Suara.com - Politikus Partai Demokrat Andi Arief meminta masyarakat untuk berhenti menghujat Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Pasalnya, ia menyoroti sikap sejumlah pihak yang terus menyudutkan Terawan di tengah pandemi virus corona.
Pernyataan tersebut disampaikan Andi melalui cuitan di akun Twitter pribadinya. Andi mengaku secara pribadi, cukup mengenal sosok Terawan yang belakangan kerap disalahkan lantaran pernyataan-pernyataannya.
"Berhentilah memaki dokter Terawan," tulis Andi seperti dikutip Suara.com, Selasa (24/3/2020).
Andi mengatakan sejatinya Terawan adalah pribadi yang baik meski gaya bicaranya terkesan ceplas-ceplos. Terawan juga berdedikasi tinggi di bidang medis, lantaran kerap menenangkan pasien supaya tidak panik saat menjalani perawatan.
"Dia yang saya kenal memang ceplas-ceplos apa adanya, selalu menenangkan pasien agar tidak panik," tambahnya.
Tak cukup sampai di situ, Andi juga menegaskan, Terawan tidak mungkin membangun panggung di tengah isu virus corona. Sebab, pria yang sebelumnya dikenal sebagai dokter militer tersebut tidak ingin meraup keuntungan pribadi.
"Dia tak punya kepentingan pribadi, tidak ambil keuntungan bisnis apalagi mencari panggung politik dalam menangangi corona. Dia orang baik sesungguhnya," tulis Andi, memungkasi.
Kontan saja, cuitan Andi Arief tersebut menuai perhatian warganet yang justru memberikan kritik seperti berikut.
"Ya kalo dah jadi pejabat publik, bikin statement harus hati-hari. Jangan bikin bingung rakyat. Saya juga percaya beliau orang baik sebenarnya," kata @yusfi5150.
Baca Juga: Kang Uci Meninggal, Sule: Selamat Jalan Guruku
"Untuk menjadi penanggung jawab kesehatan 290 juta kepala Sayangnya baik saja tidak cukup bang...harus pintar juga dan bijak mengambil keputusan," tulis @suriput890.
Untuk diketahui, semenjak temuan kasus virus corona di Indonesia, Menkes Terawan menjadi bulan-bulan publik. Bahkan, di lini masa Twitter sempat bergema tagar #CopotMenkesTerawan.
Oleh sejumlah pihak, Terawan dinilai kerap melontarkan pernyataan kontroversial mengenai pandemi virus corona di Tanah Air, di antaranya: antisipasi Covid-19 dengan doa, anjuran minum obat herbal sebagai penangkal virus, Covid-19 tak lebih hebat dari difteri serta menegaskan bahwa masker diperuntukkan untuk orang sakit.
Berita Terkait
Terpopuler
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
Pilihan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
Terkini
-
Aktivis 98 Gagas 'Warga Peduli Warga', Bagikan Ribuan Sembako ke Ojol dan Warga Rentan Jakarta
-
Viral Detik-Detik Truk Gas Meledak: 8 Orang Tewas Terpanggang, Puluhan Kritis
-
Suyudi-Dedi Prasetyo Calon Kuat, Seabrek 'Dosa' Era Kapolri Listyo Mesti Ditanggung Penerusnya!
-
Tiga Mahasiswa Dinyatakan Hilang, Polda Metro Jaya Buka Posko Pengaduan
-
Isu Listyo Sigit Diganti, ISESS Warning Keras: Jangan Pilih Kapolri dengan Masa Jabatan Panjang
-
'Ganti Kapolri' Trending, Data INDEF Ungkap Badai Kemarahan Publik di X dan TikTok, Ini Datanya
-
Marak Pencurian Kabel Traffic Light di Jakarta, Pramono Ogah Penjarakan Pelaku: Humanisme Penting!
-
Gigit Jari! Bansos Disetop Imbas Ribuan Warga Serang Banten 'Dibudaki' Judol, Termasuk Belasan ASN
-
Cegah Siswa Keracunan, BGN Ajari Penjamah di Mimika soal MBG: Diiming-imingi Sertifikat Hygiene!
-
Isu Pergantian Kapolri, Pengamat Sebut Rekam Jejak Hingga Sensitivitas Sosial Jadi Parameter