Suara.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membantah adanya tudingan yang yang menyatakan jika kajian bertajuk 'Pengaruh Cuaca dan Iklim Terhadap Penyebaran Covid-19' bermuatan politis, alias atas dasar pesanan pihak tertentu.
BMKG berdalih merupakan institusi yang tidak berinteraksi dengan dunia politik. Hal itu disampaikan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat menjawab pertanyaan peserta diskusi yang meragukan independensi daripada kajian BMKG bertajuk 'Pengaruh Cuaca dan Iklim Terhadap Penyebaran Covid-19'.
Peserta diskusi itu mengaku mendapat informasi bahwa kajian BMKG tersebut tidak murni sains melainkan atas dasar pesanan pihak tertentu.
"Terus terang kami ini bukan politikus. Jadi kami itu kurang mengenal bagaimana politik itu, kelemahan kami memang di situ, kami tidak berinteraksi dengan dunia politik. Sehingga, ya apa adanya kami lakukan seperti ini," kata Dwikorita dalam diskusi online lewat WhatsApp grup bertajuk 'Benarkah Iklim Berpengaruh pada Penyebaran Covid-19?', yang digelar AJI Jakarta, Selasa (7/4/2020) malam.
Dwikorita menyatakan, tujuannya melakukan kajian tersebut lantaran pihaknya memiliki data terkait. Terlebih, dalam situasi kekinian, jumlah angka kasus positif dan meninggal akibat Covid-19 di Indonesia terus mengalami peningkatan.
"Kalau kami diam kami akan sulit bertanggungjawabnya kapada Yang Maha Kuasa. Sehingga, kami menggerkan para peneliti untuk mengolah data itu mana yang dapat disumbangkan untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam rangka mitigas covid ini," ujarnya.
"Jadi motvasi kami adalah bagaimana menjalankan kewajiban sesuai undang-undang untuk kepentingan kemanusiaan."
Dwikorita juga mengemukakan, hasil kajian BMKG bertajuk 'Pengaruh Cuaca dan Iklim Terhadap Penyebaran Covid-19' itu pun sejatinya telah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 26 Maret 2020 lalu.
Di sisi lain, data-data terkait hasil kajian tersebut pun telah diberikan kepada peneliti beberapa lembaga dan kementerian terkait dalam upaya mitigasi Covid-19.
Baca Juga: BMKG Akui Kajian Pengaruh Iklim dan Cuaca Terhadap Covid Masih Belum Final
"Data ini juga kami share ke para peneliti yang ada di Kementerian Kesehatan, karena mereka perlu untuk melakukan prediksi bagaimana perkembang kedepan terkait dengan suhu. Jadi mereka meminta data suhu dan kelembaban udara. Jadi itulah motivasi kami," katanya.
Sebagaimana diketahui, BMKG baru saja merilis hasil kajian terkait pengaruh cuaca dan iklim terhadap penyebaran pandemi virus Corona baru Covid-19. Dalam kajian berjudul 'Pengaruh Cuaca dan Iklim Terhadap Penyebaran Covid-19'.
BMKG menyebut bahwa Covid-19 tidak bisa bertahan dalam iklim tropis seperti di Indonesia yang memiliki suhu udara dan kelembaban yang tinggi.
Berdasar hasil kajian BMKG disebutkan kondisi suhu harian umumnya yang ada di Indonesia dan khususnya
Jakarta pada siang hari berkisar 30 derajat celsius atau lebih. BMKG lantas menyimpulkan bahwa Covid-19 di ruang terbuka tidak bisa bertahan lebih dari 30 menit, namun pada sore hingga pagi Covid-19 bisa bertahan lebih lama.
Disisi lain, hasil kajian BMKG juga menyebutkan bahwa temperatur dan kelembapan udara yang tinggi hampir sepanjang hari kurang mendukung virus Covid-19 bertahan di udara terbuka. BMKG juga mengungkapkan bahwa kondisi kelembaban di Jakarta cenderung “lebih lembap” bila dibandingkan dengan kota terjangkit lainnya.
Hanya saja, belakang diketahui bahwa beberapa literatur yang digunakan BMKG dalam kajian 'Pengaruh Cuaca dan Iklim Terhadap Penyebaran Covid-19' itu belum berstatus final atau peer-reviewed seperti. Misalnya, literatur penelitian dari Miguel B. Araujo dan Babak Naimi serta Dong Chen Jr dan kawan-kawan.
Berita Terkait
-
BMKG Akui Kajian Pengaruh Iklim dan Cuaca Terhadap Covid Masih Belum Final
-
Hasil Studi: Iklim Tropis Sebenarnya Tak Cocok untuk Covid-19
-
DPR Desak Pemerintah Tindaklanjuti Hasil Kajian FKM UI di Episentrum Covid
-
Iklim Panas Perlambat Penyebaran Covid-19, Tapi Tak Musnahkan Virus
-
Heboh Dugaan Meteor Jatuh di Sekitar Merapi, Ini Penjelasan BMKG Yogyakarta
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Tundukkan Kepala! Istana Minta Maaf Atas Tragedi Keracunan MBG, Janji Dapur Program Diaudit Total
-
Alasan Penggugat Minta Gibran Ganti Rugi Rp125 Triliun soal Ijazah SMA
-
Pelican Crossing Cikini Diapresiasi Warga dan Pengamat
-
Yurike Sanger Istri Ke-7 Soekarno Wafat di Amerika, Terungkap Penyebab Wafatnya Sang 'Yuri Sayang'
-
Pemerintah Tetapkan 17 Hari Libur Nasional dan 8 Hari Cuti Bersama Tahun 2026, Catat Tanggalnya
-
Resmi Diumumkan, Ini Dia 8 Hari Cuti Bersama 2026, Siap-siap Atur Jadwal Libur Panjang dari Sekarang
-
Minta Maaf Kasus Keracunan MBG Kembali Terulang, Pemerintah: Bukan Kesengajaan
-
Sejarah Bakal Berakhir! Kementerian BUMN di Ambang Dilebur ke Danantara, Istana-DPR Beri Sinyal Kuat
-
Wali Kota Prabumulih Langgar Aturan Buntut Copot Kepsek SMPN 1, Ini Sanksi dari Kemendagri
-
Modus Licik Eks Pejabat MA Zarof Ricar Sembunyikan Aset Rp35 Miliar, Ternyata Atas Nama Dua Anaknya