisi Masyarakat Sipil, Sabtu (21/3/2020).
Kelambatan identifikasi, kata Anis, juga terlihat pada pasien positif Covid-19 yang sempat dirawat di Cianjur dan meninggal dunia. Pasien sebelumnya sempat dinyatakan tidak terinfeksi.
Koalisi Masyarakat Sipil juga menyoroti imbauan pemerintah dalam melakukan sosial distancing dan karantina sendiri gagal. Sebab masih banyak masyarakat yang tergantung dari pekerjaannya di luar rumah.
"Tetapi kebijakan ini gagal melihat kebutuhan banyak orang akan makanan dan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Banyak orang yang hidupnya bergantung dari kerja harian di luar rumah. Tanpa bantuan makanan dan penghasilan dari pemerintah, menyuruh mereka tidak keluar rumah sama dengan membiarkan mereka perlahan-lahan mati kelaparan," ucap dia.
Kemudian Koalisi Masyarakat Sipil juga menyoroti kesiapan pemerintah dalam melakukan tes cepat Covid-19.
Baca Juga: Wali Kota Minta Warga Bekasi Tunda Resepsi Pernikahan Selama Wabah Corona
Pemerintah pusat, kata Anis, menyatakan tidak akan melakukan lockdown dan memilih jalan tes massal.
"Selain terlihat kurangnya koordinasi dengan pemerintah daerah, karena beberapa daerah sudah menyatakan melakukan lockdown dengan berbagai versinya, kebijakan tes massal menimbulkan beberapa pertanyaan. Beberapa di antaranya adalah mekanisme pengetesan dan biaya. Membebankan biaya kepada masyarakat akan membuat hanya orang-orang yang memiliki cukup uang yang dapat memilih untuk menjalankan tes ini," ucap dia.
Kemudian Koalisi Masyarakat Sipil juga menyoroti sosialisasi dan edukasi mengenai risiko penularan virus corona dan kebijakan pemerintah terkait jarak sosial (sosial distancing), belum optimal dilakukan oleh perangkat pemerintah baik pusat maupun daerah.
"Pelibatan publik seperti dunia kampus, tokoh agama, budayawan, dan sebagainya di berbagai wilayah dalam memerangi risiko penularan virus corona juga masih minim. Hasilnya, belum semua warga mendapatkan informasi yang memadai. Kebijakan pemerintah tidak efektif dilaksanakan di masyarakat dan berisiko memperluas penyebaran virus corona," tutur dia.
Karenanya, Koalisi Masyarakat Sipil mendesak pemerintah pertama mengubah ketertutupan informasi dan pengetesan Covid-19 agar data yang tersaji adalah data real-time.
"Melihat tes kepada beberapa pejabat maka hal ini dimungkinkan," ucap Anis.
Berita Terkait
-
Stop Wabah Corona, Gembira Loka Zoo Tutup Aktivitas Selama Sepuluh Hari
-
Antisipasi Corona, Ruang Isolasi Disiapkan di Lapas dan Rutan se-Indonesia
-
Tak Ada Uang, 2 Keluarga Pasien Positif Corona di Surabaya Belum Diperiksa
-
Pria Ini Oles Hand Sanitizer ke Leher dan Perut, Dikira Minyak Telon Pak
-
60 WNI Terjebak dalam Kapal Pesiar Costa Luminosa yang Terinfeksi Corona
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Rocky Gerung Nilai Pertemuan Prabowo-Jokowi di Kertanegara Bukan Sekedar Kangen-Kangenan, Tapi
-
Momen Prabowo Rampas Rp 7 Triliun Aset Koruptor Timah, Harta Karun 'Tanah Jarang' Jadi Sorotan
-
Sudah Ada 10 Lokasi Keracunan MBG di Jakarta, Sebagian Besar Disebabkan karena Ini
-
Prabowo Saksikan Penyerahan Smelter dan Barang Rampasan dari Tambang Ilegal, Ini Daftarnya!
-
Soal Jokowi Temui Prabowo Ngobrol 4 Mata, PAN Beri Respons Begini
-
Hitung Mundur Dimulai, KPK Segera Umumkan Tersangka Korupsi Kuota Haji!
-
Misteri Dentuman Keras dan Bola Api di Langit Cirebon Terpecahkan, Ini Penjelasan Ahli dan BMKG
-
Polisi Diledek Salah Tangkap oleh 'Bjorka Asli', Polda Metro Jaya Balas Gini
-
Fantastis! KPK Terima Pengembalian Uang Puluhan Miliar Terkait Kasus Haji, Dari Siapa Saja?
-
Benda Langit Misterius Meledak di Langit Cirebon, Benarkah Meteor Raksasa Jatuh di Laut Jawa?